Sumber : https://sora.chatgpt.com/
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. ( Al Baqarah 143)
Abu Ja'far mengatakan: firman Allah وَكَذَلِكَ جَعَلْتَكُمْ أُمَّةً وَسَطًا artinya sebagaimana Kami tunjukkan kalian wahai orang-orang yang beriman kepada Muhammad SAW dan wahyu yang dibawanya dari sisi Allah, maka kami mengkhususkan, untuk menunjukkan ke arah kiblat dan agama Ibrahim, dan Kami mengutamakan kalian daripada pengikut agama lain, begitu juga kami mengutamakan kalian dengan menjadikan umat yang moderat.
Telah kami jelaskan bahwa umat adalah sekelompok manusia, adapun الْوَسَطُ menurut orang Arab adalah pilihan, seperti kata فَلاَنْ وَسَطَ الْحَسَبِ فِي قَوْمِهِ maksudnya hidup sedang-sedang, apabila mereka ingin menaikkan taraf kehidupannya, dan dia adil, tidak berat sebelah, sebagaimana firman Allah, فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ يَبَسًاً yang artinya, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu." (Qs. Thaahaa [20]: 77)
Abu Ja'far mengatakan: Saya melihat bahwa kata الْوَسَطُ dalam ayat tersebut berarti bagian yang terletak diantara dua sisi, seperti وَسَطُ الدَّارِ (ruang tengah). Saya melihat bahwa Allah mengatakan jika umat ini adalah أُمَّةً وَسَطً karena mereka seimbang dalam agama ini, tidak berlebih-lebihan seperti orang-orang Nashrani hingga menuhankan Isa, tidak pula sembrono seperti orang-orang Yahudi yang mengganti kitab Allah, membunuhi para Nabi Allah, mendustakan Allah dan mengingkari-Nya, tetapi mereka seimbang dan Allah mensifati umat ini dengan أُمَّةٌ وَسَطًا karena perkara yang paling disukai Allah adalah tengah-tengah (seimbang).
Penakwilan ayat tersebut الوَسَطُ adalah adil dan itu berarti pilihan.
Ulama yang berpendapat, الْوَسَطُ adalah adil, menyebutkan riwayat seperti berikut:
Dari Salim bin Junadah dan Ya'qub bin Ibrahim menceritakan kepada kami, katanya: Hafs bin Ghiyats menceritakan kepada kami, dari A'mash, dari Abi Shalih, dari Abi Sa'id dari Nabi SAW, tentang firman Allah وَكَذَلِكَ جَعَلْنَكُمْ أُمَّةٌ وَسَطًا katanya: artinya keadilan.
Dari Mujahid bin Musa dan Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, katanya: Ja'far bin Aun menceritakan kepada kami, dari A'mash, dari Abi Shalih dari Abi Sa'id, dari Nabi SAW dengan riwayat yang sama.
Dari Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, katanya: Mu'ammal menceritakan kepada kami, katanya: Sufyan menceritakan kepada kami, dari A'masy dari Abi Shalih dari Sa'id Al Khudri, tentang firman Allah وَكَذَلِكَ جَعَلْنَكُمْ أُمَّةً وَسَطًا berkata, “Adil
Dari Ali bin Isa menceritakan padaku, katanya: Sa'id bin Sulaiman menceritakan kepada kami, dari Hafs bin Ghiyats, dari Abi Shalih, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, tentang firman Allah وَكَذَلِكَ جَعَلْنَكُمْ أُمَّةً وَسَطًا ia berfirman, “Adil.
Dari Abu Kuraib menceritakan kepada kami, katanya: Ibnu Yaman menceritakan kepada kami, dari Asy'ats, dari Ja'far, dari Sa'id, tentang firman Allah وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا katanya: “Adil.”
Dari Muhammad bin Amr menceritakan kepadaku, katanya: Abu Ashim menceritakan kepada kami, dari Isa, dari Ibnu Abi najih, dari Mujahid, tentang firman Allah وَكَذَلِكَ جَعَلْتَكُمْ أُمَّةً وَسَطًا katanya: "Adil. "
Dari Al Mutsanna menceritakan kepada saya, katanya: Hudzaifah menceritakan kepada kami, katanya: Syibil menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid dengan riwayat yang sama.
Dari Bisyr bin Mu'adz menceritakan kepada kami, katanya: yazid menceritakan kepada kami, katanya: Sa'id menceritakan kepada kami, dari Qatadah, tentang firman Allah أُمَّةً وَسَطً katanya: adil
Dari Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, katanya: Abdurrazzaq memberitahukan kepada kami, katanya: Ma'mar menceritakan kepada kami, dari Qatadah, tentang firman Allah أُمَّةً وَسَطًا katanya: adil.
Dari Al Mutsanna menceritakan kepada kami, katanya: Ishaq menceritakan kepada kami, katanya: Ibnu Abi Ja'far menceritakan kepada kami, dari ayahnya, dari rabi', tentang firman Allah أُمَّةٌ وَسَطًا katanya: adil
Dari Muhammad bin Sa'd menceritakan kepadaku, katanya: Ayahku menceritakan kepadaku, katanya: Pamanku menceritakan kepadaku, katanya: Ayahku menceritakan kepadaku, dari ayahnya dari Ibnu Abbas, وَكَذَلِكَ جَعَلْتَنَكُمْ أُمَّةً وَسَطًا artinya kami menjadikan kalian umat yang adil.
Dari Al Mutsanna menceritakan kepadaku, katanya: Suwaid bin Nasr menceritakan kepada kami, katanya: Ibnu Mubarak memberitahukan kepada kami, dari Rusdain bin Abi Sa'ad, katanya: Ibnu A'am Al Mu'afiri memberitahukan kepada kami, dari Hibban Ibnu Abi Jablah disandarkan kepada Rasulullah SAW: artinya Adil وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا
Dari Qasim menceritakan kepada kami, katanya: Husain menceritakan kepada kami, katanya: Hujaj menceritakan kepadaku, dari Ibnu Juraij, dari Atha' dan Mujahid dan Abdullah bin Katsir, tentang أُمَّةً وَسَطًا kata mereka adalah adil; Mujahid juga mengatakan, yaitu adil
Dari Yunus menceritakan padaku, katanya: Ibnu Wahb memberitahukan kepada kami, katanya, Ibnu Zaid berkata: وَكَذَلِكَ جَعَلْتَكُمْ أُمَّةً وَسَطًا mereka seimbang antara Nabi SAW dan umat-umat yang lain,
Penakwilan firman Allah : لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ( agar kamu menjadi Saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi Saksi atas (perbuatan) kamu.)
Abu Ja'far mengatakan: kata الشُّهَدَاء adalah bentuk jamak dari الشَّهِيد.
Firman Allah وَكَذَلِكَ جَعَلْتَكُمْ أُمَّةً وَسَطًا artinya adil, agar kalian menjadi saksi bagi para Nabi dan Rasul-Ku kepada umat manusia dengan menyampaikan bahwa umat ini telah menyampaikan perintah-Ku kepada umatnya, dan Rasul-Ku Muhammad SAW sebagai saksi bagi kalian dengan beriman kepadanya dan wahyu yang diterima dari-Ku, sebagaimana riwayat berikut:
Dari Abu Sa'ib menceritakan padaku, katanya: Hafs menceritakan kepada kami, dari A'mash, dari Abi Shalih, dari Ibnu Abi Sa'id, katanya: Rasulullah SAW bersabda:
يُدْعَى بِنُوحٍ عَلَيْهِ السَّلَامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُقَالُ لَهُ: هَلْ بَلِّغْتَ مَا أُرْسِلْتَ بِهِ؟ فَيُقَالُ: نَعَمْ، فَيُقَالُ لِقَوْمِهِ: هَلْ بَلْغَكُمْ؟ فَيُقَالُ: مََا جَاءَنَا مِنْ نَذِيرٍ، فَيُقَالُ لَهُ : مَنْ يَعْلَمُ ذَلِكَ؟ فَيَقُولُ: مُحَمَّدٌ وَأُمَّتُهُ، فَهُوَ قَوْلُهُ: وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
Nuh AS akan dipanggil pada hari Kiamat kelak, kemudian beliau bertanya: "Apakah kamu telah menyampaikan risalah yang kau bawa?" dia menjawab, "Ya." Kemudian umat Nuh AS pun bertanya, “Apakah benar dia telah menyampaikan kepada kalian?” Umatnya pun menjawab, "Tidak pernah ada orang yang membawa peringatan yang datang kepada kami." maka beliau ditanya lagi, “Lantas siapa yang mengetahui hal itu?” Nuh AS menjawab, “Muhammad dan umatnya.” Maka itulah yang dimaksudkan firman Allah, “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi Saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi Saksi atas (perbuatan) kamu.
Dari Mujahid bin Musa menceritakan kepada kami, katanya: Ja'far bin Aun menceritakan kepada kami, katanya: A'mash menceritakan kepada kami, dari Abi Shalih, dari Abi Sa'id, dari Nabi SAW dengan riwayat yang sama, hanya saja ia menambahkan: Lalu mereka mengakui dan menceritakan bahwa Nabi Nuh AS telah menyampaikan risalah-Nya,
Dari Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, katanya: Mu'ammal menceritakan kepada kami, katanya: Sufyan menceritakan kepada kami, dari A'mash dari Abi Shalih dari Abi Sa'id, tentang firman Allah
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ
artinya para Rasul telah menyampaikan ayat وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا (dan Rasulullah adalah saksi atas kalian) terhadap perbuatan yang kalian kerjakan.
Dari Abu Kuraib menceritakan kepada kami, katanya: Ibnu Fudhail menceritakan kepada kami, dari Abu Malik Al Asyja'i, dari Mughirah bin Utaibah bin Nahs, bahwa seorang Makatib bercerita kepada mereka dari Jabi bin Abdullah, Nabi SAW telah bersabda:
وَإِنِّي وَأُمَّتِي لَعَلَى كَوْمٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَّهُ قَدْ بَلَغَ مَشْرِفِيْنَ عَلَى الْخَلَائِقِ مَا أَحَدٌ مِنَ الْأُمَمِ إِلَّا ودّ أَنَّهُ مِنْهَا أَيَّتُهَا الْأُمَّةُ، وَمَا مِنْ نَبِيٍّ كَذَبَهُ قَوْمُهُ إِلَّا نَحْنُ شُهَدَاءُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَّهُ قَدْ بَلْغَ رِسَالَاتِ رَبِّهِ وَنَصَحَ لَهُمْ .
“Sesungguhnya aku dan umatku tergeletak di tempat yang tinggi pada hari Kiamat kelak, menempati kedudukan yang mulia diantara makhluk yang ada. Tidak lah seorang pun dari umat yang ada, melainkan ia menginginkan agar termasuk dari golongan umat tersebut (umat Muhammad), dan tidaklah seorang nabi pun yang didustakan kaumnya, malainkan mereka menjadi saksinya pada hari Kiamat bahwa ia (nabi tersebut) telah menyampaikan risalah Tuhannya dan menasihati umatnya.”
Dan Allah berfirman وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا (yang artinya) dan Rasulullah adalah saksi bagi kalian."
(Qs. Al Baqarah [2]: 143)
Dari 'Isham bin Rawwad bin Jarrah Al Asqalani menceritakan padaku, katanya: Ayahku menceritakan kepada kami, katanya: Auza'i menceritakan kepada kami, dari Yahya bin Ibnu Katsir, dari Abdullah bin Abi Fadhl, dari Abu Hurairah, ia berkata, "Aku pernah keluar bersama Nabi SAW (mengantarkan) jenazah, tatkala menjalankan shalat mayit, para pengantar itu berkata: Sungguh baik orang ini! Lalu Nabi SAW pun bersabda: “Wajib.” Kemudian aku keluar lagi bersama dia untuk mengantarkan jenazah, ketika mereka menyalahkan mayit, para pengantar itu berkata: sungguh celaka nasib orang ini! Lalu Nabi SAW bersabda: “Wajib.”
Ubay bin Ka’b mendekati beliau dan berkata: Wahai Rasulullah! Apa maksud ucapan, "Wajib" dan beliau membacakan firman Allah لِتَكُونُواْ شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ yang artinya, "Mereka akan menjadi saksi-saksi bagi umat manusia kelak di hari Kiamat."
Dari Ali bin Sahl Ar-Ramli bercerita, katanya: Walid bin Muslim menceritakan kepada kami, katanya: Abu Amr menceritakan kepada saya, dari Yahya, katanya: Abdullah bin Abi Fadhal Al Madani menceritakan kepada saya, katanya: Abu Hurairah menceritakan kepada saya, katanya: Rasulullah SAW menemui seorang jenazah lalu bersabda: "Sebaik-baik orang adalah jenazah ini," kemudian menyebutkan seperti hadits yang diriwayatkan 'Isham dari ayahnya.
Dari Abu Kuraib menceritakan kepada kami, katanya: Zaid bin Hubab menceritakan kepada kami, katanya: Ikrimah bin Ammar menceritakan kepada kami, katanya: Iyas bin Salmah bin Akwa' menceritakan menceritakan, dari dia, katanya: Suatu ketika kami bersama Nabi, rombongan pengantar jenazah di depan dia, dan dia pun memuji baik kepada jenazah itu sambil berkata: "Telah wajib" tidak lama setelah itu, datanglah sebuah arakan pemakaman lain, dan dia memuji baik kepada si mayat sambil berkata, "Telah wajib". Para sahabat bertanya: apa maksud 'telah wajib', dia menjawab:
الْمَلَائِكَةُ شُهَدَاءُ اللَّهِ فِي السَّمَاءِ وَأَنْتُمْ شُهَدَاءُ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ فَمَا شَهِدْتُمْ عَلَيْهِ وَجَبَ
"Para malaikat adalah saksi-saksi Allah di langit dan kalian adalah saksi-saksi Allah di bumi, apa yang kalian persaksikan merupakan suatu keharusan (kewajiban), lalu beliau membacakan firman Allah, yang artinya,
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ
"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu." (Qs. At-Taubah [9]: 105).
Dari Muhammad bin Amr menceritakan kepadaku, katanya: Abu Ashim menceritakan kepada kami, katanya: Isa menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abi Najih dari Mujahid' tentang firman Allah لِتَكُونُواْ شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ artinya “Agar kalian menjadi saksi-saksi bagi Muhammad terhadap umat-umat Yahudi, Nashrani dan Majusi. "
Dari Al Mutsanna menceritakan kepada kami, katanya: Abu Hudzaifah menceritakan kepada kami, katanya: Syibli menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abi Najih dari Mujahid dengan riwayat yang sama.
Dari Muhammad bin Amr menceritakan kepada saya, katanya: Abu Ashim menceritakan kepada kami, katanya: Isa menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abi Najih, katanya: Kelak di Hari bersandar, Nabi SAW akan datang dengan izin Allah, tidak ditemani siapa pun, dan umat Muhammad akan menutupi dirinya bahwa dia telah menyampaikan risalah-Nya.
Dari Al Mutsanna menceritakan kepada kami, katanya: Abu Hudzaifah menceritakan kepada kami, katanya: Syibli menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abi Najih dari ayahnya bahwa ia mendengar Ubaid bin Umair meriwayatkan hadits yang sama.
Dari Qasim menceritakan kepada kami, katanya: Husain menceritakan kepada kami, katanya: Hajjaj menceritakan kepada kami, dari Ibnu Juraij, katanya: Ibnu Abi Najih menceritakan padaku, dari ayahnya, katanya: kelak Nabi akan di hari Kiamat, lalu ia menyebutkan hadits yang sama, dan tidak menyebutkan nama Ubai bin Umair.
Nabi Bisyr bin Mu'adz menceritakan kepada kami, katanya: Yazid menceritakan kepada kami, katanya: Sa'id menceritakan kepada kami, dari Qatadah, tentang firman Allah لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ artinya para Rasul itu telah menyampaikan Risalah Tuhan mereka kepada umatnya, وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا yang artinya, "Dan Rasulullah adalah saksi bagi kalian."
Dari Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, katanya: Abdurrazzaq memberitahukan kepada kami, katanya: Ma'mar memberitahukan kepada kami, dari Zaid bin Aslam: Kaum Nabi Nuh AS akan berkata di hari Kiamat: Nuh tidak menyampaikan Risalah itu kepada kami, lalu didatangkan Nabi Nuh AS seraya ditanya: Apakah kamu telah menyampaikan risalah-Ku kepada mereka?, Nuh menjawab: Ya, dan kemudian lagi, siapa saksimu, ia pun menjawab: Muhammad SAW dan umatnya; dan kalian pun dipanggil dan ditanya, dan kalian menjawab: Ya, ia (Nabi Nuh AS) telah menyampaikannya kepada mereka. Kaum Nuh protes: Bagaimana kalian bisa berbaring padahal kalian tidak tahu kami? Mereka menjawab: Nabi Allah SAW telah datang kepada kami, lalu memberitahukan kalau Nuh telah menyampaikan risalah-Nya dan ia diutus agar menyampaikannya kepada kalian dan kami pun mempercayainya. Allah berfirman: Nabi Nuh AS benar dan mereka berdusta.
Dari Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, katanya: Abdurrazzaq memberitahukan kepada kami, katanya: Ma'mar memberitahukan kepada kami, dari Qatadah : لِتَكُونُواْ شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ artinya agar umat ini menjadi saksi-saksi kepada manusia bahwa para Rasul itu telah menyampaikan Risalah Allah kepada umatnya, dan Rasulullah adalah saksi bagi umat ini, dan dia telah menyampaikan risalah-Nya.
Dari Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, katanya: Abdurrazzaq memberitahukan kepada kami, katanya: Ma'mar memberitahukan kepada kami, dari Zaid bin Aslam: Umat-umat itu akan berkata di hari Kiamat: Demi Allah, hari itu, hampir umat ini seperti para Nabi saja! Tatkala mereka membeku, Allah pun mengabulkannya.
Dari Al Mutsanna menceritakan kepada kami, katanya: Suwaid bin Nasr menceritakan kepada kami, katanya: Ibnu Mubarak menceritakan kepada kami, dari Rusydain bin Sa'd, katanya: Ibnu An'am Al Ma'afiri menceritakan kepada kami, dari Hibban bin Abi Jablah disandarkan kepada Rasulullah SAW, katanya: Ketika Allah mengumpulkan hamba-hamba-Nya pada hari Kiamat, orang pertama yang dipanggil adalah Malaikat Israfil, Tuhan bertanya: Apakah kamu menjalankan amanat-Ku dan menyampaikannya? Ia menjawab: Sudah, Ya Tuhan! Aku telah menyampaikannya kepada Malaikat Jibril.
Jibril pun dipanggil dan ia ditanya: Apakah Israfil sudah menyampaikan amanat-Ku padamu? ia menjawab: sudah Ya Tuhan! Israfil telah menyampaikannya kepada saya; Israfil diizinkan meninggalkan tempat, alih-alih bertanya kepada Jibril: Apakah kamu telah menyampaikan Amanat-Ku? Ia menjawab: Sudah, aku telah menyampaikannya kepada para Rasul itu, dipanggillah para Rasul dan bertanya: Apakah Jibril sudah menyampaikan amanat-Ku kepada kalian? mereka menjawab: Sudah Ya Tuhan! Jibril diizinkan meninggalkan tempat, alih-alih bertanya kepada para Rasul: Apakah kalian sudah menjalankan amanat-Ku? Mereka menjawab: Sudah, kami telah menyampaikan kepada umat-umat kami, maka dipanggillah umat-umat itu dan ditanya: Apakah para Rasul itu sudah menyampaikan amanat-Ku kepada kalian?, sebagian berkata bohong dan sebagian lagi berkata jujur.
Para Rasul itu berkata: kami memiliki saksi-saksi yang akan bersaksi bahwa kami telah menyampaikan amanat tersebut, Allah bertanya: siapa yang kan bersaksi untuk kalian? Mereka menjawab: umat Muhammad, lalu dipanggillah umat Muhammad, lalu mereka ditanya: apakah kalian bersaksi bahwa para Rasul-Ku telah menyampaikan amanat-Ku kepada umat-umat mereka? Umat Muhammad menjawab: Ya, kami bersaksi bahwa para Rasul itu memang benar-benar menyampaikannya; umat mereka membantah: bagaimana orang yang tidak mengetahui tentang kami bisa bersaksi?
Allah bertanya lagi: bagaimana kalian bersaksi terhadap orang yang tidak pernah kalian temui? Mereka menjawab: Ya Tuhan! Engkau telah mengutus seorang utusan kepada kami, menurunkan amanat dan kitab-Mu kepada kami, dan menceritakan bahwa mereka telah menyampaikan risalah tersebut, maka kami bersaksi atas amanat-Mu yang diturunkan kepada kami. Allah pun berfirman : وَكَذَلِكَ جَعَلْنَكُمْ أُمَّةً وَسَطًا yakni adil (tidak berat yang لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا (sebelah artinya, "agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. "
Dari Al Mutsanna menceritakan kepada kami, katanya: Ishaq menceritakan kepada kami, katanya: Abu Zuhair menceritakan kepada kami, dari Juwair, dari Adh-Dhahhak, tentang firman Allah لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ dengan maksudnya mereka berpegang teguh pada petunjuk, mereka adalah Saksi-saksi bagi umat manusia kelak di Hari Kiamat karena mendustakan kepada Rasul Allah dan mengingkari ayat-ayat Allah.
Dari Aku diceritakan oleh Ammar, katanya: Ibnu Abi Ja'far menceritakan kepada kami, dari ayahnya, dari Rabi', tentang firman Allah لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ katanya: agar kalian menjadi saksi-saksi terhadap umat-umat yang hidup sebelum kalian atas wahyu yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan ringkasan yang mereka lakukan; umat-umat itu berkata, kelak di Hari Kiamat, mereka itu terheran-heran: Umat yang tidak hidup di masa kita, mereka beriman kepada wahyu yang dibawa para Rasul kami dan bisa mengatakan kami bohong; mereka sungguh terheran-heran.
Firman Allah وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا artinya mereka beriman kepada Rasul dan wahyu yang dibawa.
Dari Muhammad bin Sa'd menceritakan kepadaku, katanya: Ayahku menceritakan kepadaku, katanya: pamanku menceritakan kepadaku, katanya: Ayahku menceritakan kepadaku, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas, tentang firman Allah لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاس artinya mereka bersaksi atas masa-masa ketika nama Allah dikenalkan.
Dari Qasim menceritakan kepada kami, katanya: Husain menceritakan kepada kami, katanya: Hajjaj menceritakan kepadaku, katanya: Ibnu Juraij berkata: Aku berkata kepada Atha' tentang firman Allah لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ .
Katanya: umat Muhammad SAW menyatukan atas orang-orang yang meninggalkan jalan kebenaran tatkala datang petunjuk dan keimanan, yaitu orang-orang yang hidup sebelum kita, itulah kata-kata Abdullah bin Katsir, katanya: Atha' berkata: sebagai saksi-saksi atas orang yang meninggalkan jalan kebenaran, yakni seluruh umat manusia yang meninggalkan kebenaran, tercatat dalam kitab suci umat Muhammad وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا (bersaksi) bahwa mereka beriman kepada kebenaran ketika didatangkan petunjuk, dan mereka pun membenarkannya.
Dari Yunus menceritakan padaku, katanya: Ibnu Wahb memberitahukanku, katanya: Ibnu Yazid mengatakan tentang firman Allah وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا katanya: Rasulullah SAW menjadi saksi bagi umatnya, dan umatnya sebagai Saksi-saksi bagi umat-umat yang lain, mereka adalah salah satu Saksi-saksi yang seperti difirmankan Allah: وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَدُ dan pada hari berdirinya Saksi-saksi (hari tiba)." (Qs. Ghaafir [40]: 51)
empat malaikat yang selalu menghitung setiap amal perbuatan kita, yang baik dan buruk. Dan membaca firman Allah: وَجَاءَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَعَهَا سَابِقٌ وَشَهِيدٌ "Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat penggiring dan seorang penyaksi." (Qs. Qaaf [50]: 21) ia berkata: inilah suasana hari Kiamat, dan katanya lagi: para Nabi itu menjadi Saksi-saksi atas masing-masing umat mereka.
Perawi berkata: Umat Muhammad SAW menjadi Saksi atas umat-umat yang lain.
Penakwilan firman Allah : وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ (Dan kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot)
Abu Ja'far mengatakan: وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنتَ عَلَيْهَا artinya dan kami tidak menjadikan perubahan arah kiblat, wahai Muhammad, maka kami mengalihkan arah kiblatmu dari kiblat semula (Baitul Maqdis), kami lakukan itu untuk mengetahui orang-orang yang mengikutimu dari orang-orang yang tidak mengikutimu, yaitu orang-orang yang tidak mau ikut merubah arah kiblatnya. Kiblat Rasulullah SAW seperti dijelaskan Allah dalam ayat وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنتَ عَلَيْهَا adalah kiblat yang kamu hadap sekarang sebelum mengalihkannya ke arah Ka'bah. Sebagaimana riwayat berikut:
Dari Musa bin Harun menceritakan kepadaku, katanya: Amr menceritakan kepada kami, katanya: Asbath menceritakan kepada kami, dari As-Suddi, tentang firman Allah وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنتَ عَلَيْهَا artinya Baitul Al-Maqdis.
Dari Qasim menceritakan kepada kami, katanya: Husain menceritakan kepada kami, katanya: Hajjaj menceritakan padaku, dari Ibnu Juraij, katanya: Aku berkata kepada Atha tentang firman Allah وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنتَ عَلَيْهَا artinya Kiblat adalah Baitul Maqdis.
Abu Ja'far mengatakan: Dengan tidak menyebutkan kata "berpaling dari Baitul Maqdis" menunjukkan maksud dari ayat, seperti dalam penjelasan sebelumnya.
Itulah arti pernyataan kami diatas, karena ujian Allah kepada pengikut Rasulullah perihal perubahan arah Ka'bah yang membuat para Rahib Yahudi gusar tatkala arah Kiblat dialihkan dari Baitul Maqdis ke Ka'bah hingga orang-orang yang telah memeluk Islam dan mengikuti Rasulullah balik mempercayai kata para Rahib Yahudi, orang-orang munafik banyak menunjukkan kemunafikan mereka, dan berkata: apa mau Muhammad itu, mengarahkan kita ke arah sana, ke arah sini? Orang-orang Muslim yang sebelumnya menjadi saudara seagama, yaitu mereka yang pernah melaksanakan shalat menghadap ke arah Baitul Maqdis, berkata: amal perbuatan kita dan mereka telah batal dan sia-sia.
Kaum Musyrikin berkata: Muhammad bingung dengan agamanya; soal perubahan itu sebenarnya ujian bagi manusia dan mengoreksi iman orang-orang mukmin, karena itu Allah berfirman: وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ artinya, Kami tidak memalingkan kamu dari Kiblat semula (Baitul Maqdis) dan memisahkan ke arah yang lain, sebagaimana Allah berfirman: artinyadan Kami tidak menjadikan وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلَّا فِتْنَةً لِّلنَّاسِ berita mimpimu yang Aku perlihatkan, sebab jika dia tidak memberitakan kepada umatmu terhadap yang Aku perlihatkan, maka tak seorang pun mendapat ujian, begitu juga Kiblat pertama yang mengarah ke Baitul Maqdis, kalau tidak dialihkan ke arah Ka'bah, maka tak seorang pun akan mendapat ujian dan cobaan.
Khabar-khabar yang diriwayatkan dalam hal ini memiliki arti seperti yang kami jelaskan.
Dari Bisyr bin Mu'adz menceritakan kepada kami, katanya: Yazid menceritakan kepada kami, dari Sa'id, dari Qatadah, katanya: Permasalahan kiblat merupakan cobaan dan koreksi, kaum Anshar menjalankan shalat dengan menghadap Baitul Maqdis selama 2 tahun sebelum kedatangan Nabi SAW, dan beliau menjalankan shalat setelah berhijrah ke Madinah menghadap Baitul Maqdis selama 17 bulan, setelah itu Allah mengalihkan ke arah Ka'bah di Baitul Haram.
Orang-orang kala itu bertanya-tanya: مَا وَلاهُمْ عَن قَبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُواْ عَلَيْهَا ,Nabi SAW merasa rindu kepada tanah kelahirannya! Lalu Allah berfirman: قُل لِّلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَن يَشَاء إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ Orang-orang itu berkata tatkala Kiblat dialihkan ke arah Baitul Haram, bagaimana dengan amal perbuatan yang telah kita kerjakan (ketika menghadap ke arah Baitul Maqdis)? Allah menurunkan ayat : وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيْمَانَكُمْ yang artinya, "Allah sekali-kali tidak akan menyia-nyiakan keimanan kalian."
Allah memberikan ujian kepada para hamba sesuai kehendak-Nya dalam segala hal, untuk mengetahui siapa yang taat dan pula siapa yang tidak taat; segala amal perbuatan itu akan diterima, jika mencerminkan keimanan kepada Allah, ikhlas kepada-Nya dan pasrah kepada ketentuan-Nya.
Dari Musa menceritakan kepada saya, katanya: Amr menceritakan kepada kami, katanya: Asbath menceritakan kepada kami, dari As-Suddi, katanya: Nabi SAW pernah shalat dengan menghadap Baitul Maqdis, lalu digantikan dengan arah Ka'bah. Tatkala beliau shalat menghadap Masjidil Haram, orang-orang itu berselisih dan akhirnya memisah menjadi kelompok-kelompok: Orang-orang Munafik berkata: apa mau mereka, menghadap kiblat tertentu pada satu saat dan di saat lain mereka menghadap ke kiblat lain?
Orang-orang muslim berkata: bagaimana perasaan kita terhadap saudara-saudara yang telah meninggal dunia, dan mereka pernah menjalankan shalat menghadap Baitul Maqdis, apa Allah akan menerima amal perbuatan kita dan ataukah mereka tidak?
Orang-orang Yahudi berkata: Sungguh Muhammad sangat mendambakan tanah ayah dan kelahirannya, kalau ia tetap menghadap kiblat kita (Baitul Maqdis), kita mengharap, dialah orang yang selama ini kita tunggu-tunggu.
Orang-orang Musyrik Makkah berkata: Muhammad menjadi kebingungan dengan agamanya lalu menghadapkan kiblatnya ke arah kalian, dan baru tahu bahwa kalian lebih mendapat petunjuk daripada dia, hampir saja ia memeluk agama kalian.
Lalu Allah menurunkan ayat berkenaan dengan orang-orang munafik sampai ayat
سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَنَهُمْ عَن قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا
sedangkan ayat yang berkenaan
وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ dengan kelompok lain dijelaskan pada ayat-ayat setelahnya.
Dari Qasim menceritakan kepada kami, katanya: Husain menceritakan kepada kami, katanya: Hajjaj menceritakan padaku, dari Ibnu Juraij, katanya: Aku berkata kepada Atha' perihal firman Allah dan ia menjawab:
إِلَّا لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ
Allah telah mencoba (keimanan) mereka untuk mengetahui siapa yang menyerahkan sepenuhnya kepada perintah-Nya. Ibnu Juraij berkata: Aku mendapat cerita bahwa orang-orang yang sebelumnya menganut agama Islam telah kembali ke agama asal, dan berkata: sekali menghadap ke sini dan sesekali menghadap ke sana?
Abu Ja'far berkata: Jika seseorang berkata: Apakah Allah tidak mengetahui siapa saja yang mengikuti Rasulullah SAW, dari orang-orang yang diubah ke agama asal kecuali setelah mengikuti orang yang diikuti, dan orang-orang yang pindah ke agama aslinya, sampai Dia harus berfirman: Apa yang kami lakukan dengan mengalihkan arah kiblat hanya untuk biar Kami tahu orang-orang yang mengikuti Rasulullah SAW dari orang-orang yang dipindahkan dari agamanya? Jawabnya: Allah Maha Mengetahui segala sesuatu sebelum hal itu terjadi, dan firman Allah :
وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ
tidak berarti bahwa Allah tidak mengetahui kecuali setelah hal itu ada.
Jika ada yang bertanya: Apa maksudnya?
Bisa dijawab, menurut kami artinya: Kami tidak menjadikan kiblat (Baitul Maqdis) agar Rasul-Ku, pengikut-Ku dan para wali-Ku mengetahui orang-orang yang mengikuti Rasulullah diantara orang-orang yang berpaling.
Firman Allah: إِلَّا لِتَعْلَمَ
artinya: agar Rasul-Ku dan para Wali-Ku tahu, karena Rasulullah SAW dan para wali-Nya adalah menjadi pihak-Nya.
Biasanya orang Arab menyandarkan perilaku pengikut seorang pemimpin kepada pemimpinnya, seperti kata: artinya yang menjalankan, فَتَحَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ سَوَادَ الْعِرَاقِ وَجَبَّ خَرَاجَهَا itu pengikutnya dan sebabnya dari perintah atasan (pemimpin).
Seperti riwayat Nabi SAW, bahwa beliau bersabda:
يَقُولُ اللَّهُ جَلَّ ثَنَاؤُهُ - مَرِضْتُ فَلَمْ يَعِدُّنِي عَبْدِي، وَاسْتَقْرَضْتُهُ فَلَمْ يُقْرِضْنِي، وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَنْبَغِ لَهُ أَنْ يَشْتُمَنِي
"Allah SWT berfirman: Aku merasa sakit, tidak seorang pun dari hamba-Ku yang menjenguk-Ku, Aku meminta pinjaman kepadanya namun ia tidak meminjami-Ku, dan ia mencela-Ku padahal ia tidak sepantasnya mencela-Ku."
Dari Abu Kuraib menceritakan kepada kami, katanya: Khalid menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Ja'far, dari 'Ala bin Abdurrahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, katanya: Rasulullah SAW bersabda:
قالَ اللَّهُ: اسْتَقْرَضْتُ عَبْدِي فَلَمْ يُقْرِضْنِي، وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَنْبَغِ لَهُ أَنْ يَشْتُمَنِي، يَقُولُ: وَادَهْرَاهُ وَادَهْرَاهُ وَأَنَا الدَّهْرُ، أَنَا الدَّهْرُ
Allah berfirman: Aku meminta pinjaman kepada hamba-Ku, namun ia enggani-Ku, dan mencela-Ku padahal ia tidak sepantasnya mencela-Ku, ia berkata, “Duh! Masa!" padahal Aku-lah Masa, Aku-lah Masa."
Dari Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, katanya: Salmah menceritakan kepada kami, dari Ibnu Ishaq, dari 'Ala bin Abdurrahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah,d ari Nabi SAW dengan riwayat yang sama.
Kemudian, Allah membubuhkan kata, memberikan pinjaman dan menengok kepada diri sendiri, hal itu jika kepada orang lain, karena berawal dari sebab-sebabnya.
Begitu juga dengan firman Allah: إِلَّا لِتَعْلَمَ artinya para wali-Ku dan kelompok-Ku akan mengetahui. Seperti inilah pendapat kami yang juga disepakati para ahli tafsir. Ulama yang berpendapat demikian, menyebutkan:
Dari Al Mutsanna menceritakan kepadaku, katanya: Abu Shalih menceritakan kepada kami, katanya: Mu'awiyah bin Shalih menceritakan kepadaku, dari Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu Abbas, وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ tentang firman Allah 178 الرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ ia berkata: untuk membedakan orang-orang yang yakin dengan orang-orang yang syirik serta ragu.
Sebagian mengatakan, ayat itu difirmankan karena orang Arab memposisikan kata العلم sama dengan الرؤية dan sebaliknya, seperti firman Allah أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَاب الفيل lalu beranggapan bahwa makna أَلَمْ تَرَ berarti أَلَمْ تَعْلَمْ dan beranggapan bahwa makna إلا لتَعْلَمَ artinya agar kami melihat orang-orang yang mengikuti Rasulullah SAW. Dan beranggapan bahwa kata orang: رَأَيْتُ وَعَلِمْتُ وَشَهِدْتُ حُرُوفٌ تَتَعَاقَبُ فَيُوْضَعُ بَعْضُهَا مَوْضِعَ بَعْضٍ
Abu Ja'far mengatakan: Penakwilan ini menyimpang jauh, sebab 'melihat' jika digunakan semakna 'mengetahui' karena tidak mungkin seseorang melihat sesuatu, maka tidak harus melihatnya, padahal nyata ia melihatnya apabila ia normal, jadi boleh dari sisi 'melihat' disandarkan pada 'melihat' akan menjadi 'mengetahui'. Oleh karena itu, dibenarkan dengan penyebutan kata 'melihat' dengan makna yang sama dengan 'mengetahui'.
Bukan hanya itu, jika boleh demikian maka 'mengetahui' akan semakna dengan 'melihat', karena seseorang bisa 'mengetahui' berbagai hal yang belum dilihat dan tidak dilihat, dan tidak mungkin melihat sesuatu tanpa mengetahuinya, seperti yang kami jelaskan sebelumnya, padahal di kalangan orang Arab tidak ada hal-hal seperti itu, sebagaimana dikatakan: عَلَمْتُ كَذَا memiliki makna melihat', namun diperbolehkan mengartikan isi Kitab Allah yang diturunkan kepada Muhammad SAW dengan kata-kata yang sudah kaprah di kalangan orang Arab; menurut Orang Arab kata رَأَيْتُ bisa diartikan عَلمْتُ tetapi علمت tidak bisa diartikan رَأَيْتُ .
Dengan demikian, boleh firman Allah: إِلَّا لِتَعْلَمَ diartikan إِلَّا لِنَرَى Ulama lain mengatakan, firman Allah إلاّ لِتَعْلَمَ artinya orang-orang Munafik, Yahudi dan orang-orang yang mengingkari Allah, mereka ingkar bahwa Allah mengetahui segala sesuatu sebelum terjadi, mereka berkata: Ahli kiblat akan berbalik ke agama semula, jika kiblat Muhammad diubah ke arah Ka'bah, dan perubahan arah itu belum terjadi; atau mereka berkata: bahwa hal itu batil.
Takala Allah mewujudkan hal itu dan merubah arah kiblat, lantaran hal inilah orang-orang kafir itu ingkar, lalu Allah berfirman: Apa yang Aku lakukan hanyalah untuk mengetahui apa yang orang ketahui selain kalian, wahai orang-orang musyrik dan ingkar akan pengetahuan-Ku tentang wujud sesuatu yang belum terjadi, Aku Maha Tahu wujud sesuatu yang belum ada. Seakan-akan maksud orang yang berpendapat demikian, dalam menakwilkan ayat : إلا لتَعْلَمَ adalah untuk menjelaskan kepada kalian bahwa Kami mengetahui orang-orang yang mengikuti Rasulullah dari orang-orang yang mencerminkan darinya. Ini, meski bisa menjelaskan ayat itu, tapi masih dari makna sebenarnya.
Ulama lain mengatakan, firman Allah إِلَّا لِتَعْلَمَ artinya Allah mengetahui sesuatu sebelum terwujud dan dalam segala hal, atas pertimbangan Allah menyertai pada hamba-Nya dan kecenderungan menaati Allah, sebagaimana firman Allah:
قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ وَإِنَّا أَوْ إِيَّاكُمْ لَعَلَى هُدًى أَوْ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
(Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah”, dan Sesungguhnya Kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata). (Qs. Saba [34]: 24).
Allah Maha Mengetahui bahwa ia berada dalam petunjuk dan mereka berada dalam kesesatan yang nyata, tetapi Dia menyertai dalam khitabnya; Allah tidak berkata: Aku berada dalam petunjuk dan kalian berada dalam kesesatan. Begitu juga dengan firman Allah : إِلَّا لِتَعْلَمَ artinya menurut mereka, agar kalian tahu; karena kalian adalah orang-orang yang tidak mengetahui (perubahan Kiblat) sebelum terjadi: Allah menyandarkan kata 'mengetahui' pada diri-Nya sendiri menyertai khitab-Nya.
Dan Kami telah menjelaskan yang lebih baik dan benar dalam hal ini.Adapun firman Allah: مَن يَتَّبِعُ الرَّسُولَ artinya orang-orang yang mengikuti Muhammad SAW dalam menjalankan perintah Allah, lalu mengarahkan kiblat seperti Muhammad juga menghadap ke arah itu.
Adapun firman Allah : مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ artinya orang-orang yang berubah dari agama Allah, lalu berbuat durhaka, ingkar dan menentang Muhammad SAW dari hal tersebut. serupa dalam riwayat berikut:
Dari Yunus menceritakan padaku, katanya: Ibnu Wahb memberitahukan kepada kami, katanya: Ibnu Zaid berkata tentang firman Allah: وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ katanya: Apabila seseorang dimasuki sifat ragu maka ia akan dikembalikan dari Allah, berbalik menjadi kafir.
Asal kata murtad adalah berpaling, berbalik, membelakangi jalan yang dilalui dan menyimpang dari jalan itu; maksud ayat itu, orang-orang yang berpaling dari agama dan kebaikan; dari makna inilah arti firman Allah:
فَأَرْتَدًا عَلَى ءَاثَارِهِمَا قَصَصًا
berbalik arah dari jalan yang telah dilalui mereka berdua. Dinamakan murtad karena balik dari agama yang telah dianut. Dikatakan رجع على عقبيه karena berpaling membelakangi arah yang dilewati pertama kali sebelum ia kembali; dan menjadikan semua itu sebagai contoh bagi setiap orang yang meninggalkan sebuah perintah dan mengambil perintah orang lain apabila berpaling dari sekarang kembali ke sebelumnya ia tinggalkan lalu diambil lagi. Dikatakan juga, . إرتد فلان على عقبه، وانقلب على عقبيه
Penakwilan firman Allah : وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ (dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah;)
Abu Ja'far mengatakan: para ahli tafsir berbeda pendapat tentang apa yang disifati Allah bahwa ia memberatkan kecuali orang-orang yang diberi petunjuk Allah.
Sebagian berpendapat, maksud kata الكبيرة adalah mengalihkan dan merubah kiblat dari baitul Maqdis ke Masjidil Haram. Kata الكبيرة dimuannatskan karena kata perubahan (itumannats. Ulama; yang berpendapat demikian, menyebutkan:
Dari Al Mutsanna menceritakan padaku, katanya: Abdullah bin Shalih menceritakan kepada kami, dari Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu Abbas, firman Allah وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ artinya pergeseran arah kiblat².
Dari Muhammad bin Amr menceritakan kepadaku, katanya: Abu Ashim menceritakan kepada kami, katanya: Isa bin Maimun menceritakan kepada kami, Ibnu Abi Najih, dari Mujahid, tentang firman Allah وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ katanya: perubahan kiblat yang diperintahkan Allah dari Baitul Maqdis ke arah Ka'bah
Dari Al Mutsanna menceritakan kepada saya, katanya: Abu Hudzaifah menceritakan kepada kami, katanya: Syibli menceritakan kepada kami, Ibnu Abi Najih, dari Mujahid dengan riwayat yang sama.
Dari Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, katanya: Abdurrazzaq memberitahukan kepada kami, katanya; Ma'mar memberitahukan kepada kami, dari Qatadah, tentang firman Allah لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ katanya: masalah besar (dan memberatkan) ketika kiblat dialihkanke arah Masjidil Haram, sangat memberatkan kecuali orang-orang yang mendapat petunjuk Allah.
Ulama lain mengatakan الكبيرة artinya kiblat itu sendiri yang sebelum perubahan itu menghadap Baitul Maqdis. ulama yang berpendapat demikian, menyebutkan:
Dari Aku mendapatkan cerita dari 'Ammar bin Hasan, katanya: Abdullah bin Abi Ja'far menceritakan kepada kami, dari ayahnya, dari rabi' dari Abu Aliyah, firman Allah وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةٌ artinya kiblat Baitul Maqdis, إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ
Sebagian lain mengatakan, bahkan kata الكبيرة yaitu shalat yang dikerjakan menghadap kiblat pertama. Ulama yang berpendapat demikian, menyebutkan:
Dari Yunus Ibnu Abdul A'la menceritakan padaku, katanya: Ibnu Wahb memberitahukan kepada kami, katanya: Ibnu Zaid berkata: firman Allah وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ
katanya: shalat kalian hingga Allah menunjukkan kalian ke arah kiblat.
Pada Saat lain Yunus menceritakan padaku, katanya: Ibnu Wahb memberitahukan kepada kami, katanya: Ibnu Zaid berkata: firman Allah وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةٌ katanya: shalatmu di sini-yakni menghadap ke arah Baitul Maqdis selama 16 bulan-dan keberpalinganmu di sini'.
Sebagian para ahli Nahwu Basrah berkata: kata الكبيرة dimuannatskan mengikuti kata القبلة terhadap muannats inilah maksud firman وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةٌ . Sebagian ahli nahwu Kufah berkata: kata الكبيرة dibaca muannats mengikuti kata التولية dan التحويلة
Maka penakwilan ayat menurut madzhab ini: dan Kami tidak mengubah (peralihan) ke arah kiblat, lalu kami memesann kembali ke arah kiblat (Baitul haram) agar Kami mengetahui orang-orang yang mengikuti Rasulullah SAW dari orang-orang yang ditransmisikan, artinya tidak mengikuti, meskipun setiap kiblat itu terasa berat kecuali bagi orang-orang yang beri petunjuk oleh Allah.
Penakwilan ini lebih tepat menurut saya, karena perubahan kiblat oleh Nabi SAW dari kiblat pertama ke kiblat yang lain sangat memberatkan mereka, bukan kiblat atau shalat itu sendiri; karena kiblat pertama dan shalat sama sekali tidak memberatkan mereka, kecuali ta 'nits kata الكبيرة itu mengarah ke kata القبلة. Katanya, kata di jaza' dengan menyebutkan kata القبلة ganti dari kata التولية dan التحويلة karena makna firman menunjukkan demikian, seperti penjelasan sebelumnya; dan inilah pendapat yang tepat. Kata الكبيرة artinya besar, berat, sebagaimana riwayat berikut:
Dari Yunus menceritakan kepada kami, katanya: Ibnu Wahb menceritakan kepada kami, katanya: Ibnu Zaid berkata: firman Allah وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ katanya: menyesakkan dada umat manusia, setan akan membisikkan dalam hati mereka: apa mau mereka, shalat ke arah Baitul Maqdis selama 16 bulan, kemudian berpaling! Hal itu sangat memberatkan hati orang yang tidak mengerti, tidak berpikir serta hati orang-orang munafik, dan mereka berkata lagi: Agama apa ini! Adapun orang-orang yang beriman, Allah memperkuat keimanan itu di hati mereka.
Membaca firman Allah shalat kalian hingga Allah وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ menunjukkan kalian ke arah kiblats.
Abu Ja'far mengatakan: dan adapun firman Allah إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ , artinya: jika berpaling dari kiblat (Baitul Maqdis) sungguh memberatkan kecuali orang-orang yang mendapat pertolongan Allah, Dia menunjukkannya karena dia membenarkanmu, percaya kepadamu, dan mengikutimu dalam masalah perubahan kiblat dan wahyu Allah yang diturunkan kepadamu, sebagaimana riwayat berikut:
Dari Al Mutsanna menceritakan kepadaku, katanya: Abu Shalih menceritakan kepada kami, katanya: Mu'awiyah bin Shalih menceritakan kepadaku, dari Ali bin Thalhah, dari Ibnu Abbas, tentang firman Allah وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ katanya: kecuali orang-orang yang khusyu', yakni orang-orang yang membenarkan wahyu yang diturunkan Allah'.
Penakwilan firman Allah : وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ
(Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu, Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.)
Abu Ja'far berkata: Sebuah pendapat menjelaskan bahwa kata iman, dalam ayat tersebut, adalah shalat. ulama yang berpendapat demikian, menyebutkan:
Dari Abu Kuraib menceritakan kepada kami, katanya: Waki' dan Ubaidillah menceritakan kepada kami, katanya: Sufyan bin Waki' menceritakan kepada kami, katanya: Ubaidillah bin Musa menceritakan kepada kami, semuanya dari Israil, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, katanya: Tatkala Rasulullah SAW menghadap ke arah Ka'bah, mereka berkata: bagaimana nasib saudara kita yang telah meninggal dunia sebelum sepanjang kiblat, padahal mereka shalat di Baitul Maqdis? Lalu Allah menurunkan ayat ; وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَنكُمْ
Dari Isma'il bin Musa menceritakan padaku, katanya: Syarik menceritakan kepada kami, dari Abi Ishaq, dari Barra', tentang firman Allah وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَنَكُمْ shalat kalian yang menghadap ke arah Baitul Maqdis”.
Dari Ahmad bin Ishaq Al Ahwazi menceritakan kepada kami, katanya: Abu Ahmad Az-Zubairi menceritakan kepada kami, katanya: Syarik menceritakan kepada kami, dari Abi Ishaq dari barra' dengan riwayat yang sama.
Dari Al Mutsanna menceritakan padaku, katanya: Abdullah bin Muhammad bin Nufail menceritakan kepada kami, dari Harrani, katanya: Zuhair menceritakan kepada kami, katanya: Abu Ishaq menceritakan kepada kami, dari Barra', katanya: banyak orang mati menghadap kiblat sebelum kiblat beralih ke arah Ka'bah, dan mereka menyerang, kita tidak tahu apa yang harus kami katakan kepada mereka tentang ini, lalu Allah menurunkan ayat : وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَنكُمْ
Dari Bisyr bin Mu'adz Al 'Aqdi menceritakan kepada kami, katanya: Yazid bin Zurai' menceritakan kepada kami, katanya: Sa'id menceritakan kepada kami, dari Qiyadah, katanya: tatkala kiblat bergerak ke arah Baitul Haram, sekelompok orang berkata: bagaimana dengan amal perbuatan yang kita kerjakan ketika masih menghadap ke arah Baitul Maqdis? Kemudian Allah menurunkan ayat: وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ
Dari Musa bin Harun menceritakan padaku, katanya: Amr bin Hamad menceritakan padaku, katanya: Asbath menceritakan kepada kami, dari As-Suddi, katanya: tatkala Rasulullah SAW menghadap ke arah Masjidil Haram, orang-orang muslim berkata: bagaimana perasaan kita terhadap saudara-saudara kita yang mati, sedangkan-di waktu hidup-mereka shalat menghadap Baitul Maqdis? Apakah Allah menerima amal perbuatan kita dan mereka? Lalu Allah menurunkan ayat: وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ dan katanya: shalat kalian yang menghadap Baitul Maqdis, dikatakan lagi: shalat kalian yang menghadap Baitul Maqdis termasuk ketaatan dan shalat kalian yang menghadap Baitul Haram juga termasuk ketaatan.
Dari Aku mendapatkan cerita dari 'Ammar bin Hasan, katanya: Ibnu Abi Ja'far menceritakan kepada kami, dari ayahnya, dari Rabi', katanya: tatkala kiblat dialihkan ke arah Ka'bah, orang-orang itu berkata: Bagaimana dengan amal perbuatan yang kita kerjakan disaat menghadap kiblat kita yang pertama? Lalu Allah menurunkan ayat: وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ
Dari Qasim menceritakan kepada kami, katanya: Husain menceritakan kepada kami, katanya: Hajjaj menceritakan padaku, katanya: Ibnu Juraij berkata: Daud bin Abi Ashim menceritakankan berbohong, katanya: tatkala Rasulullah SAW memalinkan arah ke Ka'bah, orang-orang muslim berkata: Sungguh buruk nasib saudara-saudara kita yang mati dan menjalankan shalat menghadap ke arah Baitul Maqdis, lalu turun ayat وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ
Dari Muhammad bin Sa'd menceritakan kepada kami, katanya: Ayahku menceritakan padaku, katanya: Pamanku menceritakan padaku, katanya: Ayahku menceritakan kepadaku, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas, tentang firman Allah وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَسَكُمْ katanya: shalat yang kalian kerjakan sebelum arah kiblat dirubah, mereka akan bersimpati kepada orang-orang itu, takut amal perbuatan mereka tidak diterima
Dari Yunus bin Abdul A'la menceritakan padaku, katanya: Ibnu Wahb memberitahukan kepada kami, katanya, Ibnu Zaid berkata: firman Allah وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَسْكُمْ maksudnya shalat kalian
Dari Muhammad bin Isma'il Al Fazari menceritakan kepada kami, katanya: Muammil memberitahukan kepada kami, katanya: Sufyan menceritakan kepada kami, katanya: Yahya bin Sa'id menceritakan kepada kami, dari Sa'id bin Mussayab, tentang firman Allah وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَكُمْ katanya: shalat yang kalian kerjakan dengan menghadap ke arah Baitul Maqdis
Abu Ja'far mengatakan: telah kami jelaskan sebelumnya bahwa iman berarti membenarkan, dan membenarkan, adakalanya dengan ucapan saja, perbuatan saja atau kedua-duanya. Arti firman Allah وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ menurut riwayat-riwayat diatas adalah shalat.
Allah tidak menyia-nyiakan sikap yang membenarkan Rasul-Nya dengan shalat yang kalian kerjakan menghadap Baitul Maqdis, karena kalian membenarkan Rasul-Ku, mengikuti perintah-Ku dan taat kepada-Ku. Tambahnya lagi, kalau Allah menyia-nyiakan amal perbuatan itu, berarti Allah tidak akan memberi pahala kepada pengikut Nabi dan orang-or-ang yang menjalankan shalat, amal itu akan hilang sia-sia dan menjadi batal, seperti orang yang kehilangan kekayaan; hal itu berarti Allah membuang amal yang tidak menerima ganti/balasan di dunia dan di akhirat, lalu Allah memberitahukan bahwa amal perbuatan yang dikerjakan seseorang itu tidak akan musnah, semua itu termasuk sebuah ketaatan dan akan diberi pahala, walau kewajiban itu telah dihapus setelah ia menjalankan amal tersebut.
Jika seseorang berkata: Bagaimana? Allah telah berfirman وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ menyandarkan keimanan kepada orang-orang yang masih hidup dan saran firman itu, mereka merasa simpati kepada saudara-saudara yang telah meninggal dunia dan di kala hidup melaksanakan shalat di Baitul Maqdis, berkenaan dengan mereka yang hidup saja ayat ini diturunkan?
Bisa dijawab, walaupun bersimpati, tapi mereka juga bersimpati terhadap nasib mereka sendiri, takut shalat mereka yang dikerjakan menghadap Baitul Maqdis sebelum arah kiblat ditransfer ke arah Ka'bah itu tidak diberi pahala, mereka beranggapan kalau amal perbuatan itu hilang sia-sia, lalu Allah menurunkan ayat ini, sasaran ayat ini adalah orang-orang yang masih hidup termasuk juga yang sudah meninggal dunia, karena orang Arab biasanya, jika mereka termasuk mukhatab (lawan berbicara) dan ghaib (yang) lebih mengutamakan mukhatab (lawan bicara), yang ghaib akan masuk dengan sendirinya, seperti kata orang yang hadir dengan orang yang tidak hadir : فعلنا بكما وصنعنا بكما seolah-olah kedua orang yang sama-sama hadir, tidak boleh mengatakan فعلنا بهما sedang yang dibicarakan hanya salah satu orang; orang Arab menggabungkan yang tidak hadir ke dalam mukhatab.
Penakwilan firman Allah : إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ (Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia)
Abu Ja'far berkata: firman Allah إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ artinya Allah mengasihi seluruh hamba-Nya kata الرأفة lebih tinggi daripada kata الرحمة yakni umum mencakup seluruh makhluk di dunia dan sebagian mereka di akhirat. Adapun kata الرحيم artinya Allah menyayangi orang-orang beriman di dunia dan di akhirat, sesuai penjelasan sebelumnya.
Allah lebih menyayangi hamba-Nya daripada menyia-nyiakan ketaatan mereka lalu tidak memberi balasan pahala, dan lebih menyayangi mereka daripada menyiksa mereka karena meninggalkan amal perbuatan yang tidak diwajibkan. Maksudnya, jangan bersedih hati atas saudara kalian yang telah meninggal dunia dan di kala masih hidup mereka menjalankan shalat menghadap Baitul Maqdis, Aku melihat ketaatan mereka kepada-Ku, mereka juga akan diberi balasan pahala; karena Aku lebih menyayangi mereka daripada menyia-nyiakan amal perbuatan mereka. Dan jangan meremehkan mereka, Aku tidak akan menghukum mereka dengan meninggalkan shalat menghadap ke arah Ka'bah, karena Aku tidak berjanji kepada mereka, Aku lebih menyayangi makhluk-Ku daripada menghukum mereka karena meninggalkan apa yang tidak Aku perintahkan.
Sumber : At thabari 600 sd 629
Comments
Post a Comment