2:213 Manusia Umat yang Satu kemudian berselisih ( Al Baqarah 213 )

 


Sumber Gambar : Chat GPT


كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ ۚ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۖ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ ۗ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.

Penakwila firman Allah: كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّنَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ

(Manusia itu adalah ummat yang satu. [Setelah timbul gangguan], maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan)

Abu Ja'far berkata: Ahli tafsir berbeda pendapat tentang arti الأمة dalam ayat ini, dan tentang manusia yang Allah sifati mereka dengan umat yang satu أُمَّةً وَاحِدَةً . Sebagian ulama berkata: mereka yang hidup antara Adam dan Nuh yang berjumlah 10 generasi, semuanya berada dalam syariat yang haq, kemudian mereka berselisih. seperti berikut ciri-cirinya:

Dari Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu Daud menceritakan kepada kami, ia berkata: Hammam bin Munabbih menceritakan kepada kami, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia berkata: bahwasanya antara Nuh dan Adam terdapat 10 generasi, semuanya berada dalam syariat yang haq, kemudian mereka berselisih, maka Allah mengirimkan nabi yang memberi peringatan dan kabar gembira, ia berkata: dan itu dalam qira 'at Ibnu Mas'ud:  كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً

Dari Al Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, ia berkata: Abdurrazaq memberitahukan kepada kami, ia berkata: Ma'mar memberitahukan kepada kami, dari Qatadah tentang firman Allah: كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً ia berkata: bahwasanya mereka berada dalam agama yang benar, kemudian mereka berselisih فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّنَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ maka nabi yang pertama diutus adalah Nuh.

Abu Ja'far berkata: Maka tafsir Ummat menurut riwayat yang kami sebutkan dari Ibnu Abbas tersebut berarti agama. 

Yang dimaksud adalah yang memiliki agama. Maka tafsir ayat berdasarkan pendapat mereka: bahwasanya manusia dahulunya umat yang bersatu dalam satu millah dan satu agama, kemudian mereka berselisih pendapat, maka Allah mengutus para Nabi untuk memberi kabar gembira dan peringatan.

Dan asal umat adalah jama'ah yang berkumpul dalam satu agama, kemudian cukup dengan menggunakan lafazh Al ummah untuk mengabarkan kata "agama", karena maksud dari lafazh tersebut, sebagaimana firman Allah: وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَهُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً yang dimaksud adalah pengikut satu agama dan satu milah, kemudian Ibnu Abbas menafsirkan firman Allah: كَانَ النَّاسُ أُمِّةً وَاحِدَةً bahwa dahulunya manusia memeluk satu agama sampai mereka berselisih.

Yang lainnya berpendapat: akan tetapi tafsir ayat tersebut adalah bahwasanya Adam berada dalam kebenaran sebagai imam bagi keturunannya kemudian Allah mengutus Nabi dari keturunannya, jadi mereka menafsirkan makna Umat menjadi taat kepada Allah, seruan kepada kalimat tauhid, dan mengikuti perintah-Nya berdasarkan firman Allah: إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَائِتًا لِلَّهِ - حَنِيفًا "Sungguh Ibrahim adalah seorang imam (yang dapat dijadikan contoh), taat kepada Allah dan hanif." (Qs. An-Nahl [16]: 120) yang dimaksud dengan أُمَّة adalah imam dalam kebaikan, yang dijadikan panutan dan diikuti. seperti berikut ciri-cirinya:

Dari Muhammad bin Amr menceritakan padaku, ia berkata: Abu Ashim menceritakan kepada kami, ia berkata: Isa menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid : كانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً ia berkata: Adam. 

Dari Al Qasim menceritakan kepada kami, ia berkata: Al Husain menceritakan kepada kami, ia berkata: Hajjaj menceritakan kepada saya dari Ibnu Juraij, dari Mujahid tentang firman Allah: كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةُ ia berkata: Adam, ia berkata: diantara Nuh dan Adam terdapat sepuluh nabi, kemudian Allah mengutus para nabi yang lain untuk memberi peringatan dan kabar terbaru, Mujahid berkata: Adam adalah satu umat.

Seakan-akan yang berpendapat membolehkan menamai tunggal dengan nama jama'ah karena berkumpulnya akhlak yang baik dalam jama'ah yang berbeda, yang disebut Umat, sebagaimana dikatakan فلان أمة وحده يقول مقام الأمة dan boleh juga diberi nama demikian karena merupakan sebab berkumpulnya manusia terhadap apa yang diserukan berupa akhlak yang baik, maka ketika Adam menjadi sebab berkumpulnya orang yang memeluk agamanya dari keturunannya hingga terjadi perpecahan dinamakan dengan "Umat".

Yang lain berpendapat: maknanya: bahwa manusia adalah Umat yang satu, dalam agama yang satu, di hari ketika keturunan Adam dikeluarkan dari tulang rusuk Adam, maka mereka diperlihatkan kepada Adam. seperti berikut ciri-cirinya:

Dari  Aku telah diberitahu Ammar, ia berkata: Ibnu Abi Ja'far menceritakan kepada kami, dari bapaknya, dari Ar-Rabi' tentang firman Allah: كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً dari bapaknya, dari Ar-Rabi', dari Abi Aliyah, dari Ubai bin Ka'b, ia berkata: mereka adalah umat yang satu, kemudian diperlihatkan kepada Adam maka hari itu diberikan fithrah keislaman kepada mereka, mereka mengakui ubudiyah-Nya, dan mereka adalah umat yang satu semuanya muslimin, setelah Adam kemudian mereka berselisih, dan bahwasanya Ubai membaca : كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ dan sesungguhnya فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ hingga اللَّهُ النَّبِيِّنَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ Allah mengutus seorang Rasul dan menurunkan kitab ketika terjadi perpecahan.

Yang lain berpendapat: maknanya: bahwa manusia adalah Umat yang satu, dalam agama yang satu, di hari ketika keturunan Adam dikeluarkan dari tulang rusuk Adam, maka mereka diperlihatkan kepada Adam. seperti berikut ciri-cirinya:

Dari Aku telah diberitahu Ammar, ia berkata: Ibnu Abi Ja'far menceritakan kepada kami, dari bapaknya, dari Ar-Rabi' tentang firman Allah: كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً dari bapaknya, dari Ar-Rabi', dari Abi Aliyah, dari Ubai bin Ka'b, ia berkata: mereka adalah umat yang satu, kemudian diperlihatkan kepada Adam maka hari itu diberikan fithrah keislaman kepada mereka, mereka mengakui ubudiyah-Nya, dan mereka adalah umat yang satu semuanya muslimin, setelah Adam kemudian mereka berselisih, dan bahwasanya Ubai membaca: 

كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللهُ النَّبِيِّنَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ

hingga  فِيمَا اخْتَلَفُواْ فِيهِ  dan sesungguhnya Allah mengutus seorang Rasul dan menurunkan kitab ketika terjadi perpecahan.

Yang lain memiliki pendapat yang berbeda dengan semua pendapat tersebut. Mereka berkata: hingga firman Allah كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً : mereka adalah umat yang satu, kemudian Allah mengutus para Nabi. Sebagaimana riwayat berikut:

Dari Muhammad bin Sa'd menceritakan kepada saya, ia berkata: Bapakku menceritakan kepada saya, ia berkata: Pamanku menceritakan kepada saya, ia berkata: Bapakku menceritakan kepada saya dari bapaknya, dari Ibnu Abbas tentang ayat كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً ia berkata: bahwasanya mereka berada dalam satu agama, kemudian Allah mengutus para Nabi untuk memberi peringatan dan kabar gembira.

Abu Ja'far berkata: Tafsiran yang lebih utama kebenarannya tentang ayat ini adalah: sesungguhnya Allah memberitahukan kepada hamba-Nya bahwasanya manusia adalah umat yang satu, berada dalam agama yang satu dan millah yang satu. serupa diriwayatkan:

Dari Musa bin Harun menceritakan kepadaku, ia berkata: Amr bin Hammad menceritakan kepada kami, ia berkata: Asbath menceritakan kepada kami, dari As-Suddi : كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً Satu agama yaitu Adam, kemudian mereka terpecah belah, maka Allah mengutus para nabi untuk memberi peringatan dan kabar gembira. 

Dan bahwasanya agama yang mereka peluk adalah agama yang haq.

seperti kata Ubai bin Ka'b, sebagaimana riwayat berikut:

Dari Musa bin Harun menceritakan kepadaku, ia berkata: Amr bin Hammad menceritakan kepada kami, ia berkata: Asbath menceritakan kepada kami, dari As-Suddi, ia berkata: Dalam bacaan Ibnu Mas'ud: أختلفوا عنه yaitu tentang Islam.

Kemudian mereka berselisih dalam agama mereka, ketika itu maka Allah mengutus para Nabi sebagai pemberi peringatan dan kabar gembira, dan diturunkan kepada mereka Al Kitab untuk menghukumi sesama manusia dari apa yang mereka perselisihkan, sebagai rahmat dari Allah kepada hamba-Nya.

Bisa jadi waktu dimana mereka sebagai umat yang satu adalah dari masa Adam hingga Nuh AS, sebagaimana diriwayatkan Ikrimah, Ibnu Abbas dan sebagaimana dikatakan oleh Qatadah, atau ketika diperlihatkan kepada Adam makhluk-Nya, atau bisa jadi di waktu selain waktu tersebut.

Dan tidak ada bukti atau dalil dari kitabullah dan hadits yang shahih yang bisa dijadikan hujah tentang waktu tersebut. Maka tidak boleh bagi kita untuk mengatakan kecuali apa yang telah dikatakan oleh Allah bahwasanya mereka adalah umat yang satu, kemudian Allah mengutus para Nabi dan Rasul kepada mereka ketika mereka berselisih. Dan ketidaktahuan kita tentang waktu tersebut tidak mendatangkan mudharat bagi kita, sebagaimana pengetahuan kita tentang waktu tersebut tidak akan memberikan manfaat, jika pengetahuan tersebut merupakan ketaatan kita kepada Allah, hanya saja seperti apapun hal itu, sesungguhnya dalil dalam Al Qur'an jelas mengkabarkan tentang mereka bahwasanya mereka adalah umat yang satu, yang berada dalam satu agama yang haq, bukan dalam kesyirikan dan kekufuran kepada Allah.

Allah berfirman dalam surat Yunus:

وَمَا كَانَ النَّاسُ إِلَّا أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ

“Manusia dahulunya hanya satu umat, kemudian mereka berselisih, kalau tidaklah suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu terlebih dahulu pastilah telah diberi keputusan diantara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan”. (Qs. Yuunus [10]: 19) Allah mengancam adanya perpecahan dan bukan adanya persatuan, dan juga tidak mengancam bahwa mereka umat yang satu, jika bersatunya mereka adalah dalam kekafiran kemudian terjadi perpecahan, maka itu adalah berpindahnya mereka kepada yang haq, jika hal tersebut demikian, maka janji-dengan kebijaksaan-Nya- akan lebih baik daripada itu, karena dalam keadaan seperti itu berarti sebagian dari mereka kembali kepada ketaatan, dan orang yang bertaubat, sadar, dan meninggalkan umat yang bersatu dalam kesyirikan dan kekafiran tidak mungkin diancam.

Abu Ja'far berkata: Sedangkan firman Allah:

فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّنَ مُبَشِّرِينَ  وَمُنذِرِينَ 

yang dimaksud adalah: bahwa Allah mengutus seorang Rasul untuk memberikan kabar gembira bagi yang taat kepada Allah dengan pahala yang berlipat, dan tempat kembali yang mulia, dan yang dimaksud dengan firman-Nya وَمُنذِرِينَ memberi peringatan bagi yang bermaksiat dan kafir kepada Allah dengan doa yang keras, dan kekal di neraka.

Sedangkan firman Allah : وَأَنزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا أَخْتَلَفُوا فِيهِ yang maksudnya adalah: agar kitab tersebut yaitu taurat- menghukumi diantara manusia terhadap apa yang mereka perselisihkan, Allah menisbahkan hukum kepada Al kitab, dan bahwasanya kitab tersebut yang menghukumi manusia dan bukan nabi atau Rasul, karena nabi dan rasul ketika menghukumi dengan satu hukum, dia menghukumi dengan petunjuk yang ada dalam kitab yang Allah turunkan tersebut, maka Al Kitab dengan segala petunjuknya yang menunjukkan tentang kebenaran satu hukum merupakan hakim diantara manusia, meskipun yang memutuskan perkara adalah yang lain.

Penakwilan firman Allah :  وَمَا أَخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا  جَاءَتْهُمُ الْبَيْنَتُ بَغْيًّا بَيْنَهُمْ (Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri)

Abu Ja'far berkata: Allah bermaksud dalam firman tersebut : وَمَا أَخْتَلَفَ فيه dan tidak ada yang berselisih tentang kitab yang diturunkan-Nya yaitu Taurat : إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ yakni Yahudi dari Bani Israil, mereka adalah kaum yang diberi oleh Allah Taurat beserta ilmunya.

Allah memberitahukan tentang kaum Yahudi bani Israil bahwa mereka menyelisihi Taurat, dan berselisih di dalamnya berdasarkan pengetahun mereka, mereka dengan sengaja menyelisihi perintah Allah dan hukum kitab-Nya.

Kemudian Allah memberitahukan bahwa kesengajaan mereka dalam kesalahan dan kemaksiatan yang mereka lakukan dalam menyelisihi perintahnya, disebabkan kedengkian diantara mereka dan البغى adalah masdar dari بغى فلان على فلان بغيا jika dia dengki, melanggar dan melampaui batas, termasuk di dalamnya makna بغى : luka jika melebar, laut jika airnya terlalu banyak hingga meluap, dan awan jika jatuh ke bumi kemudian menjadikan tanah subur, semua itu memiliki satu makna yaitu bertambah dan melampaui batas.

 Makna firman Allah :  وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًّا بَيْنَهُمْ 

dan tidaklah perselisihan yang terjadi diantara mereka dari kaum Yahudi bani Israil tentang kitab-Ku yang telah Aku turunkan bersama Nabi-Ku karena kebodohan mereka, akan tetapi perselisihan mereka adalah setelah datangnya hujjah-Ku, karena rasa dengki, berebut kedudukan dan saling merendahkan diantara mereka. Sebagaimana riwayat berikut:

Dari Aku telah diberitahu dari Ammar bin Al Hasan, ia berkata: Ibnu Abi Ja'far menceritakan kepada kami, dari bapaknya, dari Ar-Rabi', ia berkata: kemudian kembali kepada Bani Israil dalam firman Allah وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ ia berkata: kecuali orang yang diberi Al Kitab dan ilmu oleh Allah مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيْنَتُ بَغْيًّا بَيْنَهُمْ kemudian rakus dengan dunia dan mencari kekuasaan dan kesenangannya, siapakah diantara mereka yang menjadi pemimpin dan disegani diantara manusia, maka orang-orang sewenang-wenang sesama mereka, dan saling membunuh diantara mereka.

Jadi tafsir ayat adalah: Tidak ada yang berselisih kecuali yang diberikan kitab itu, mereka tidak berselisih kecuali karena kedengkian mereka, mereka tidak berselisih kecuali setelah datang hujjah kepada mereka, seakan-akan mengulang perkataan untuk memastikan.

Abu Ja'far berkata: Pendapat kedua ini lebih mirip dengan tafsir ayat tersebut, karena kaum itu tidak berselisih kecuali setelah datangnya hujjah dan bukti-bukti yang nyata dari Allah, dan mereka tidak berselisih kecuali karena kedengkian.

Penakwilan firman Allah: فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللَّهُ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ 

(Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus)


Abu Ja'far berkata: Allah bermaksud dalam firman tersebut : فَهَدَى اللَّهُ dan Allah memberikan taufiq kepada orang-orang yang beriman yaitu golongan yang beriman kepada Allah dan Rasulnya yang membenarkan apa yang datang padanya dari sisi Allah, terhadap apa yang diperselisihkan oleh ahli kitab.

Perselisihan yang Allah hinakan itu, dan Allah memberikan petunjuk kepada orang yang beriman dengan kebenaran adalah tentang hari Jum'at, mereka telah salah sementara telah ditetapkan kepada mereka sebagaimana yang ditetapkan kepada kami, akan tetapi mereka menjadikannya pada hari sabtu, 

Rasulullah bersabda:

نَحْنُ الْآخِرُوْنَ السَّابِقُونَ، بَيْدَ أَنَّهُمْ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِنَا وَأُوْتِيْنَاهُ مِنْ بَعْدِهِمْ، وَهَذَا اليَوْمُ الَّذِي اخْتَلَفُوْا فِيْهِ، فَهَدَانَا اللَّهُ، فَلِلْيَهُودِ غَدًا وَلِلنَّصَارَى بَعْدَ غَدٍ

Kami adalah yang terakhir dan yang pertama, baida bahwa mereka diberikan Al kitab sebelum kami dan kami diberikan setelahnya, dan ini adalah hari yang mereka perselisihkan, kemudian Allah memberikan petunjuk kepada kami, maka untuk Yahudi besok dan untuk Nashrani lusa. 

Dari Muhammad bin Humaid menceritakan hal itu kepada kami, ia berkata: Salamah menceritakan kepada kami, dari Ibnu Ishaq, dari Iyadh bin Dinar Al-Laitsi, ia berkata: Aku mendengar Abu Hurairah berkata: Abu Qashim bersabda: kemudian menyebutkan hadits tersebut.

Termasuk yang mereka perselisihkan juga adalah sebagaimana yang dikatakan Ibnu Zaid dalam riwayat berikut:

Dari Yunus bin Abdul A'la menceritakan hal itu kepadaku, ia berkata: Ibnu Wahhab memberitahukan kepada kami, ia berkata: Ibnu Zaid berkata dalam firman Allah : فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا yakni Islam, dan mereka berselisih tentang shalat, sebagian dari mereka menghadap ke timur,

sebagian menghadap ke Baitul Maqdis, kita diberi petunjuk menghadap kiblat, dan berselisih tentang puasa, sebagian ada yang puasa setengah hari, sebagian puasa di waktu malam, dan Allah telah memberikan petunjuk kepada kita, kemudian berselisih tentang Ibrahim, orang Yahudi mengatakan bahwa Ibrahim adalah orang Yahudi. Nashrani mengatakan beliau adalah seorang Nashrani, maka Allah melepaskan dari semuanya, dan menjadikannya seorang muslim yang hanif, dan sekali-kali dia tidak termasuk orang musyrik sebagaimana yang dikatakan ahli syirik. Kemudian berselisih tentang Isa, orang yahudi menjadikannya sesuatu yang menakjubkan, Nashrani menjadikannya Tuhan, maka Allah menunjukkan kita kepada yang haq, maka inilah makna yang Allah  firmankan :

 فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ 

Abu Ja'far berkata: Hidayah Allah kepada orang yang beriman adalah dengan Muhammad dan apa yang datang bersamanya dari kebenaran yang diperselisihkan oleh golongan bani israil yang diberi kitab dengan seizin-Nya, agar mereka mendapatkan kebenaran yang mereka genggam sebelum terjadi fitnah sebagaimana yang Allah terangkan dalam ayat ini ketika mereka adalah umat yang satu, yaitu agama Ibrahim, kekasih Allah yang lurus muslim, sehingga menjadi umat yang menengah, sebagaimana yang Allah sifati bahwa mereka akan menjadi saksi bagi manusia. seperti berikut ciri-cirinya:

Dari Aku telah diberitahu dari Ammar bin Hasan, ia berkata: Abdullah bin Abi Ja'far menceritakan kepada kami, dari bapaknya, dari Ar-Rabi': Allah memberikan petunjuk فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ kepada mereka ketika terjadi perselisihan , yaitu mereka menegakkan terhadap apa yang datang dari Rasul sebelum perselisihan, mereka beribadah ikhlas semata-mata karena Allah dan tidak menyekutukan-Nya, menegakkan shalat dan menunaikan zakat, dan menegakkan perkara mereka yang pertama sebelum terjadi perselisihan, dan meninggalkan perselisihan, maka mereka menjadi saksi bagi manusia di hari kiamat kelak: mereka menjadi saksi atas kaum Nuh, Hud, Shalih, Syuaib dan Firaun, bahwa Rasul mereka telah menyampaikan kepada mereka, dan mereka mendustakannya 

Abu Ja'far berkata: Sedangkan firman Allah: بِإِذْنِهِ yang maksudnya adalah: dengan ilmu-Nya, terhadap apa yang Allah tunjukkan kepadanya. Dan telah kami terangkan makna الإذن pada pembahasan yang lain yang bermakna ilmu, yang tidak perlu kami terangkan lagi dalam bab ini. 

Sedangkan firman Allah: وَاللَّهُ يَهْدِى مَن يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ yang dimaksud adalah: Allah meluruskan kepada siapa yang dikehendakinya dan menunjukan kepadanya jalan yang lurus di atas kebenaran, sebagaimana telah menunjukan kepada orang yang beriman dari apa yang diperselisihkan diantara ahli kitab karena kedengkian diantara mereka kepada Muhammad, maka Allah meluruskan mereka kepada yang benar dalam hal itu.

Abu Ja'far berkata: Ayat ini adalah bukti jelas kebenaran perkataan orang yang beriman bahwa setiap kenikmatan yang didapatkan oleh seorang hamba dalam agama dan dunia mereka adalah karunia dari Allah.

Sumber : Tafsir At Thabari bag 3 hal 539 sd 553




Comments