Apakah Yahudi, Nasrani dan Sabiin yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir di ridoi Allah SWT ? (AlBaqarah 62)
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (AlBaqarah 62)
Penakwilan firman Allah: إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ هَادُواْ
(“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi)
Abu Ja'far berkata: Adapun الَّذِينَ ءَامَنُواْ adalah orang-orang yang beriman kepada Rasulullah SAW dan membenarkan apa yang dibawanya.
Sedangkan والذينَ هَادُواْ adalah orang-orang Yahudi. Dan disebut Yahudi karena mereka mengatakan, إِنَّا هُدْنَا إِلَيْكَ artinya: "sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada-Mu." (Qs. Al A'raaf [7]: 156).
Dari Al Qasim menceritakan kepada kami, katanya: Al Husain menceritakan kepada kami, katanya: Hajjaj menceritakan padaku dari Ibnu Juraij, ia berkata, disebut Yahudi karena mereka mengatakan إِنَّا هُدْنَا إِلَيْكَ
Penakwilan firman Allah: وَالنَّصَرَى (Orang-orang Nasrani)
Abu Ja'far berkata: Kata وَالنَّصَرَى adalah jamak dari kata tunggal نَصْرَان seperti kata سُکاری bentuk jamak dari kata tunggal سكران . Namun yang biasa digunakan dalam perkataan Arab ketika menyebut kata tunggal dari نَصْرَانِي adalah النصاري
Bahwa disebut نَصَارَى karena mereka saling bantu membantu diantara mereka dan saling bela membela. Dan ada yang mengatakan, bahwa disebut نَصَارَى karena mereka tinggal di tempat yang bernama ناصرة
Dari Al Qasim menceritakan kepada kami, katanya: Al Husain menceritakan kepada kami, katanya: Hajjaj menceritakan padaku dari Ibnu Juraij ia berkata, disebut نَصَارَى karena mereka tinggal di tempat yang bernama ناصرة
Ada pula yang mengatakan, bahwa disebut نَصَارَى karena sesuai dengan firman Allah: مَنْ أَنصَارِيَّ إِلَى اللَّهِ artinya: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" (Qs. As-Shaff [61]: 14).
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dengan riwayat yang kurang disetujui, bahwa ia berkata, disebut نَصَارَى karena desa Isa bin Maryam namanya ناصرة, dimana sahabat-sahabatnya disebut ناصرين, dan Isa disebut النَّاصِرِي
Dari Yang menceritakan hal itu kepadaku adalah Hisyam bin Muhammad dari bapaknya dari Abu Shalih dari Ibnu Abbas.
Dari Bisyr bin Mu'adz menceritakan kepada kami, katanya: Yazid menceritakan kepada kami, katanya: Sa'id menceritakan kepada kami dari Qatadah ia berkata, disebut نَصَارَى karena mereka tinggal di desa yang bernama ناصرة dimana Isa bin Maryam tinggal di dalamnya. Ia adalah nama yang mereka gunakan, padahal mereka tidak diperintahkan untuk menamakan demikian.
Dari Al Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, katanya: Abdurrazzaq memberitahukan kepada kami, katanya: Ma'mar memberitahukan kepada kami dari Qatadah tentang firman Allah: الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَرَى
(orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya kami ini orang-orang nashrani.) (Qs. Al Maaidah [5]: 14) ia berkata, mereka menamakan dirinya sesuai nama desa yang disebut ناصرة dimana Isa bin Maryam tinggal disana.
Penakwilan firman Allah : وَالصَّابِعِينَ (Sabiin)
Abu Ja'far berkata: Kata وَالصَّابِعِينَ adalah bentuk jamak dari kata tunggal صابئ dari akar kata صَبَاً يَصْباً صَباً yang berarti; mengganti agamanya dengan agama yang lain, dan setiap orang yang keluar dari agamanya kepada agama yang lain, maka ia disebut صابئ
Para mufassir berselisih pendapat mengenai siapa yang mesti disebut dengan nama ini. Sebagian dari mereka mengatakan, ia ditujukan pada setiap orang yang keluar dari suatu agama kepada agama yang lain. Mereka berkata, dan yang dimaksud oleh Allah dengan nama ini adalah sekelompok orang yang tidak beragama. Seperti dijelaskan dalam riwayat-riwayat berikut:
Dari Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, katanya: Abdurrahman bin Mahdi menceritakan kepada kami dan Al Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, katanya: Abdurrazzaq menceritakan kepada kami semuanya dari Sufyan dari Laits dari Mujahid ia berkata, وَالصَّابِعِينَ mereka bukan orang Yahudi dan bukan orang Nasrani, mereka tidak memiliki agama.
Dari Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, katanya: Abdurrahman bin Mahdi menceritakan kepada kami, katanya: Sufyan menceritakan kepada kami dari Al Hajjaj bin Arthah dari Al Qasim bin Abi Bazzah dari Mujahid riwayat yang sama.
1101. Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, katanya: Hakam menceritakan kepada kami dari Anbasah dari Al Hajjaj dari Mujahid ia berkata, وَالصَّابِئِينَ yaitu orang-orang antara Majusi dan Yahudi, tidak boleh dimakan sembelihan mereka dan tidak boleh dikawini kaum perempuan mereka.
Dari Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, katanya: Hakam menceritakan kepada kami dari Anbasah dari Al Hajjaj dari Qatadah dari Al Hasan riwayat yang sama.
Dari Muhammad bin Amr Al Bahili menceritakan kepadaku, katanya: Abu Ashim menceritakan kepada kami, katanya: Isa bin Maimun menceritakan kepada kami dari Abdullah bin Abi Najih ia berkata, وَالصَّابِعِينَ yaitu orang-orang antara Yahudi dan Majusi yang tidak beragama.
Dari Al Mutsanna bin Ibrahim menceritakan kepadaku, katanya: Abu Hudzaifah menceritakan kepada kami dari Syibil bin Ubad dari Abdullah bin Abi Najih dari Mujahid riwayat yang sama.
Dari Al Qasim menceritakan kepada kami, katanya: Al Husain menceritakan kepada kami, katanya: Hajjaj menceritakan padaku dari Ibnu Juraij ia berkata, Mujahid berkata, وَالصَّبِينَ yaitu orang-orang antara Majusi dan Yahudi, mereka tidak beragama.
Ibnu Juraij berkata, aku berkata kepada Atha': tentang وَالصَّبِينَ katanya, mereka adalah kabilah yang cukup besar, bukan Majusi, bukan Yahudi dan bukan pula Nasrani. Ia menjawab, kami juga mendengarnya, dan orang-orang musyrik menyebut Rasulullah SAW sebagai sabi' dan mengatakan قَدْ صَباً (karena dianggap keluar dari agama mereka)
Dari Yunus bin Abdul A'la menceritakan padaku, katanya: Ibnu Wahb memberitahukan kepada kami, katanya: Abdurrahman bin Zaid tentang firman Allah : وَالصَّابِعِينَ ia berkata, yaitu penganut suatu agama yang tinggal di Moushal, mereka mengatakan, laa Ilaaha illallah, namun mereka enggan beramal, tidak memiliki kitab dan nabi, melainkan hanya ucapan laa Ilaaha illa Allah. Ia berkata, mereka tidak beriman kepada Rasulullah, dan karena itulah orang-orang musyrik menyebut Rasulullah SAW dan para sahabatnya dengan Sabi'in, karena menyamakan dengan mereka.
Sebagian mufassir mengatakan, mereka adalah sekelompok orang yang menyembah malaikat dan shalat menghadap Qiblat. Seperti disebutkan dalam riwayat-riwayat berikut:
Dari Muhammad bin Abdul A'la menceritakan kepada kami, katanya: Al Mu'tamir bin Sulaiman menceritakan kepada kami dari bapaknya dari Al Hasan ia berkata, Ziyad menceritakan kepadaku, bahwa orang-orang Sabiin shalat lima waktu menghadap Qiblat. Ia berkata, lalu ia hendak menghapuskan upeti dari mereka. ia berkata, lalu diberitahukan setelah itu bahwa mereka menyembah malaikat.
Dari Bisyr bin Mu'adz menceritakan kepada kami, katanya: Yazid menceritakan kepada kami, katanya: Sa'id menceritakan kepada kami dari Qatadah ia berkata, وَالصَّابِعِينَ ia berkata, mereka adalah sekelompok orang yang menyembah malaikat, shalat menghadap kiblat dan membaca Zabur.
Dari Al Mutsanna bin Ibrahim menceritakan padaku, katanya: Adam Al Asqalani menceritakan kepada kami, katanya: Abu Ja'far menceritakan kepada kami dari Rabi' bin Anas dari Abul Aliyah ia berkata, وَالصَّابِعِينَ adalah sekelompok orang dari ahli kitab yang membaca kitab Zabur.
Abu Ja'far Ar-Razi mengatakan, dan aku juga mendengar bahwa mereka menyembah para malaikat, membaca Zabur dan shalat menghadap Qiblat. 56
Sebagian mereka mengatakan, mereka adalah segolongan orang dari ahli kitab. Seperti disebutkan dalam riwayat berikut:
Dari Sufyan bin Waki' menceritakan kepada kami, katanya: bapakku menceritakan kepada kami dari Sufyan, ia berkata, As-Suddi ditanya tentang وَالصَّابِعِينَ ia berkata, mereka adalah segolongan orang dari ahli kitab.
Penakwilan firman Allah :
مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ
(siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, Hari Kemudian dan beramal shalih, mereka akan menerima pahala dari tuhan mereka)
Abu Ja'far berkata: maksudnya; barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat serta beramal shalih, maka disediakan pahala dari Tuhan mereka.
Jika ada yang berkata, mana penyempurna firman-Nya : إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُواْ وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَرَى وَالصَّابِعِينَ jawabannya: penyempurnanya karena مَنْ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا : adalah firman-Nya maknanya: barangsiapa yang beriman (diantara mereka) kepada Allah dan hari akhirat serta beramal shalih. Lalu kata (diantara mereka) dibuang karena telah diindikasikan oleh dzahir ayat.
Jika dia berkata, dan apakah makna ayat ini?
Jawabannya: maknanya; sesungguhnya orang-orang yang beriman dan orang-orang Yahudi, Nasrani dan Sabiin yang beriman kepada Allah, hari akhirat dan beramal shalih maka bagi mereka disediakan pahala di sisi Tuhan mereka.
Jika ia berkata, bagaimana orang yang beriman disuruh beriman?
Jawabannya: maknanya bukan seperti yang Anda pahami, yaitu berpindah dari agama ke agama yang lain seperti berpindahnya orang Yahudi dan Nasrani ke keimanan, meskipun dikatakan bahwa maksudnya barangsiapa diantara ahli kitab yang beriman kepada Isa dan ajarannya hingga ketika mendapati Muhammad SAW ia beriman kepadanya, lalu dikatakan kepada mereka yang beriman kepada Isa dan ajarannya ketika bertemu Muhammad SAW; berimanlah kalian kepada Muhammad dan ajarannya, akan tetapi yang dimaksud dengan berimannya orang yang mukmin di sini adalah keteguhannya mempertahankan keimanannya.
Adapun pemberiannya orang-orang Yahudi, Nasrani dan Sabiin adalah mempercayai kenabian Nabi Muhammad SAW dan ajaran yang dibawanya, dan barangsiapa yang beriman kepada Muhammad dan ajarannya dan beramal shalih serta tidak menukar agamanya hingga ia mati, maka disediakan pahala di sisi Tuhannya seperti yang dinyatakan oleh Allah dalam ayat ini.
Jika ia berkata, bagaimana dikatakan: bagi mereka disediakan pahala disisi Tuhan mereka, sedangkan مَنْ dalam firman-Nya: مَنْ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْاَ adalah kata tunggal, dimana kata kerja sesudahnya tunggal.
Jawabannya: kata مَنْ meskipun kata kerja sesudahnya adalah tunggal, namun ia bisa bermakna tunggal, ganda dan jamak, laki-laki dan perempuan, karena dalam seluruh kondisi ini, ia memilik satu bentuk yang tidak berubah, dimana orang Arab biasa menggunakannya dengan kata kerja tunggal meskipun maknanya jamak, dan jamak meskipun maknanya tunggal, seperti firman Allah:
وَمِنْهُم مِّن يَسْتَمِعُونَ إِلَيْكَ أَفَأَنتَ تُسْمِعُ الصُّمَّ وَلَوْ كَانُوا لَا يَعْقِلُونَ ) وَمِنْهُم مِّن يَنظُرُ إِلَيْكَ أَفَأَنتَ تَهْدِى الْعُمْيَ وَلَوْ كَانُوا لَا يُبْصِرُونَ
"Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkanmu. Apakah kamu dapat menjadikan orang-orang tuli itu mendengar walaupun mereka tidak mengerti. Dan di antara mereka ada orang yang melihat kepadamu, apakah kamu dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta, walaupun mereka tidak dapat memperhatikan." (Qs.Yuunus [10]:42-43).
Seperti ucapan Farazdak dalam syairnya:
تَعَالَ فَإِنْ عَاهَدْتَنِي لَا تَخُونَنِي # نَكُنْ مِثْلَ مَنْ يَا ذِئْبُ يَصْطَحِبَانِ
Penakwilan firman Allah: وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ تَحْزَنُونَ
(tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati)
Maknanya: tidak ada kekhawatiran atas mereka menghadapi dahsyatnya hari kiamat, dan tidak pula mereka bersedih meninggalkan kehidupan dunia setelah menyaksikan pahala dan kenikmatan yang abadi.
Dalam riwayat berikut disebutkan, bahwa yang dimaksud dengan firman- Nya: مَنْ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ adalah ahli kitab yang mendapati Rasulullah SAW dan beriman kepadanya:
Dari Musa bin Harun Al Hamdani menceritakan kepadaku, katanya: Amr bin Hamad menceritakan kepada kami, katanya: Asbath bin Nasr menceritakan kepada kami dari As-Suddi tentang firman Allah: إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا ia berkata, ayat ini diturunkan berkenaan dengan teman-teman Salman Al Farisi, di mana Salman berasal dari Jundisabur, dan termasuk salah satu pemuka mereka, bahkan anak raja menjadi teman dekatnya, apapun tugas dan pekerjaan selalu dikerjakan bersama-sama, dan suatu ketika keduanya pergi berburu, dan ketika dalam keadaan berburu tiba-tiba tampak sebuah rumah, lalu keduanya mendatanginya dan ternyata di dalamnya terdapat seorang laki-laki yang sedang membaca mushaf sambil menangis, lalu keduanya bertanya kepadanya: apa ini? Ia menjawab, yang ingin mengetahuinya tidak berdiri di tempatnya, dan jika kalian ingin mengetahuinya maka turunlah, niscaya akan aku beritahukan kepada kalian berdua, lalu keduanya turun, dan ia pun berkata, ini adalah kitab yang datang dari Allah, di dalamnya Dia memerintahkan agar menaati-Nya dan melarang perbuatan maksiat kepada-Nya, isinya: jangan berzina, jangan mencuri dan jangan mengambil harta orang lain dengan cara yang batil. Lalu ia menceritakan seluruh isinya kepada mereka, hingga keduanya merasa tertarik dengannya dan mengikutinya. Dan itulah Injil yang diturunkan Allah kepada Isa. Lalu ia berkata kepada mereka: diharamkan atas kalian sesembelihan kaum kalian. Keduanya terus mengikutinya dan belajar darinya, hingga tibalah saat ulang tahun raja. Di mana raja membuat jamuan makanan, mengundang para pemuka dan orang orang terhormat, serta mengirimkan utusan kepada putera raja agar datang ke tempat jamuan, namun sang putera menolak dan mengatakan, aku sungguh sibuk, maka makanlah tuan bersama teman-teman tuan. Dan setelah didatangkan sejumlah utusan, ia memberitahukan bahwa ia tidak mau makan makanan mereka.
Maka sang raja mengirimkan utusan untuk memanggilnya, dan mengatakan kepadanya: ada apa denganmu? Ia menjawab, sesungguhnya kami tidak mau makan sesembelihan kalian, karena kalian orang-orang kafir, dan sesembelihan kalian hukumnya haram. Maka sang raja berkata, siapa yang menyuruhmu berbuat demikian? Lalu ia memberitahukan bahwa yang menyuruhnya adalah seorang pendeta. Maka sang pendeta pun dipanggil, dan ditanya: apa yang dikatakan oleh anakku? Ia menjawab, anakmu benar. Sang raja berkata, kalaulah darah itu bukan masalah yang besar niscaya akan aku bunuh kamu, keluarlah kamu dari negeri kami! Dan ia pun dilepaskan.
Salman berkata, lalu kami menangisinya, dan ia pun berkata, jika kalian bersungguh-sungguh, ingin mengerti kami ada di bi'ah (tempat peribadatan Yahudi) di Moushel bersama enam puluh orang yang menyembah Allah, maka datanglah kepada kami disana. Lalu sang pendeta keluar, dan tinggallah Salman dan anak raja, maka Salman berkata kepada anak raja, "Mari ikut pergi." Anak raja menjawab, "Ya." Lalu anak raja menjual perbendaharaannya dan menyiapkan perbekalan. Dan ketika ia terlambat dari Salman, maka pergilah Salman hingga bertemu dengan mereka, lalu singgah di tempat temannya yang menjadi pemilik bi 'ah tersebut. Di mana para pendeta yang ada di bi'ah tersebut tergolong pendeta pilihan. Lalu Salman ikut beribadah bersama mereka dengan tekun dan sungguh- sungguh. Hingga seorang pemuka pendeta mengatakan kepadanya, "Engkau masih muda, untuk apa menguras tenaga dalam beribadah? aku khawatir engkau tidak mampu, maka sayangilah dirimu dan kurangilah ibadahmu!" Salman berkata, "Menurutmu, mana yang lebih baik, perintahmu atau perbuatanku?" Ia menjawab, "Justru perbuatanmu." Salman berkata, "Jika demikian biarkanlah aku dengan perbuatanku."
Kemudian sang pemilik bi 'ah memanggilnya dan mengatakan, "Tahukah engkau bahwa bi 'ah ini milikku, dan aku berhak atasnya, bahkan jika mau aku bisa mengusir mereka dari sini! akan tetapi aku tidak mampu mengikuti ibadah mereka, dan aku ingin pindah ke bi'ah lain yang ibadahnya lebih ringan dari ibadah di sini, jika engkau ingin menetap di sini silakan, dan jika ingin ikut bersamaku juga silakan. Salman berkata kepadanya: mana diantara dua bi 'ah ini yang jamaahnya lebih baik? Ia menjawab, "bi'ah ini." Salman berkata, "Kalau begitu aku menetap di sini saja." Lalu Salman menetap di sana, dan pemilik bi'ah pun mewasiatkan kepada pemuka pendeta agar memperhatikan Salman, sehingga Salman pun dapat menunaikan ibadah bersama mereka dengan leluasa.
Kemudian sang pemuka pendeta hendak pergi ke Baitul Maqdis, maka ia berkata kepada Salman: jika engkau mau ikut silakan, dan jika mau menetap di sini juga silakan. Maka Salman berkata kepadanya: mana yang lebih baik, ikut bersamamu atau menetap disini? Ia menjawab, yang lebih baik adalah ikut bersamaku. Maka pergilah Salman bersamanya dan melewati seorang lumpuh yang sedang telentang di jalan, ketika melihat keduanya, ia berseru, "Wahai tuan pendeta, kasihanilah aku semoga Allah mengasihimu, namun ia tidak memperdulikannya dan tidak menengoknya, melainkan keduanya terus berjalan hingga sampai di Baitul Maqdis. Maka sang pendeta berkata kepada Salman, "Keluarlah dan carilah ilmu, akan datang sejumlah ulama besar di masjid ini. Maka keluarlah Salman dan mendengarkan ilmu dari mereka, lalu kembali pada hari itu dengan sangat bersedih, maka sang pendeta bertanya, "Ada apa denganmu wahai Salman?" Ia berkata, "Aku melihat seluruh kebaikan telah lenyap bersama para Nabi dan pengikutnya sebelum kita." Pendeta berkata, "Jangan bersedih wahai Salman, masih tersisa seorang Nabi yang paling mulia dan mesti diikuti, dan ini adalah masa kenabiannya, tapi aku mungkin tidak bisa menjumpainya, sedangkan engkau masih muda mungkin bisa menemuinya, ia muncul di Jazirah Arab, jika engkau menemuinya maka berimanlah kepadanya dan ikutilah dia!" Maka Salman berkata, "Jika demikian sebutkanlah ciri-cirinya kepadaku." Ia berkata, "Baik, di punggungnya terdapat cap kenabian, ia memakan hadiah dan tidak memakan sedekah. Kemudian keduanya kembali hingga sampai di tempat orang yang lumpuh tadi, maka ia pun memanggil keduanya dan mengatakan, "Tuan pendeta, kasihanilah aku semoga Allah mengasihimu." Maka sang pendeta mendekatkan keledainya kepadanya, lalu memegang tangannya dan mengangkatnya, lalu memukulkannya ke tanah dan mendoakannya, seraya mengatakan, "Berdirilah dengan izin Allah." Maka orang tersebut pun berdiri dengan tegar, sehingga Salman pun terheran-heran melihatnya berdiri dengan tegar. Lalu sang pendeta terus berjalan dan menghilang dari Salman hingga tidak diketahuinya lagi. Lalu Salman merasa takut maka ia pun mencarinya. Tiba-tiba ia bertemu dengan dua orang laki-laki Arab dari bani Kalb, maka ia pun bertanya kepada mereka, "Adakah kalian melihat sang pendeta?" Lalu salah seorang dari mereka menundukkan untanya dan mengatakan, cocok sekali orang ini untuk menjadi penggembala ternak! Lalu ia membawanya pergi ke Madinah. Salman berkata, "Kali ini aku merasa sangat bersedih." Lalu ia dibeli oleh seorang perempuan dari Juhainah dan menjadi penggembala bersama seorang budak yang lain, lalu keduanya saling bergantian menggembalakan kambing, sehari menggembala dan sehari tidak, dan Salman pun mengumpulkan uang sambil menanti kedatangan Muhammad SAW.
Suatu ketika ia sedang menggembala, tiba-tiba datang temannya seraya mengatakan, "Tahukah engkau bahwa hari ini telah datang di Madinah seseorang yang mengaku menjadi Nabi?" Maka Salman berkata, "Tolong jaga ternakku sebentar sampai aku kembali. Lalu pergilah Salman ke Madinah dan melihat Nabi SAW lalu mengelilinginya. Dan ketika Nabi SAW melihatnya, tahulah beliau apa yang diinginkannya, maka beliau pun melepaskan pakaiannya hingga cap kenabian beliau terlihat olehnya, dan ketika melihatnya maka ia mendatangi beliau dan mengajak bicara. Kemudian Salman pergi, lalu membeli seekor kambing dengan sebagian uangnya dan membeli roti dengan sebagiannya, kemudian kembali kepada Rasulullah dengan membawa apa yang dibelinya, maka beliau bertanya: "apa ini?" Salman menjawab, "Ini sedekah". Beliau bersabda, "Aku tidak memakannya", lalu Salman mengeluarkannya dan ia pun dimakan oleh orang-orang Islam. Kemudian Salman pergi membeli roti dan daging dengan sisa uangnya, lalu kembali ke Rasululah SAW, maka dia bertanya, "apa ini?", Salman menjawab, "Ini hadiah." Beliau bersabda, "Kalau begitu silakan duduk", lalu Salman duduk dan makan berdua sampai habis. Dan ketika ia berbicara kepada Rasulullah SAW tiba-tiba ia teringat teman-temannya, maka ia pun menceritakan tentang mereka dan mengatakan, mereka berpuasa, shalat dan beriman kepada sahabat, dan membayangkan bahwa Engkau diutus sebagai Nabi. Dan ketika Salman telah selesai memuji teman-temannya, maka Rasulullah SAW bersabda,
يَا سَلْمَانُ هُمْ مِنْ أَهْلِ النَّارِ
“Wahai Salman, sesungguhnya mereka adalah para penghuni neraka.”
Maka Salman merasa sangat bersedih mendengar pernyataan tersebut, padahal Salman telah mengatakan kepadanya, "Kalau saja mereka menemukanmu niscaya mereka akan beriman kepadamu dan mengikutimu."
maka turunlah firman Allah:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Jadi, keimanan Yahudi adalah apabila seseorang berpegang teguh pada Taurat dan ajaran Musa, maka keimanannya dapat diterima hingga datangnya Isa. Jika Isa telah datang, maka orang yang tetap berpegang teguh pada Taurat dan ajaran Musa serta tidak mau meninggalkannya, serta enggan mengikuti ajaran Isa, maka ia termasuk orang yang celaka.
Dan keimanan Nasrani adalah apabila seseorang berpegang teguh pada Injil dan ajaran Isa, maka keimanannya dapat diterima hingga datangnya Muhammad SAW. Jika Muhammad SAW telah datang, maka orang yang tetap berpegang teguh pada Injil dan ajaran Isa serta tidak mau meninggalkannya, serta enggan mengikuti ajaran Muhammad SAW, maka ia termasuk orang yang celaka.
Dari Al Qasim menceritakan kepada kami, katanya: Al Husain menceritakan kepada kami, katanya: Hajjaj menceritakan padaku dari Ibnu Juraij dari Mujahid tentang firman Allah:
إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ هَادُواْ ia berkata, “Salman Al Farisi berkata kepada Rasulullah SAW tentang orang-orang Nasrani dan perbuatan mereka yang ia saksikan, katanya: “Mereka tidak mati atas Islam.” Salman berkata, lalu bumi menjadi gelap atasku, dan aku teringat ijtihad mereka, lalu turunlah ayat ini, maka dia memanggil Salman, dan bersabda, “ayat ini diturunkan atas teman-temanmu.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda,
مَنْ مَاتَ عَلَى دِيْنِ عِيسَى وَمَاتَ عَلَى الإِسْلَامِ قَبْلَ أَنْ يَسْمَعَ بِي فَهُوَ عَلَى خَيْرٍ، وَمَنْ سَمِعَ بِي الْيَوْمَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِي فَقَدْ هَلَكَ
“Barangsiapa yang meninggal dunia atas agama Isa, dan meninggal atas Islam sebelum mendengar (kenabian)ku, maka ia (mati) dalam keadaan baik, dan barangsiapa telah mendengar tentang (kenabian)ku sekarang dan tidak memberi beriman kepada saya, maka sungguh ia telah binasa.”
Dan Ibnu Abbas berkata,
Dari Al Mutsanna bin Ibrahim menceritakan kepada kami, katanya: Abu Shalih menceritakan kepada kami, katanya: Mu'awiyah bin Shalih menceritakan kepada kami dari Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas tentang firman Allah:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
maka Allah menurunkan ayat setelahnya:
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (Qs. Aali 'Imraan [3]: 85)
Hadits ini mengindikasikan bahwa menurut Ibnu Abbas, Allah telah menjanjikan balasan surga bagi siapa saja yang beramal shalih dari kalangan orang-orang Yahudi, Nasrani dan Sabiin, kemudian hal itu dihapuskan dengan firman-Nya :
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ .
Dengan demikian penawilan ayat di atas seperti yang kami sebutkan dari Mujahid dan As-Suddi: sesungguhnya orang-orang yang beriman dari umat ini, dan orang-orang Yahudi, Nasrani, serta Sabiin yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, bagi mereka disediakan pahala di sisi Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.
Penakwilan pertama yang kami sebutkan lebih sesuai dengan dzahir ayat, karena Allah Ta'ala tidak mengkhususkan pahala atas sebagian makhluk- Nya tanpa sebagian yang lain dalam keimanan dan amal shalih. Dan informasi-Nya:
مَنْ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِر
adalah mencakup semua yang tersebut pada awal ayat.

Comments
Post a Comment