Permintaan yang tdk masuk Akal ( Al Baqarah 108)

 



أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَىٰ مِنْ قَبْلُ ۗ وَمَنْ يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ

Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada jaman dahulu? Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus ( Al Baqarah 108)

Tafsir firman Allah أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَىٰ مِنْ قَبْلُ   (Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada rasulmu seperti bani Israil meminta kepada Musa pada zaman dahulu?)

Abu Ja'far berkata: Ahli tafsir berbeda pendapat mengenai sebab turunnya ayat ini, sebagian berpendapat sebagaimana yang dijelaskan dalam riwayat berikut:

Dari Abu Kuraib menceritakan kepada kami, katanya, Yunus bin Ukair menceritakan kepada kami, Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, Salamah bin Al fadhl menceritakan kepada kami, katanya, Ibnu Ishaq menceritakan kepada kami, Muhammad bin Abu Muhammad budak Zaid bin Tsabit menceritakan kepadaku, katanya, Sa'id bin Jabir atau Ikrimah menceritakan kepada kami dari Ibnu Abbas: Rafi' bin Khuraimalah dan Wahab bin Zaid berkata kepada Rasulullah: "Berikanlah kepada kami kitab yang diturunkan dari langit untuk kami baca dan pancarkanlah sungai bagi kami niscaya kami akan mengikutimu dan mempercayaimu, maka Allah SWT menurunkan dalam hal itu.

أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَىٰ مِنْ قَبْلُ

Dan yang lainnya mengatakan sebagaimana yang diriwayatkan:
Dari  Bisyr bin Mu'adz menceritakan kepada kami, katanya, Yazid menceritakan kepada kami, katanya, Sa'id menceritakan kepada kami dari Qatadah mengenai firman Allah:

أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَىٰ مِنْ قَبْلُ 

bahwa Musa dimintai sesuatu, dikatakan kepadanya : أرنا اللَّهَ جَهْرَةٌ yang artinya: "Perlihatkan Allah kepada kami dengan nyata." (Qs. An-Nisaa` [4]: 153).728

Dari  Musa bin Harun menceritakan kepadaku, katanya, Amr menceritakan kepada kami, katanya, Asbath menceritakan kepada kami dari As-Suddi 
أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَىٰ مِنْ قَبْلُ

Agar Allah memperlihatkan secara terang-terangan kepada mereka, maka orang-orang Arab meminta kepada Rasulullah agar Allah datang kepada mereka sehingga mereka bisa melihat-Nya dengan nyata.

Dan yang lainnya berkata sebagaimana:

Dari Muhammad bin Amr menceritakan kepada kami, tentang hal itu, Abu Ashim menceritakan kepada kami, katanya, Isa menceritakan kepada kami dari Ibnu Abi Najih dari Mujahid tentang firman Allah

أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَىٰ مِنْ قَبْلُ

untuk Allah menampilkan kepada mereka secara nyata. Maka kaum Quraisy meminta kepada Muhammad SAW. agar Allah menjadikan baginya bukit shafa sebagai emas, Rasulullah bersabda, "Ya, dan itu bagi kalian seperti hidangan bani Israil, jika kalian kafir." maka mereka pun enggan dan kembali. 

Dari Al Qasim menceritakan kepada kami, katanya, Al Husain menceritakan kepada kami, katanya, Hajjaj menceritakan kepada kami dari Ibnu Juraij dari Mujahid, ia berkata orang Quraisy meminta kepada Muhammad untuk menjadikan bukit Shafa bongkahan emas bagi mereka, maka berkata, hal itu bagi kamu seperti hidangan bagi Bani Israil jika kalian kafir, maka mereka enggan dan kembali, maka Allah menurunkan :


أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَىٰ مِنْ قَبْلُ

 untuk menampilkan Allah kepada mereka secara nyata.

Dari Al Mutsanna menceritakan padaku, katanya, Abu Hudzaifah menceritakan kepada kami, katanya, Syibil menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abi Najih dari Mujahid yang sama.

Dan yang lainnya berpendapat sebagaimana dalam riwayat berikut:

Dari  Al Mutsanna menceritakan padaku dengan hal itu, katanya, Ishaq menceritakan kepada kami, katanya, Ibnu Abi Ja'far menceritakan kepada kami dari bapaknya dari Ar-Rabi' dari Abu Aliyah, ia berkata, seorang laki-laki berkata: Wahai Rasulullah jika kafarat kita seperti kafarat Bani Israil, maka Nabi SAW bersabda, "Ya Allah, kami tidak menginginkannya, apa yang Allah berikan kepada kalian lebih baik daripada yang Dia berikan kepada bani Israil." Bahwa Bani Israil jika salah satu diantara mereka melakukan kesalahan akan mendapatkan kesalahan tersebut dan kafaratnya tertulis di pintunya. Jika dia memaafkan kafaratnya, maka dia kehinaan di dunia dan jika tidak memaafkan kafaratnya maka dia kehinaan di akhirat dan Allah telah memberikan kebaikan yang lebih baik dari apa yang telah diberikan kepada bani Israil berkata

وَمَن يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ، ثُمَّ يَسْتَغْفِرِاللهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَّحِيمًا 

yang artinya, "Dan barangsiapa yang mengerjakan aktivitas dan menganiaya dirinya kemudian dia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia kepada Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Qs. An-Nisaa` [4]: ​​110), katanya, dan berkata, “Salat lima waktu dan antara Jum'at ke Jum'at yang berikutnya adalah penebus diantara keduanya.” Dan berkata, "Barangsiapa yang terdetik berbuat kebaikan dan belum melakukannya maka dituliskan kepada satu kebaikan, jika dia merealisasikannya, maka dituliskan sepuluh kebaikan yang sama dan tidak ada yang meminta kehancuran kepada

Allah kecuali pasti akan binasa." Maka Allah menurunkan: 

أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَىٰ مِنْ قَبْلُ

Ahli bahasa Arab berbeda pendapat tentang makna أم yang berada dalam firman Allah: أم تُريدُونَ . Sebagian ahli Basyrah mengatakan bahwa hal itu bermakna al istifham maka tafsir firman Allah Itu: "Apakah kalian ingin bertanya kepada Rasul kalian?"

Jika makna أم sebagaimana yang kami sifatkan, maka tafsir dari ayat tersebut adalah: apakah engkau wahai kaum menghendaki untuk meminta sesuatu kepada Rasul kamu, seperti yang diminta kaum Musa terdahulu, maka kalian akan menjadi kafir, jika menahan permintaanmu, apa yang tidak boleh menurut hikmat Allah untuk diberikan kepada kalian, atau kalian akan binasa jika itu termasuk yang dibolehkan di dalam hikmahnya untuk diberikan kepada kalian, maka diberikan kepada kalian kemudian kalian kafir setelah itu, sebagaimana telah binasa umat sebelum yang meminta kepada Nabi-Nya adalah sesuatu yang tidak boleh mereka pinta, maka ketika diberikan kepada mereka, mereka kafir, maka Allah mempercepat hukumannya karena kekafirannya setelah Allah memberikan apa yang mereka minta.

Tafsir firman Allah: وَمَنْ يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالْإِيمَانِ  (Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran)

Abu Ja'far berkata: Yang dimaksud oleh Allah dalam ayat وَمَنْ يَتَبَدَّلِ

dan barangsiapa yang mengganti dengan kekafiran, dan yang dimaksud dengan kekafiran adalah: yaitu menentang Allah dan ayat-ayat-Nya  بِالْإِيمَانِ  yakni dengan membenarkan Allah dan ayat-ayat-Nya serta mengakui-Nya. 

Dan dikatakan bahwa maksud الكفر disini adalah masa kesusahan dan الأيمان adalah masa kelonggaran, namun aku tidak mengetahui bahwa kesusahan adalah arti dari الكفر dan kelonggaran arti dari الأيمان kecuali jika yang mengatakan hal itu bermaksud bahwa tafsir الكفر berarti kesusahan dalam pembahasan ini, dan الأيمان diartikan kelonggaran, adalah apa yang Allah sediakan bagi orang-orang kafir di akhirat dengan kesusahan, dan apa yang Allah sediakan bagi orang beriman di akhirat dengan kenikmatan, maka hal itu menjadi salah satu dari tafsiran ayat meskipun jauh dari pemahaman zhahir ayat tersebut.

seperti disebutkan dalam riwayat berikut:

Dari Al Mutsanna menceritakan kepadaku, katanya, Ishaq menceritakan kepada kami, katanya, Ibnu Abi Ja'far menceritakan kepada kami dari bapaknya dari Abi Aliyah: وَمَنْ يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالْإِيمَانِ berkata, “Mengganti kesusahan dengan kesenangan. "

Dari Al Qasim menceritakan kepada kami, katanya, Al Hasan menceritakan kepada kami, katanya, Hajjaj menceritakan kepada saya dari Ibnu Abi Ja'far 

dari Ar-Rabi' dari Abu Aliyah seperti itu.  Kemudian dalam firman Allah :

 وَمَن يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السبيل 

adalah bukti yang jelas terhadap apa yang kami katakan bahwa ayat-ayat ini dimulai dari firman Allah : 

يَتَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَقُولُواْ رَاعِنَا 

Adalah khitab dari Allah kepada orang-orang yang beriman, dari kalangan sahabat Rasulullah, dan celaan dari Allah bagi mereka terhadap suatu perbuatan yang telah mereka perbuat dari apa yang diperbuat kaum Yahudi, dan Rasulullah menjadikan bagi mereka sesuatu yang dibenci, maka Allah pun menjadikannya sebagai sesuatu yang dibenci, kemudian Allah mencela hal itu, dan memberitahukan kepada mereka bahwa kaum Yahudi adalah golongan yang sangat membenci mereka serta hasad dan menentang, dan bahwa kaum Yahudi berharap musibah akan menimpa mereka. Dan Allah melarang mereka untuk meminta nasehat kepada mereka dan Allah memberitahukan kepada mereka bahwa siapa yang murtad diantara mereka dari agamanya kemudian mengganti imannya dengan kekafiran maka telah memilih jalan yang sesat.

Penakwilan firman Allah: فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ  (maka sungguh-sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus)

Abu Ja'far berkata: sedangkan firman Allah: فَقَدْ ضَلٌ maka yang selanjutnya adalah telah pergi dan menyimpang, dan asli kata الصَّلالُ عَنِ الشَّيْء pergi darinya dan tersesat, kemudian digunakan dalam sesuatu yang binasa dan sesuatu yang tidak diperhatikan sebagaimana perkataan mereka kepada seorang yang tidak dikenal: ضَلَّ بْنُ ضَلِّ، قَلْ بْنُ قَلْ 

Kemudian yang dimaksud dengan firman Allah: فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ yakni telah pergi dari jalan yang lurus dan menyimpang darinya.

Sedangkan tafsir firman Allah : سَوَاءَ السَّبِيلِ yang dimaksud dengan

القَصْدُ وَالْمِهَجُ : السَّوَاءُ maksud dan metode, dan asli kata السَّواء adalah menengah, di riwayatkan dari Isa bin Umar An-Nahwi bahwa dia berkata مَازِلْتُ أَكْتُبُ حَتَّى إِنْقَطَعَ سُوَانِي yaitu : pertengahan. 

Maka takwil ayat tersebut menjadi: maka barangsiapa yang mengganti iman mereka kepada Allah dan Rasul-Nya dengan kekafiran, kemudian keluar dari agamanya, maka telah menyimpang dari manhaj yang berada di tengah-tengah, yang jelas dan jalan yang diikuti. 
Dan zhahir perkataanya adalah berita tentang hilangnya orang yang menggantikan keimanan dengan kekafiran dari jalan, dan arti yang dimaksud dalam khabar tersebut bahwa dia meninggalkan agama Allah yang Allah ridhai untuk hamba-Nya dan menjadikan jalan yang mereka tempuh menuju ridha-Nya dan jalan yang mereka lalui menuju kecintaan-Nya dan kemenangan dengan mendapatkan surga-Nya dan Allah menjadikan jalan yang jika dilalui oleh seseorang yang tetap berada di porosnya, maka dia akan selamat dan tercapai tujuannya dan akan mendapatkan yang dia inginkan untuk agamanya yang Allah serukan kepada hambah-Nya. 
Ketika memenuhi apa yang menjadi kewajibanya dan mengikutinya, mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan di akhiratnya sebagaimana orang yang mengetahui apa yang wajib dia penuhi sebagai orang yang berjalan maka memenuhi kewajiban itu, dia akan mendapatkan apa yang dia minta dari keselamatan di dalamya dan sampai kepada tujuan yang dia maksud dan dia tuju, dan Allah menjadikan contoh orang-orang yang menyimpang dari agama-Nya dan enggan mengikuti apa yang dia serukan kepada hamba-Nya dalam kehidupannya, dan jauhnya dia dari Rabb-nya sebagaimana orang yang menyimpang dari jalan yang lurus dan dari jalan yang benar yang tidak akan bertambah kesesatanya pada jalan yang dia tempuh kecuali akan bertambah jauh dari tempat tujuannya dan dari tempat yang dia maksud dan jalan yang Allah beritahukan ini bahwa siapa yang mengganti iman dengan kekafiran maka telah tersesat dari jalan-Nya yang lurus yaitu shiratal mustaqim yang Allah perintahkan kepada kita untuk selalu meminta hidayah baginya dengan firman-Nya : 

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ 

yang artinya "Tunjukanlah kami jalan yang lurus, (yaitu)jalan orang-orang yang engkau beri nikmat kepada mereka. " (Qs. Al Fatihah [1]: 6 dan 7)

Sumber : Tafsir At Thabari

Comments