Nabi Adam AS dan Hawa turun ke Bumi, Syethan menyaru sebagai ular ( Al Baqarah 36 )

 




فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan". ( AlBaqarah 36 )

Penakwilan firman Allah: فَأَزْلُّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا 

“Lalu keduanyadigelincirkan oleh syetan dari surga itu."

Abu Ja'far berkata: Para qurra' berbeda pendapat tentang bacaan ayat ini. Mayoritas mereka membaca dengan tasydid pada huruf lam فَأَرْلُهُمَا yang berarti menggelincirkan keduanya. sebagian mereka membaca فَأَزَالَهُمَا yang berarti melenyapkan sesuatu dari sesuatu (yang lain).

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ia menakwilkan ayat ini sebagai berikut:

Dari  Al Qasim menceritakan kepada kami, katanya: Al Husein menceritakan kepada kami, katanya: Hajjaj menceritakan padaku dari Ibnu Juraij dari Ibnu Abbas tentang firman Allah: فَأَزْلُّهُمَا الشَّيْطَانُ “Lalu keduanya digelincirkan oleh syetan. " Dia berkata: Menggoda dan menggelincirkan keduanya.

Qira'at yang benar adalah dengan tasydid, karena Allah menginformasikan pada lanjutan ayat bahwa Iblis telah mengeluarkan keduanya dari surga, dan kata 'mengeluarkan فَأَخْرَجَهُما adalah sama maknanya dengan kata melenyapkan فَأَزَالَهُمَا dan ini tidak tepat karena terjadi pengulangan makna. Karenanya, yang tepat adalah dibaca tasydid فَأَزَلْهُمَا yang berarti menggoda dan menggelincirkan.

Jika ada yang berkata: Bagaimana cara Iblis menggelincirkan Adam dan istrinya sehingga ia dianggap mengeluarkan keduanya dari surga? Jawabannya: para ulama telah menjelaskan hal itu dan akan kami sebutkan sebagiannya. Diriwayatkan dari Wahab bin Munabbih seperti berikut:

Dari Al Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, katanya: Abdurrazzaq memberitahukan kepada kami, katanya: Umar bin Abdurrahman bin Mahrab memberitahukan kepada kami, katanya: aku pernah mendengar Wahab bin Munabbih berkata: ketika Allah menempatkan Adam dan keturunannya, atau istri -keraguan ada pada Abu Ja'far, dan pada buku aslinya tercantum; keturunannya- dan agamawan keduanya mendekati sebuah pohon, yaitu pohon yang memiliki dahan yang bercabang dan buah yang dimakan Malaikat sehingga mereka menjadi kekal, dan itulah buah yang Adam dan istrinya dilarang dilarang.

Ketika Iblis hendak menggoda keduanya, ia masuk ke dalam seekor ular yang memiliki empat kaki seperti unta yang paling bagus. Setelah ular tersebut masuk ke dalam surga maka Iblis keluar darinya, lalu mengambil buah dari pohon yang Adam dan istrinya dilarang memakannya dan membawanya ke Hawa, seraya berkata, "Lihatlah ke pohon ini, betapa harum aromanya, enak rasanya dan indah warnanya!" 

Lalu Hawa memutar dan memutar, kemudian membawanya ke Adam seraya berkata, "Lihatlah ke pohon ini, betapa harum aromanya, enak rasanya dan indah warnanya!" Maka Adam memakannya, sehingga tampaklah kemaluan mereka, lalu Adam masuk ke dalam pohon, dan Tuhan pun mencari, "Wahai Adam dimana kamu?" ia menjawab: "Aku disini wahai Tuhan." Dia berfirman: "Tidakkah kamu keluar?" Ia berkata, "Aku malu kepada-Mu wahai Tuhan." Dia berfirman, "Telah terlaknat bumi yang engkau tercipta darinya dengan pelaknatan dimana buahnya berubah menjadi duri."

Kala itu belum ada di surga dan di bumi pohon yang lebih baik dari pohon thalh dan sidr (pohon bidara). 

Kemudian Dia berfirman, "Wahai Hawa, kamu telah menggoda hamba-Ku, maka tidaklah kamu hamil kecuali dengan susah payah, dan jika kamu ingin melahirkan janin yang ada dalam perutmu maka kamu hampir-hampir mati berkali-kali." 

Allah berfirman kepada ular, "Engkaulah yang dimasukkan oleh si terlaknat ke dalam perutmu sehingga ia mencelakakan hamba-Ku, terlaknatlah engkau dengan pelaknatan yang mengubah kaki-kakimu ke dalam perutmu, dan engkau tidak memperoleh rezeki kecuali debu, engkau adalah musuh anak Adam dan mereka adalah musuhmu , dimana saja kau bertemu salah satu dari mereka maka kau menggigit tumitnya, dan dimana saja ia bertemu denganmu maka ia akan memecahkan kepalamu." Umar berkata: Wahab bertanya, “Bukankah Malaikat tidak makan sesuatupun?” Ia menjawab, “Allah memperbuat apa saja yang dikehendaki-Nya.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas seperti berikut:

Dari Musa bin Harun Al Hamdani menceritakan kepadaku, katanya: Amru bin Hamad menceritakan kepada kami, katanya: Asbath menceritakan kepada kami, dari As-Suddi tentang berita yang disebutkannya, dari Malik, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dari Murrah Al Hamdani , dari Ibnu Mas'ud, dari sejumlah sahabat Rasulullah SAW: ketika Allah berfirman kepada Adam:

وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ

Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. ( Albaqarah 35 )

Iblis ingin masuk ke surga untuk menggoda keduanya, namun ia dihalangi oleh penjaga surga, maka pergilah ia kepada ular, dan ketika itu ular memiliki empat kaki seperti unta yang sangat indah, lalu ia berbicara kepadanya dan memintanya agar dimasukkan dalam mulutnya dan membawanya kepada Adam, lalu dimasukkanlah ia dalam mulutnya dan ular pun lewat di hadapan para malaikat dan masuk ke surga sedang mereka tidak mengetahui apa yang direncanakan Allah Ta'ala, lalu ia mengajak bicara Adam dari dalam mulut ular namun Adam tidak menghiraukannya, maka ia pun keluar dan mengatakan kepadanya: 

يَتَعَادَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلَى 

“Wahai Adam, maukah saya tunjukkan kepadamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa" (Qs. Thaahaa [20]: 120). ia pun bersumpah kepada keduanya dengan nama Allah bahwa ia sebaik-baik pemberi nasehat. 

Iblis melakukan hal tersebut dengan tujuan agar keduanya terbuka auratnya, dan ia mengetahui hal tersebut dari kitab Malaikat, namun Adam tidak mengetahuinya, dan pakaian mereka telah menjadi penutup, namun Adam enggan memakannya, lalu Hawa maju dan memakannya, kemudian mengatakan, "Wahai Adam, makanlah! Sesungguhnya aku telah memakannya dan tidak terjadi apa-apa." ketika Adam memakannya; " فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْءَاتُهُمَا وَطَفِقَا تَحْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ الْجَنَّةِ 

Lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga." (Qs. Thaahaa [20]: 121) 17.

Dari Ammar bin Al Hasan menceritakan padaku, katanya: Ibnu Abi Ja'far menceritakan kepada kami dari ayahnya dari Rabi', dia berkata: Seorang ahli hadits menceritakan padaku bahwa syetan masuk ke surga menyamar sebagai unta yang berkaki dan ia pun mengiranya unta. Lalu ia dilaknat sehingga kaki-kakinya lepas dan jadilah ia menjadi ular.

Dari Ammar bin Al Hasan menceritakan kepadaku, katanya: Ibnu Abi Ja'far menceritakan kepada kami dari ayahnya dari Rabi', dia berkata: Abu Aliyah menceritakan kepadaku bahwa diantara unta ada yang mulanya dari jin. Ia diperbolehkan makan apa saja dalam surga kecuali sebuah pohon, dan dikatakan kepada keduanya : وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ “Dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zhalim." Ia berkata: lalu syetan mendatangi Hawa dan mulai menggodanya seraya mengatakan, "Adakah kalian dilarang dari sesuatu?" Ia menjawab, "Iya, dari pohon ini.

" Maka dia (syetan) berkata مَا نَهَنكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَن تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ "Tuhan kalian tidaklah melarang kalian dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kalian berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)." (Qs. Al A'raaf [7]: 20)

Lalu Hawa mulai tergoda dan memakannya, kemudian menyuruh Adam agar memakannya dan ia pun memakannya. Ia adalah sebuah pohon yang barangsiapa memakan darinya maka ia akan berhadats. Semestinya di surga tidak ada hadats 

فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ 

Lalu keduanya digelincirkan oleh syetan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadan semula." Maka dikeluarkanlah Adam dari surga.

Dari Ibnu Hamid menceritakan kepada kami, katanya: Salamah bin Al Fadhl menceritakan kepada kami dari Ibnu Ishak dari sebagian ulama: bahwa Adam ketika masuk surga dan melihat kemuliaan yang ada di dalamnya dan apa yang diberikan Allah darinya, dia berkata: Aduhai seandainya ada yang kekal!! Maka ketika mendengar ucapannya syetan pun membisikinya, dan mendatanginya dari arah pohon khuldi.

Dari Ibnu Hamid menceritakan kepada kami, katanya: Salamah bin Al Fadhl menceritakan kepada kami dari Ibnu Ishak dia berkata: Aku pernah mendengar bahwa mula-mula tipu muslihat Iblis atas keduanya adalah ia meratap atas keduanya hingga membuat keduanya bersedih, maka keduanya bertanya, "Apa yang membuatmu menangis?" 

Ia berkata, "Aku menangis atas kalian berdua karena kalian akan mati lalu meninggalkan kenikmatan dan kemuliaan yang sedang kalian rasakan." Maka keduanya merasa tersentuh dengan hal itu. Kemudian ia mendatangi keduanya dan menggoda mereka seraya mengatakan: 

يَتَقَادَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلَىٰ 

“Wahai Adam, maukah saya tunjukkan kepadamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa" (Qs. Thaahaa [20]: 120)dan mengatakan: 

 مَا نَهَنكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَن تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ 

Tuhan kalian tidaklah melarang kalian dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kalian berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)." (Qs. Al A'raaf [7]: 20) 

Allah Ta'ala menceritakan: فَدَلْنَهُمَا بِغُرُورٍ 

"Maka syetan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya." (Qs. Al A'raaf [7]: 22).

Dari Yunus bin Abdul A'la menceritakan padaku, katanya: Ibnu Wahab menceritakan kepada kami, katanya: Abdurrahman bin Zaid berkata: adalah syetan menggoda Hawa tentang pohon lalu membawanya, kemudian mengindah-indahkannya di mata Adam. 

Maka keduanya memakan darinya hingga tampaklah aurat mereka. Adam pun pergi dengan berlari di surga, lalu Tuhan menemukan, "Wahai Adam, adakah kamu lari dari-Ku?" Ia menjawab, "Tidak wahai Tuhan, akan tetapi aku lari karena merasa malu dengan-Mu." Tuhan berfirman, "Wahai Adam, darimana engkau datang?" Ia menjawab, "Dari sisi Hawa wahai Tuhan." Maka Allah berfirman, "Aku akan menodainya (membuatnya haid) setiap bulan seperti ia menodai pohon ini, dan menjadikannya bodoh padahal semula Aku menciptakannya pintar, dan menjadikannya susah payah dalam mengandung dan melahirkan padahal asli Aku menjadikannya mengandung dan mudah dalam melahirkan."

Ibnu Zaid berkata: Kalaulah bukan karena bencana yang diperbuat Hawa niscaya wanita dunia tidak akan haid, tapi pintar, mengandung dengan mudah dan melahirkan dengan mudah pula.

Dari Ibnu Hamid menceritakan kepada kami, katanya: Salamah bin Al Fadhl menceritakan kepada kami dari Ibnu Ishak dari Yazid bin Abdullah bin Qusaith, dari Sa'id bin Al Musayyib, dia berkata: Aku mendengarnya bersumpah dengan nama Allah tanpa kecuali, dimana Adam enggan memakan buah dari pohon ketika ia sadar, namun Hawa memberinya arak hingga ketika mabuk maka ia pun menuntunnya dan Adam pun memakannya."

Dari Ibnu Hamid menceritakan kepada kami, katanya: Salamah bin Al Fadhl menceritakan kepada kami, dari Ibnu Ishak, dari Laits bin Abi Sulaim, dari Thawus Al Yamani, dari Ibnu Abbas, dia berkata: Iblis menawarkan kepada seluruh binatang bumi siapa diantara mereka yang dapat membawanya masuk ke surga agar dapat berbicara dengan Adam dan Hawa, namun seluruh binatang enggan memenuhinya, lalu ia merayu ular sambil berkata, "Aku akan melindungimu dari anak Adam, engkau berada dalam jaminanku jika engkau dapat membawaku masuk surga!" Lalu ular itu dimasukkan diantara dua taringnya kemudian dibawa masuk, ia pun mengajak bicara keduanya dari mulut, dan semula ular tersebut memiliki empat kaki lalu Allah melaknatnya dan menjadikannya berjalan di atas perut. Ibnu Abbas berkata: Bunuhlah ia di manapun kalian berpapasan, rusakkanlah jaminan musuh Allah di dekatnya.

Dari Ibnu Hamid menceritakan kepada kami, katanya: Salamah bin Al Fadhl menceritakan kepada kami, dari Ibnu Ishak, dia berkata: Para ahli Taurat mengajarkan; bahwa yang diajak bicara Adam adalah ular, dan mereka tidak menafsirkan seperti penafsiran Ibnu Abbas.

Dari Al Qasim menceritakan kepada kami, katanya: Al Husein menceritakan kepada kami, katanya: Hajjaj menceritakan kepadaku dari Abu Mi'syar dari Muhammad bin Qais, dia berkata: Allah melarang Adam dan Hawa memakan dari satu pohon dalam surga dan membebaskannya makan apa saja padanya sesuka hati mereka. Lalu syetan datang dan masuk dalam perut ular, kemudian mengajak Hawa berbicara dan menggoda Adam seraya mengatakan,

مَا نَهَنكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَن تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ 

"Tuhan kalian tidak melarang kalian dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kalian berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga). Dia bersumpah kepada keduanya: "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kalian berdua." (Qs. Al A'raaf [7]: 20-21).

Lalu Hawa menebang pohon, maka pohon tersebut pun ternoda dan terlepaslah pakaian yang menutupi keduanya,

بَدَتْ لَهُمَا سَوْءَابُهُمَا وَطَفِقَا تَحْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ الْجَنَّةِ وَنَادَتْهُمَا رَبُّمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَن تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُل لَّكُمَا

 إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مبين 

"Dan mulai keduanya menutupi dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Tidakkah Aku telah melarang kalian berdua dari pohon kayu itu, dan Aku katakan kepada kalian: "Sejujurnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua." (Qs. Al A'raaf [7]: 22). 

Adam menjawab, "Wahai Tuhan, Hawa'lah yang menyuruhku memakannya" Tuhan berfirman kepada Hawa, "Kenapa kamu menyuruhnya?" Ia menjawab, "Aku disuruh ular." Tuhan berfirman kepada ular, "Kenapa kamu menyuruhnya?" Ia menjawab, "Aku disuruh Iblis." Tuhan berfirman, "la terlaknat dan terkutuk! Adapun kamu wahai Hawa, sebagaimana kamu menodai pohon tersebut maka kamu akan ternoda (haid) setiap bulan." 

Adapun kamu wahai ular maka Aku akan memotong kaki-kakimu dan berjalanlah kamu diatas mukamu, dan setiap orang yang bertemu denganmu akan melemparkan batu ke kepalamu; turunlah kalian semua, sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain."

Abu Ja'far berkata: Inilah sejumlah riwayat dari para sahabat dan tabi'in

yang menceritakan tentang cara Iblis menggelincirkan Adam dan istrinya sehingga mengeluarkan keduanya dari surga. Menurut kami yang paling tepat adalah riwayat yang sejalan dengan ayat Al Qur'an, dimana Allah menginformasikan bahwa Iblis telah menggoda Adam dan istrinya agar tampak terlihat aurat mereka, dimana ia mengatakan kepada keduanya:

مَا نَهَنكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَن تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ 

"Tuhan kalian tidak melarang kalian mendekati pohon ini, melainkan supaya kalian berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga). Dia bersumpah kepada keduanya: 'sejujurnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kalian berdua'." (Qs. Al A'raaf [7]: 20-21). 

Dari ayat ini dapat diketahui bahwa Iblis telah berbicara kepada keduanya secara langsung, baik ia terlihat oleh mata mereka atau secara tersembunyi pada makhluk yang lain. 

Karena menurut kata Arab tidaklah logis dikatakan: si fulan menyumpah fulan dalam hal begini dan begini, jika ia menyebabkan sesuatu yang di dekatnya ia sampai kepadanya tanpa menyumpahnya. Tidaklah janji terwujud dengan sebab yang terjadi. Demikian juga firman-Nya: "lalu syetan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya", kalau yang dilakukannya kepada Adam itu sama dengan apa yang dilakukannya terhadap keturunannya yaitu merayunya agar memakan buah dari pohon yang dilarang Allah tanpa mengajaknya berbicara secara langsung niscaya Allah tidak menyatakan : وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّصِحِينَ 

“Dan dia (syetan) bersumpah kepada keduanya: "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua." (Qs. Al A'raaf [7]: 21). Akan tetapi insya Allah benar seperti apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas dan pendapat yang senada dengannya bahwa hal itu terjadi secara langsung.

Adapun sebab Iblis sampai ke surga sehingga dapat berbicara dengan Adam setelah Allah mengusirnya dari surga, maka apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas dan Wahab bin Munabbih juga tidak dianggap salah karena ia sesuatu yang mungkin, disamping tidak ada dalil akal dan riwayat yang menentangnya, atau mungkin juga ia sampai ke surga dengan cara seperti yang disebutkan oleh para mufassir, bahkan insya Allah ini benar karena banyaknya pendapat para mufassir yang membenarkannya. Meskipun Ibnu Ishak berpendapat lain seperti disebutkan dalam riwayat berikut:

Dari Bahwa Ibnu Hamid menceritakan kepada kami, katanya: Salamah bin Al Fadhl menceritakan kepada kami, katanya: Ibnu Ishak berkata dalam hal ini -wallahu a'lam seperti kata Ibnu Abbas dan ahli Taurat: bahwa ia berhasil menggoda Adam dan istrinya dengan kekuatan yang diberikan Allah kepadanya untuk menguji Adam dan keturunannya, dan bahwa ia mendatangi anak cucu Adam ketika sedang tidur, melek dan dalam segala kondisi, hingga berhasil mencapai apa yang diinginkannya yaitu mengajaknya kepada kemaksiatan dan menjerumuskannya ke dalam hawa nafsu tanpa melihatnya, dan Allah telah berfirman  :

 فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ 

Lalu  keduanya digelincirkan oleh syetan dari surga itu dan dikeluarkan dari keaadan semula." dan berfirman:

يَبَنِي ءَادَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ

عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءَ بِمَا إِنَّهُ يَرَنَكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ


Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syetan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari kedua pakaiannya untuk menampilkan kepada mereka auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syetan-syetan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman." (Qs. Al A'raaf [7]: 27). 

Allah telah berfirman kepada Rasul-Nya SAW:

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ مَلِكِ النَّاسِ إِلَيْهِ النَّاسِ مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

"Katakanlah: 'Aku berlindung kepada Tuhan manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari jin dan manusia'." (Qs. An-Naas [114]: 1-6).

Kemudian Ibnu Ishak menyebutkan hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya syetan itu masuk ke dalam diri anak Adam mengikuti aliran darah”.

Kemudian Ibnu Ishak berkata: demikianlah anak cucu Adam diperintahkan antara ia dengan Iblis seperti halnya Iblis diperintahkan antara ia dengan Adam, seraya berfirman: 

قَالَ فَأَهْبِطُ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَن تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ

Turunlah kamu dari surga itu karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang- orang yang hina." (Qs. Al A'raaf [7]: 13). Kemudian ia sampai kepada Adam dan istrinya hingga dapat mengajak keduanya berbicara seperti diceritakan oleh Allah dalam firman-Nya: فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ Kemudian syetan " يَتَقَادَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلَى membisikan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: 'Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepadamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa'." (Qs. Thaahaa [20]: 120). Jadi, ia sampai kepada keduanya seperti halnya ia sampai kepada keturunannya, yaitu dari arah yang keduanya tidak melihatnya, dan wallahu a'lam mana diantara itu yang terjadi: lalu keduanya bertaubat kepada Allah.

Abu Ja'far berkata: Sementara Ibnu Ishak tidak yakin, ia berasumsi bahwa syetan tidak sampai kepada Adam dan istrinya dengan dialog seperti yang diinformasikan Allah, yang tidak mungkin orang berakal mengingkarinya, dimana ia berdialog: dengan keduanya, maka bagaimana mungkin ia (Ibnu Ishak) meragukannya? hanya kepada Allah kami memohon taufiq.

Penakwilan firman Allah: فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ 

"Dan dikeluarkan dari keaadan kembali."

Abu Ja'far berkata: Penakwilannya; lalu syetan mengeluarkan keduanya dari keadaan mereka yang semula, yaitu kehidupan yang nyaman dan kenikmatan yang luas dalam surga. telah kami jelaskan, bahwa Allah menisbatkan pengeluaran mereka dari surga ini kepada syetan, padahal sebenarnya yang mengeluarkan mereka dari surga adalah Allah, alasannya karena Iblislah yang menjadi sebab diusirnya mereka dari surga.

Penakwilan firman Allah: وَقُلْنَا أَهْبِطُواْ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ 

“Dan kami berfirman: 'Turunlah kalian! Sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain,"

Abu Ja'far berkata: kata قبط dalam bahasa Arab berarti singgah atau menempati, seperti kata seorang penyair:


مَا زِلْتُ أَرْمُقُهُمْ حَتَّى إِذَا هَبَطَتْ أَيْدِي الرِّكَابِ بِهِمْ مِنْ رَاكِسٍ فَلَقًا

Aku masih memandangi mereka hingga singgah kendaraan mereka dilembah rakis.

Penjelasan ini membuktikan kebenaran pendapat kami bahwa yang mengeluarkan Adam dari surga adalah Allah, adapun penisbatannya kepada Iblis adalah seperti yang telah kami jelaskan alasannya. Juga menunjukkan bahwa turunnya Adam dan istrinya serta Iblis dari surga adalah secara bersamaan dalam satu waktu.

Abu Ja'far berkata: Para mufassir berbeda pendapat tentang penakwilan ayat اهْبِطُوا disamping kesepakatan mereka bahwa Adam dan istrinya termasuk di dalamnya.

dari Sufyan bin Waki' menceritakan kepada kami, katanya: Abu Usamah menceritakan kepada kami dari Abu Awanah dari Ismail bin Salim dari Abu Shalih tentang firman Allah : أَهْبِطُواْ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ "Turunlah kalian! Sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain," dia berkata: yaitu Adam, Hawa, Iblis dan ular .

Dari Ibnu Waki' dan Musa bin Harun menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Amru bin Hamad menceritakan kepada kami, katanya: Asbath menceritakan kepada kami dari As-Suddi tentang firman Allah: 

أَهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ 

“Turunlah kalian! Sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain," dia berkata: lalu ular dilaknat, kaki- kakinya diputus sehingga ia berjalan dengan perutnya dan ditetapkan makanannya dari tanah. Diturunkanlah Adam, Hawa, Iblis dan ular ke bumi .

Dari Muhammad bin Amru Al Bahili menceritakan kepadaku, katanya: Abu Ashim menceritakan kepada kami, katanya: Isa bin Maimun menceritakan kepada kami dari Abdullah bin Abi Najih dari Mujahid tentang firman Allah: 

أهبطوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ "Turunlah kalian! Sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain," dia berkata: Adam, Iblis dan ular.

Dari Al Mutsanna bin Ibrahim menceritakan kepadaku, katanya: Abu Hudzaifah menceritakan kepada kami dari Syibl bin Ubad dari Abdullah bin Abi Najih dari Mujahid tentang firman Allah : أَهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ "Turunlah kalian! Sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain," yaitu Adam, Iblis, dan ular, keturunan sebagian mereka menjadi musuh bagi sebagian yang lain.

Dari Al Qasim menceritakan kepada kami, katanya: Al Husein menceritakan kepada kami, katanya: Hajjaj menceritakan kepadaku, dari Ibnu Juraij, dari Mujahid tentang firman Allah: أَهْبِطُواْ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ "Turunlah kalian! Sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain, dia berkata: Adam dan keturunannya, Iblis dan keturunannya.

Dari Al Mutsanna bin Ibrahim menceritakan kepadaku, katanya: Adam Al Asqalani menceritakan kepada kami, katanya: Abu Ja'far menceritakan kepada kami, dari Rabi' bin Anas dari, Abu Aliyah tentang firman Allah: أَهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ "Turunlah kalian! Sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain," dia berkata: yaitu Iblis dan Adam.

Dari Al Mutsanna bin Ibrahim menceritakan padaku, katanya: Ishak menceritakan kepada kami, katanya: Ubaidillah bin Musa menceritakan kepada kami, dari Israil, dari As-Suddi, dari orang yang menceritakan kepadanya, dari Ibnu Abbas tentang firman Allah: أَهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ "Turunlah kalian! Sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain," dia berkata: yaitu Adam, Hawa, Iblis dan ular

dari Yunus bin Abdul A'la menceritakan kepadaku, katanya: Ibnu Wahab memberitahukan kepada kami, katanya: Abdurrahman bin Mahdi menceritakan kepadaku, dari Israil, dari Ismail As-Suddi, dia berkata: seseorang yang mendengar dari Ibnu Abbas menceritakan kepadaku katanya : أهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ "Turunlah kalian! Sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain," yaitu: Adam, Hawa, Iblis dan ular

Dari Yunus bin Abdul A'la menceritakan kepadaku, katanya: Ibnu Wahab memberitahukan kepada kami, katanya: Abdurrahman bin Zaid mengatakan tentang firman Allah: أَهْبِطُواْ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ "Turunlah kalian! Sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain,' dia berkata: Adam, Iblis dan keturunan mereka berdua .

Abu Ja'far berkata: Jika ada yang berkata: apa permusuhan antara Adam, istrinya, Iblis dan ular?

Jawabannya: adapun permusuhan Iblis terhadap Adam dan keturunannya yaitu kedengkian terhadapnya dan kesombongannya terhadap Allah ketika menolak perintah-Nya agar bersujud kepada Adam, dengan mengatakan: 

أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah." (Qs. Shaad [38]: 76).

Sedangkan permusuhan Adam dan keturunannya terhadap Iblis yaitu permusuhan orang-orang mukmin terhadapnya dengan cara beriman kepada Allah.

Permusuhan Iblis terhadap Adam yaitu kekufurannya terhadap Allah. Sedangkan permusuhan Adam dan keturunannya terhadap ular adalah seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Abbas dan Wahab bin Munabbih dalam riwayat yang telah kami sebutkan sebelumnya. Juga diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

مَا سَأَلَمْنَاهُنَّ مُنْذُ حَارَبْنَاهُنَّ، فَمَنْ تَرَكَهُنَّ خَشْيَةَ ثَأْرَهُنَّ فَلَيْسَ مِنَّا

“Tidak pernah kami berdamai dengannya (ular) sejak kami memusuhinya, dan barangsiapa yang membiarkannya karena takut balas dendamnya maka ia tidak termasuk golongan kami.”

Dari Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam menceritakan kepada saya, katanya: Hajjaj bin Risydin menceritakan kepada saya, katanya: Haiwah bin Syuraih menceritakan kepada kami, dari Ibnu Ajlan, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

مَا سَأَلَمْنَاهُنَّ مُنْذُ حَارَبْنَاهُنَّ، فَمَنْ تَرَكَهُنَّ خَشْيَةَ ثَأْرَهُنَّ فَلَيْسَ مِنَّا

"Tidak pernah kami berdamai dengannya (ular) sejak kami memusuhinya, dan barangsiapa yang membiarkan sedikitpun karena rasa takut (kepadanya) maka ia tidak termasuk golongan kami"

Abu Ja'far berkata: dan menurutku peperangan antara kita di sini

adalah seperti dijelaskan oleh para ulama kita, yaitu karena ia telah memasukkan Iblis ke dalam surga setelah Allah mengusirnya darinya.

Dari Abu Karib menceritakan kepada kami, katanya: Muawiyah bin Hisyam menceritakan kepada kami, katanya: Muhammad bin Khalaf Al Asqalani menceritakan kepada saya, katanya: Adam menceritakan semuanya dari Syaiban dari Jabir dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas dia berkata: adalah Rasulullah SAW ditanya tentang hukum membunuh ular, maka beliau bersabda:

 خُلِقَتْ هِيَ وَالْإِنْسَانُ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا عَدُوٌّ لِصَاحِبِهِ، إِنْ رَآهَا أَفْرَعَتْهُ، وَإِنْ لَدِغَتْهُ أَوْجَعَتْهُ، فَاقْتُلْهَا حَيْثُ وَجَدْتَهَا

"Ia dan manusia diciptakan saling bermusuhan, jika manusia melihatnya ia ketakutan, jika ular menggigitnya ia kesakitan, maka bunuhlah ia dimanapun kamu menemukannya ".

Penakwilan firman Allah : وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ

 “Dan bagi kalian ada tempat kediaman di bumi."

Abu Ja'far berkata: Para ulama berbeda pendapat tentang penakwilan ayat ini. Sebagian mereka berpendapat seperti berikut:

Dari Al Mutsanna bin Ibrahim menceritakan kepadaku, katanya: Adam Al

Asqalani menceritakan kepada kami, katanya: Abu Ja'far menceritakan kepada kami, dari Rabi' bin Anas, dari Abu Aliyah tentang firman Allah: وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ "Dan bagi kalian ada tempat kediaman di bumi." Dia berkata: yaitu firman-Nya 

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا "Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian." (QS. Al Baqarah [2]:22) 141.

767. Ammar bin Al Hasan menceritakan kepadaku, katanya: Abdullah bin Abi Ja'far menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Rabi' tentang firman Allah : 

وَلَكُرْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرُّ "Dan bagi kalian ada tempat kediaman di bumi." Dia berkata: yaitu firman-Nya: اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ قَرَارًا "Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kalian sebagai tempat menetap." (Qs. Al Mukmin [40]: 64).


Sebagian yang lain berpendapat seperti berikut:

DariMusa bin Harun Al Hamdani menceritakan kepadaku, katanya: Amru bin Hamad menceritakan kepada kami, katanya: Asbath menceritakan kepada kami dari As-Suddi tentang firman Allah : وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌ 

"Dan bagi kalian ada tempat kediaman di bumi," yaitu alam kubur.

Dari Yunus bin Abdul A'la menceritakan padaku, katanya: Ibnu Wahab menceritakan kepada kami, katanya: Abdurrahman bin Mahdi menceritakan kepada kami dari Israil dari Ismail As-Suddi, katanya: seorang laki-laki yang mendengar dari Ibnu Abbas menceritakan padaku, katanya : Ibnu Abbas berkata tentang firman Allah: وَلَكُرْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ “Dan bagi kalian ada tempat kediaman di bumi.

Dia berkata: yaitu alam kubur.

Dari Yunus bin Abdul A'la menceritakan kepadaku, katanya: Ibnu Wahab memberitahukan kepada kami, katanya: Abdurrahman bin Zaid mengatakan tentang firman Allah : وَلَكُرْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ “Dan bagi kalian ada tempat kediaman di bumi," dia berkata: yaitu makam mereka di bumi .

Abu Ja'far berkata: Kata مُسْتَقَرٌ dalam bahasa Arab berarti tempat yang tetap, dan jika demikian maka di bumi manapun seseorang berada berarti ia berada di tempat yang tetap baginya. Yang dimaksud oleh Allah

dengannya, bahwa di alam bumi mereka memiliki tempat yang tetap dan kelak tempat yang tetap bagi mereka adalah langit dan surga. Demikian juga makna firman-Nya: وَمَتَاعُ إِلَى حِينٍ "Dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." bahwa mereka diberikan kesenangan di alam bumi sebagaimana kelak akan diberikan kesenangan di alam surga.

Penakwilan firman Allah: وَمَتَاعُ إِلَى حِينٍ 

"Dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."

Abu Ja'far berkata: Para mufassir berbeda pendapat dalam penakwilan ayat ini. Sebagian mereka berkata, bahwa maknanya: kesenangan sampai mati. Seperti dijelaskan dalam riwayat-riwayat berikut:

Dari Musa bin Harun Al Hamdani menceritakan kepadaku, katanya: Amru bin Hamad menceritakan kepada kami, katanya: Asbath menceritakan kepada kami dari As-Suddi tentang firman Allah : وَمَتَاعُ إِلَى حِينٍ “Dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan," dia berkata: kesenangan sampai mati.

Dari Yunus bin Abdul A'la menceritakan kepada saya, katanya: Ibnu Wahab menceritakan kepada kami, katanya: Abdurrahman bin Mahdi menceritakan kepada kami dari Israil dari Ismail As-Suddi, katanya: seorang laki-laki yang mendengar dari Ibnu Abbas menceritakan kepada saya, dari Ibnu Abbas tentang firman Allah: وَمَتَّعُ إِلَى حِينٍ "Dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan," dia berkata: yaitu kehidupan. 

Sebagian yang lain berpendapat bahwa maknanya: kesenangan sampai hari kiamat. Seperti dijelaskan dalam riwayat berikut:

Dari Al Mutsanna bin Ibrahim menceritakan kepadaku, katanya: Abu Hudzaifah menceritakan kepada kami, dari Syibl bin Ubad, dari Abdullah bin Abi Najih, dari Mujahid tentang firman Allah: وَمَتَاعُ إِلَى حِينٍ “Dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan," dia berkata: sampai hari kiamat, sampai dunia terputus.

Sebagian yang lain berpendapat bahwa maknanya: sampai ajal tiba, seperti dijelaskan dalam riwayat berikut:

Dari Ammar bin Al Hasan menceritakan kepadaku, katanya: Abdullah bin Abi Ja'far menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Rabi' tentang firman Allah : وَمَتَعُ إِلَى حِينٍ "Dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan," dia berkata: sampai ajal tiba.

Abu Ja'far berkata: Kata مَتَعُ  dalam bahasa Arab berarti setiap yang memberikan kesenangan, berupa kehidupan, pakaian, perhiasan atau kenikmatan apa saja. Jika demikian, berarti Allah telah menjadikan kehidupan bagi setiap manusia sebagai kesenangan baginya, menjadikan bumi sebagai tempat tinggal dan sumber makanan yang menyenangkan baginya serta menjadi kuburan yang melindungi jasadnya setelah ia mati, dan kata kesenangan adalah mencakup semua makna tersebut, maka penakwilan yang tepat pada ayat وَمَتَعُ إِلَى حِينٍ "Dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan," adalah umum mencakup segala kesenangan yang dirasakan manusia dan Iblis selama berada di alam bumi, hingga Allah mengganti bumi ini dengan bumi yang lain.

Wallahualam

Sumber : Tafsir At Thabari

Comments