Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah hamba yang tunduk ( manasik haji, Al Baqarah 128)

 


sumber gambar : Chat GPT


رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. ( Al Baqarah 128)

Penakwilan firman Allah :رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ ( Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau)

Abu Ja'far mengatakan: Ini juga merupakan pemberitahuan Allah tentang Ibrahim dan Isma'il bahwa keduanya telah meninggikan dasar-dasar Baitullah, sambil berdoa: رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ yang artinya: Dan jadikanlah kami orang-orang yang patuh terhadap perintah-Mu, patuh taat kepada-Mu, kami tidak akan menyekutukan-Mu dengan siapapun dalam menjalankan ketaatan itu, juga tidak akan menyembah kepada selain Engkau. Sebelumnya telah kami tunjukkan bahwa makna islam adalah tunduk patuh kepada Allah dengan taat menjalankan ibadah.

Adapun firman Allah: وَمِن ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةٌ لَّكَ artinya keduanya mengkhususkan bagi sebagian keturunannya; karena Allah telah memberitahukan Ibrahim sebelum ia memohon kepada-Nya bahwa keturunan mereka tidak akan menerima janji Allah (yaitu akan dikutuk dan dihukum seketika) karena kedzaliman dan kelalimannya, lalu ia mengkhususkan doanya untuk sebagian keturunan keduanya. Ada pendapat yang mengatakan bahwa maksud keduanya adalah keturunan dari orang-orang Arab. Ulama yang berpendapat demikian menyebutkan:

Dari Musa bin Harun menceritakan kepada kami, katanya: Amr bin Hammad menceritakan kepada kami, katanya: Asbath menceritakan kepada kami, dari As-Suddi, katanya: Firman Allah وَمِن ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةٌ مُسْلِمَةٌ لَّكَ maksudnya adalah "Orang-orang Arab. "

Abu Ja'far mengatakan: Ini adalah pendapat yang menunjukkan pertentangan dengan makna dzahir ayat, karena makna dzahir menjelaskan bahwa keduanya berdoa kepada Allah agar menjadikan keturunan mereka adalah orang-orang yang taat dan menjalankan perintah Allah, padahal keturunan Ibrahim ada yang berasal dari Arab dan non-Arab, orang yang patuh menjalankan perintah Allah dan taat menjalankan ibadah itu berasal dari kedua belah pihak. 

Sungguh tidak berarti pendapat orang yang mengatakan: Maksud Ibrahim dalam doanya untuk satu golongan dari keturunannya tanpa keturunan yang lain, kecuali hanya prediksi saja. Adapun umat dalam hal ini, memiliki arti sekelompok manusia, dari firman Allah yang lain: yang وَمِن قَوْمِ مُوسَى أُمَّةٌ يَهْدُونَ بِالْحَقِّ وَبِهِ، يَعْدِلُونَ  (artinya, "Dan di antara kaum Musa terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak dan dengan hak itulah mereka menjalankan keadilan." (Qs. Al A'raaf [7]: 159)

Penakwilan firman Allah: وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا  (dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami)

Abu Ja'far mengatakan: Para ahli bahasa berbeda pendapat tentang bacaan firman diatas, sebagian membaca وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا bermakna perlihatkanlah dengan mata zhahir, artinya tampaknya cara-cara ibadah itu agar aku bisa melihatnya dengan mata telanjang. Inilah bacaan ahli bahasa Hijaz dan Kufah, sebagian menakwilkan firman Allah diatas dengan huruf raa yang disukun أرنا tanpa dikasrah.

Para ulama juga berbeda pendapat dalam menakwilkan firman Allah مناسكنا, sebagian dari mereka mengatakan, "Tata cara dan aturan haji". Ulama yang berpendapat demikian menyebutkan:

Dari  Bisyr bin Mu'adz menceritakan kepada kami, katanya: Yazid menceritakan kepada kami, katanya: Sa'id menceritakan kepada kami, dari Qatadah, katanya: firman Allah وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا artinya Allah tampilkan kepada Ibrahim dan Isma'il tata cara thawaf di Baitullah, sa'i antara bukit Shafa dan Marwah, kembali dari tanah Arafah, melontar jumrah, hingga Allah menyempurnakan agama-Nya, atau agama Ibrahim

Dari Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, katanya: Abdurrazaq memberitahukan kepada kami, katanya: Ma'mar memberitahukan kepada kami, dari Qatadah dalam menakwilkan firman Allah وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا katanya: Perlihatkanlah kepada kami tata cara dan haji kami.

Dari Musa menceritakan kepada kami, katanya: Amr menceritakan kepada kami, katanya: Asbath menceritakan kepada kami, dari As-Suddi, katanya: Tatkala Ibrahim dan Isma'il telah selesai membangun Baitullah, lalu Allah menyuruhnya untuk memohon dan Ibrahim pun berdo'a وَأَذْنَ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ lalu ia menyeru: Wahai umat manusia, Allah telah memerintahkan kalian untuk menjalankan ibadah haji di Baitullah. 

Seruan itu telah terpatri dalam relung hati setiap orang yang beriman, setiap gunung, pohon dan hewan yang mendengarkan seruan itu menjawab : لَيْكَ لَبَّيْكَ (kami penuhi panggilan-Mu) lalu mereka pun menjawab panggilan itu: لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ maka berbondong-bondong orang datang dari segala penjuru. 

Selanjutnya Allah memerintahkan pergi ke Arafah, lalu keluar dari Arafah, ketika sampai di sebuah pohon, syetan menghampirinya dan Ibrahim melempar setan itu dengan 7 kali lemparan batu sambil bertakbir setiap kali melempar. Syetan akhirnya terbang dan pindah ke Jumrah kedua, lalu Ibrahim menghampirinya dan melempar batu sambil bertakbir, syetan pun pindah ke Jumrah ketiga, Ibrahim pun melemparnya lagi sambil membaca takbir. 

Ketika ia nampak tidak kuat lagi, dan Ibrahim tidak tahu kemana syetan itu telah pergi, maka ia beranjak sampai tiba di dekat Dzül Majaz, tatkala ia melihatnya, ia tidak tahu secara persis, karena itulah dinamakan Dzul Majaz. 

Kemudian berangkat lagi dan tiba di tanah Arafah sampai tiba waktu sore dan bertolak menuju Jam', biasa disebut Muzdalifah, terletak di daerah Jam', selanjutnya ia berangkat lagi hingga didatangi syetan yang telah ia temui sebelumnya, dan Ibrahim melemparnya dengan 7 batu sebanyak 7 kali lemparan, berikutnya bermukim di Mina hingga selesai pelaksanaan Haji. Itulah penakwilan firman Allah  وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا

Ulama yang lain mengatakan, manasik berarti sesembelihan atau pengorbanan. Penakwilan firman di atas menurut pendapat ini adalah dan perlihatkan kepada kami bagaimana mengorbankan hewan, Ya Tuhan kami, agar kami bisa menyembelihnya untuk-Mu. Ulama yang berpendapat demikian menyebutkan:

Dari Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, katanya: Abdurrahman menceritakan kepada kami, katanya: Sufyan menceritakan kepada kami, dari Ibnu Juraij, dari Athaوَأَرِنَا مَنَاسِكَنا berarti menyembelih atau berkorban, katanya. 

Dari Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, katanya: Abdurrazaq menceritakan kepada kami, katanya: Ats-Tsauri menceritakan kepada kami, dari Ibnu Juraij, dari Atha, katanya: artinya "sesembelihan kami."

Dari Muhammad bin Amr menceritakan kepada saya, katanya: Abu Ashim menceritakan kepada kami, katanya: Isa menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abi Najih dari Mujahid menyatakan riwayat yang serupa.

Dari Al Mutsanna menceritakan kepada kami, katanya: Abu Hudzaifah menceritakan kepada kami, katanya: Syibil menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid. lalu mengatakan riwayat yang serupa.

Dari Qasim menceritakan kepada kami, katanya: Husain menceritakan kepada kami, katanya: Hajjaj menceritakan padaku, dari Ibnu Juraij, katanya: Atha' berkata: Aku mendengar Ubaid bin Umair berkata وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا artinya perlihatkan kepada kami cara penyembelihan korban.

tidak menyampaikan penglihatan mata kasat, bacaan ini diriwayatkan dari ulama terdahulu. ulama yang berpendapat demikian menyebutkan:

Dari Qasim menceritakan kepada kami, katanya: Husain menceritakan kepada kami, katanya: Hajjaj menceritakan padaku, dari Ibnu Juraij, : Atha berkata : وَأَرْنَا مَنَاسِكَنا artinya keluarkanlah dan tunjukkanlah kepada kami, agar kami mengetahuinya.

Dari Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, katanya: Abdurrazaq memberitahukan kepada kami, katanya: Ibnu Juraij memberitahukan kepada kami, katanya: Ibnu Al Musayyab mengatakan, Ali bin Abi Thalib berkata: Tatkala Ibrahim selesai membangun Baitullah, lalu Ibrahim berdoa: aku telah menyelesaikannya, Tuhanku! Maka tunjukkanlah cara-cara ibadah kami, jelaskan kepada kami agar kami dapat mengetahuinya! Lalu Allah mengutus Jibril dan menjalankan haji di Baitullah. 

Abu Ja'far mengatakan: Riwayat di atas memiliki arti yang sama, ulama yang membaca huruf raa 'yang dikasrah, menjadikan tanda jazm kepada huruf Yaa seperti أرينه atau أره dan menetapkan huruf raa 'yang dikasrah sebagaimana ketika sebelum dijazm; sedangkan yang mensukun huruf raa ، أرنا, berarti mengirabkan huruf raa dan mensukun dalam kondisi jazm, seperti yang terjadi pada لَمْ يَكُنْ dan لَمْ يَكُ baik yang memiliki arti penglihatan dengan mata kasat atau mata hati, dalam hal ini tidak ada perbedaan yang berarti antara penglihatan mata kasat dan mata hati.

Adapun kata مناسك adalah bentuk jamak dari مَنْسَك yaitu sebuah tempat yang dijadikan peribadatan kepada Allah dan mendekatkan diri kepadanya dengan amal perbuatan yang shalih, karena itu dikatakan syiar-syiar haji adalah manasik haji, karena ia adalah tanda dan petunjuk yang dibiasakan oleh manusia dan dilakukan secara berulang-ulang. Akar kata مَنْسَك menurut Orang Arab adalah tempat yang dijadikan kebiasaaan seseorang. Seperti kata الفلان مَنْسَكٌ dan itu jika fulan memiliki tempat yang biasa melakukan kebaikan dan keburukan sebab مناسك disebut manasik (tempat yang dijadikan kebiasaan) karena seringkali dan biasanya dijadikan lahan ibadah haji dan umrah dan amal-amal perbuatan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ada Yang mengatakan, makna نسك adalah ibadah kepada Allah. Seorang ناسك adalah orang yang beribadah kepada Allah, maka arti firman Allah وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا adalah beritahukan kepada kami ibadah-Mu bagaimana kami harus menjalankannya! Dimana dan perbuatan apa yang Engkau ridhai agar kami dapat melakukannya! Walaupun pendapat ini bisa dianggap sah dan diterima, namun kebanyakan kata manasik bermakna tata cara haji seperti penjelasan sebelumnya, tidak termasuk ucapan Ibrahim dan Isma'il ketika memohon kepada Allah untuk keduanya, melainkan permohonan untuk keduanya dan keturunannya. Tatkala mereka menggabungkan keturunan dengan diri keduanya, dengan demikian memberitahukan tentang keduanya. Pendapat kami yang seperti ini karena mendahulukan doa keduanya kepada keturunan dari kaum muslimin sebelumnya di awal ayat dan selanjutnya mengakhirkannya di akhir ayat.

Adapun awal ayat itu adalah doa mereka berdua: رَبَّنَا وَأَجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ kemudian menggabungkan diri mereka dan keturunan mereka yang muslim dalam permohonan kepada Allah agar diperlihatkan tata cara ibadah mereka dan berkata وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَتا

Adapun ayat selanjutnya رَبَّنَا وَأَبْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًاً مِّنْهُمْ memohon khusus untuk keturunan mereka. Itulah bacaan Ibnu Mas'ud وَأَرِهِمْ مَنَاسِكَهُمْ artinya perlihatkan kepada keturunan kami yang muslim tata cara ibadah mereka.

Penakwilan firman Allah : وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (dan terimalah Taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang)

Abu Ja'far mengatakan: Adapun taubat berarti kembali dari perbuatan yang dibenci kepada yang disukai. Taubat seorang hamba kepada Tuhannya adalah kembali dari perbuatan yang dibenci Allah dengan cara penyesalan dan tidak kembali lagi, tekad tidak kembali menjalankannya. Taubat Allah kepada hamba-Nya adalah kembali memaafkan dari tindak kejahatan hamba-Nya serta memaafkan dari hukuman dosa hamba tersebut sebagai ampunan dan karunia Allah.

Jika ada yang mengatakan, apakah Ibrahim dan Isma'il telah melakukan dosa hingga mereka harus memohon ampun kepada Allah?

Pertanyaan ini bisa dijawab: "Tidak seorang pun dari makhluk Allah dan amal perbuatan antara ia dan Allah, kecuali kewajiban untuk kembali dan bertaubat kepada-Nya. Boleh saja melakukan hal itu, tapi hanya khusus pada amal peninggian (membina) dasar-dasar Baitullah, karena itu adalah tempat yang paling sesuai untuk dikabulkan doa mereka, dan menjadikan apa yang dilakukan mereka berdua sebagai Sunnah (tradisi) yang akan diikuti setelahnya; dan dataran itu akan dijadikan manusia sebagai tempat membuang dosa-dosa dan kembali kepada Allah. 

Mungkin juga maksud dari doa mereka وَتُبْ عَلَيْنَا terimalah taubat kami dari kelaliman putra-putra dan keturunan mereka yang telah Engkau beritahukan kepada kami kelaliman dan kesyirikan mereka, sampai mereka kembali menuju jalan-Mu; dzahir ayat ini menjelaskan doa untuk diri mereka dan yang dimaksud adalah keturunan mereka, seperti kata بَرَّنِي فُلانٌ إِبْرَ وَلَدِهِ dan kata أَكْرَمَنِي فُلَانٌ فِي وَلَدِي وَأَهْلِي

Adapun firman Allah: إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ artinya sesungguhnya Engkau yang mengembalikan hamba-Mu berkat kekuasaan-Mu serta menunjukkan sifat kasih sayang-Mu dengan memberi maaf dan ampunan, cinta mereka, siapa saja yang ibundai seperti sifat rahman-Mu yang lebih dari murka-Mu, selamatkan siapa saja yang Engkau kehendaki untuk menyelamatkan berkat sifat cinta-Mu yang lebih besar dari kebencian-Mu.


Sumber Tafsir At Thabari : Hal 535 sd 542

Comments