Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". ( Albaqarah 30)
Penakwilan firman Allah: وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ
"Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman."
Abu Ja'far berkata: Sebagian ahli bahasa dari Bashrah mengira bahwa firman-Nya: وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ maknanya adalah وقال ربك (Tuhanmu berkata) dan إذ adalah huruf tambahan yang maknanya dihilangkan.
Abu Ja'far berkata: Justeru maknanya adalah sebaliknya, karena huruf إِذْ berarti balasan dan mengindikasikan waktu yang tidak diketahui, karenanya ia tidak boleh dihapuskan.
Penakwilan firman Allah: إني جاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَة
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
Para mufassir berbeda pendapat tentang penakwilan kata: إني جَاعِلٌ
Sebagian mereka mengatakan bahwa maknanya: sesungguhnya Aku akan memperbuat, seperti dijelaskan riwayat berikut:
Dari Al Qasim bin Al Hasan menceritakan kepada kami, katanya: Al Husein bin Daud menceritakan kepada kami, katanya: Hajjaj menceritakan kepadaku dari Jarir bin Hazim dan Mubarak dari Al Hasan dan Abu Bakar Al Hudzali dari Al Hasan dan Qatadah, mereka berkata: Allah berfirman kepada para malaikat-Nya:
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَة
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. "
Maksudnya, Dia berfirman kepada mereka: sesungguhnya Aku akan memperbuat
Sebagian yang lain mengatakan bahwa maksudnya: sesungguhnya Aku akan menciptakan, seperti riwayat berikut:
Dari Al Minjab bin Al Harits menceritakan kepadaku, katanya: Bisyr bin Umarah menceritakan kepada kami dari Abu Rauq ia berkata: setiap kata جمل dalam Al Qur'an artinya adalah menciptakan.
Abu Ja'far berkata: Yang benar dalam penakwilan firman-Nya: إنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi "
Bahwa Aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Penakwilan kami ini mendekati penakwilan Al Hasan dan Qatadah.
Ada pendapat yang mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan bumi dalam ayat tersebut adalah Makkah, seperti dijelaskan dalam riwayat berikut:
Dari Ibnu Hamid menceritakan kepada kami, katanya: Jarir menceritakan kepada kami dari Atha' dari Ibnu Sabith bahwa Rasululah SAW bersabda: "Bumi dihamparkan dari Makkah, dimana malaikat thawaf di Ka'bah, dan merupakan orang pertama yang thawaf padanya, itulah bumi yang dimaksud oleh Allah dalam firman-Nya: إنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi, dan seorang Nabi jika kaumnya binasa dan ia selamat bersama orang-orang yang shalih maka ia mendatangi (Ka'bah) bersama para pengikutnya, lalu menyembah Allah padanya sampai meninggal dunia, dan sesungguhnya kuburan Nuh, Huud, Shalih dan Syu'aibh adalah diantara Zamzam, Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim
Penakwilan firman Allah: خليفة
"Seorang khalifah."
Kata خليفة adalah mengikuti bentuk kata فعيلة, yang berasal dari akar kata:
خلف فلان فلال في هذا الأمر
artinya ia meng-gantikan posisinya sesudahnya Seperti firman Allah
ثُمَّ جَعَلْنَكُمْ خَليفَ فِي الأَرْضِ مِنْ بَعْدِهِمْ لِنَنظُر كَيْفَ تَعْمَلُونَ
"Kemudian Kami jadikan kalian sebagai pengganti- pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kalian berbuat." (Qs. Yuunus [10]: 14).
Karenanya seorang penguasa yang agung disebut khalifah karena ia menggantikan kedudukan orang yang sebelumnya.
Adapun Ibnu Ishak ia berpendapat seperti berikut: 6
Dari Muhammad bin Hamid menceritakan kepada kami, katanya: Salamah bin Fadhl menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Ishak tentang firman Allah : إنى جَاعِلٌ في الأرض خليفة
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi", ia berkata: seorang penghuni dan pemakmur yang akan menghuni bumi dan memakmurkannya dikemudian hari bukan dari jenis kalian.
Abu Ja'far berkata: Apa yang dikatakan oleh Ibnu Ishak berkenaan dengan makna khalifah ini adalah tidak tepat, karena meskipun benar bahwa Allah akan menjadikan khalifah di muka bumi, akan tetapi makna yang tepat adalah seperti yang kami jelaskan diatas, bahwa khalifah maknanya adalah pengganti.
Jika ada orang bertanya: lalu makhluk apa di bumi yang memakmurkannya sebelum manusia, sehingga manusia akan menggantikannya?
Jawabannya: para mufassir berbeda pendapat tentang hal ini, seperti berikut:
Dari Abu Karib menceritakan kepada kami, katanya: Utsman bin Sa'id menceritakan kepada kami, katanya: Bisyr bin Umarah dari Abu Rauq dari Adh-Dhahak dari Ibnu Abbas ia berkata: makhluk pertama yang menghuni bumi adalah Jin, lalu mereka membuat kerusakan di dalamnya, saling menumpahkan darah dan saling bunuh membunuh. la berkata: lalu Allah mengutus Iblis kepada mereka bersama sejumlah pasukan dari Malaikat, lalu mereka dibunuh oleh Iblis dan bala tentaranya, hingga dikejar sampai dasar laut dan puncak gunung, kemudian Dia menciptakan Adam dan menempatkannya di muka bumi, dan itulah makna firman-Nya:
إنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضَ خَلِيفَةً
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi",
Dari Al Mutsanna bin Ibrahim menceritakan kepadaku, katanya: Ishak bin Al Hajjaj menceritakan kepada kami dari Abdullah bin Abi Ja'far dari bapaknya dari Rabi' bin Anas tentang firman Allah: menjadikan seorang khalifah di muka bumi", ia berkata: sesungguhnya Allah menciptakan Malaikat pada hari Rabu, menciptakan Jin pada hari Kamis, dan menciptakan Adam pada hari Jumat, lalu ada sekelompok kaum dari Jin yang ingkar, maka Malaikat pun turun kepada mereka di bumi dan memerangi mereka, sehingga tumpahlah darah dan terjadilah kerusakan di muka bumi.
Ada sebagian mufassir yang menakwilkan firman-Nya : إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خليفة
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi", yaitu saling menggantikan diantara mereka, dan mereka adalah anak cucu Adam yang menggantikan bapak mereka Adam, dan setiap masa menggantikan masa yang sebelumnya, dan ini adalah pendapat Hasan Bashri, ia sama seperti riwayat berikut:
Dari Muhammad bin Bisyr menceritakan kepadaku, katanya: Abu Ahmad Az-Zubairi menceritakan kepada kami, katanya: Sufyan menceritakan kepada kami, dari Atha' bin Saib, dari Ibnu Sabith tentang firman Allah :
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah," ia berkata: yang mereka maksud adalah anak cucu Adam.
Dari Yunus bin Abdul A'la menceritakan kepadaku, katanya: Ibnu Wahab memberitahukan kepada kami, katanya: Abdurrahman bin Zaid berkata: Allah Ta'ala berfirman kepada Malaikat-Nya: sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang makhluk di muka bumi, dan menjadikan seorang khalifah padanya, dan pada waktu itu tidak ada makhluk Allah selain Malaikat, dan tidak ada seorang makhluk pun di muka bumi.
Pendapat ini bisa berarti sama dengan pendapat Hasan Al Bashri, dan bisa juga yang dimaksud Ibnu Zaid bahwa Allah menginformasikan kepada Malaikat bahwa Dia hendak menjadikan seorang khalifah-Nya di muka bumi yang mengatur para makhluk-Nya dengan ketetapan hukum-Nya, seperti riwayat berikut:
Dari Musa bin Harun Al Hamdani menceritakan kepadaku, katanya: Amru bin Hamad menceritakan kepada kami, katanya: Asbath menceritakan kepada kami, dari As-Suddi tentang berita yang disebutkannya, dari Malik, dari Abu Shalih. dari Ibnu Abbas, dari Murrah Al Hamdani, dari Ibnu Mas'ud, dari sejumlah sahabat Rasulullah SAW: bahwa Allah berfirman kepada para Malaikat: إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَة
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi,"
mereka bertanya: wahai Tuhan kami, bagaimanakah keadaan khalifah itu? Allah menjawab: ia akan memiliki keturunan yang membuat kerusakan di muka bumi, saling dengki mendengki dan saling bunuh membunuh.
Maka, penakwilan ayat ini menurut riwayat Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud adalah: sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dari-Ku yang akan menggantikan-Ku untuk mengatur makhluk-Ku di muka bumi, dän khalifah yang dimaksud adalah Adam dan orang-orang yang menggantikan kedudukannya dalam ketaatan kepada Allah dan menegakkan keadilan diantara para makhluk-Nya.
Adapun kerusakan dan pertumpahan darah adalah bukan dari perbuatan para khalifah-Nya, Adam dan orang-orang yang menggantikan kedudukannya, karena ketika Allah menginformasikan hal ini kepada Malaikat, mereka bertanya: bagaimanakah keadaan khalifah itu? Tuhan menjawab: ia akan memiliki keturunan yang membuat kerusakan di muka bumi, saling dengki mendengki dan saling bunuh membunuh diantara mereka. Disini Allah menisbatkan kerusakan dan pertumpahan darah, kepada keturunan khalifah-Nya dan bukan kepada khalifah-Nya.
Penakwilan ini meskipun menyalahi penakwilan Hasan Bashri dari satu sisi, namun ia sejalan dengannya dari sisi yang lain. Adapun sisi kesamaannya, bahwa mereka menisbatkan kerusakan dan pertumpahan darah yang ada di muka bumi kepada selain khalifah.
Sedang sisi ketidaksamaannya; bahwa Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud menisbatkan khalifah kepada Adam dalam arti menjadikannya sebagai pengganti Allah di muka bumi, sedang Hasan Bashri menisbatkan khalifah kepada anak cucunya dalam arti saling menggantikan di antara mereka, dimana setiap masa yang baru adalah menggantikan masa yang lalu, dan menisbatkan kerusakan serta penumpahan darah di muka bumi kepada khalifah
Orang-orang yang menakwilkan seperti yang diriwayatkan dari Hasan Bashri ini beralasan, bahwa perkataan malaikat: أَتَجْعَلْ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء
Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,"
Adalah informasi dari malaikat berkenaan dengan khalifah yang dimaksud Allah, bukan yang lain. Karena dialog yang terjadi antara Allah dengan malaikat adalah tentang khalifah tersebut.
Mereka mengatakan jika hal itu demikian, dimana Allah telah membebaskan Adam dari perbuatan merusak dan menumpahkan darah, maka diketahuilah bahwa yang dimaksud Allah adalah keturunannya, dan khalifah yang membuat kerusakan dan saling menumpahkan darah di muka bumi adalah selain Adam, yaitu anak keturunannya, dan makna khilafah yang dimaksud adalah pergantian masa mereka dengan masa yang selanjutnya.
Abu Ja'far berkata: namun pendapat ini kurang cermat, karena para Malaikat ketika menjawab pernyataan Allah:
إني جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفة
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi, "
mereka tidak menisbatkan kerusakan dan pertumpahan darah kepada khalifah-Nya di muka bumi, akan tetapi mereka mengatakan: أتجعل فيها مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ
Comments
Post a Comment