Source Gambar : https://www.nu.or.id/
Wabah Thaun (Penyakit Menular) di Amawas
( Kitab Bidayah Wan Nihayah zaman Umar ibnu Khatab )
Mayoritas ulama mengataan kejadiannya tahun 18 H, Ibnu Jarir
menyatakan tahun 17 H. dinisbatkan kepada sebuah negeri kecil disebut Amawas,
yang terletak antara alQuds dan Ramalah, karena dari negeri ini wabah Thaun ini
berasal kemudian menyebar ke seluruh negeri Syam.
Muhammad bin Ishaq meriwayatkan dari as-Syu’bah dari
al-Makhariq bin Abdillah Al Bajali dari Thariq bin Syibab al-Bajali ,
Di berkata “ Kami mendatangi Abu musa dirumahnya di Kufah
untuk berbincang binang dengannya.
Ketika kami duduk dia berkata ‘Janganlah kalian takut
sesungguhnya seseorang di rumah ini telah tertular wabah.
Kalian tidak perlu menghindar ke tempat lain yang tidak
terkena wabah hingga Allah mengangkat wabah ini.
Aku akan memberitahukan kepada kalian tentang apa apa yang
dibenci dan dijauhi.
Jangan lah orang yang keluar dari sini beranggapan bahwa
jika ia bermukim di sini akan mati,
Dan jangan pula orang yang telah terkena bahwa andai saja ia
keluar dari tempat ini niscaya dia tidak terkena wabah.
Jika seorang muslim tidak memiliki prasangka seperti ini
maka tidak mengapa ia keluar dan menjauhi wabah ini.
Sesungguhnya aku pernah Bersama Abu Ubaidah bi Al Jarrah di
Syam, pada waktu itu wabah Thaun Awamas menyebar.
Ketika wabah ini sampai pada puncaknya dan sampai beritanya
kepada Umar
Umar segera mengirim surat kepada Abu Ubaidah yang isinya :
‘assalamualaika amma ba’du
Sesungguhnya aku sangat membutuhkan kehadiranmu dan ingin
berbicara langsung denganmu, aku berazam jika engkau telah membaca surat ini
maka jangan letakkan surat ini dari tanganmu sehingga engkau langsung
menjumpaiku.’
Maka Abu Ubaidah paham bahwa Umar ingin mengeluarkannya dari
daerah wabah tersebut, dia berkata ‘ Semoga Allah mengampuni Amirul Mukminin’
Abu Ubaidah lantas segera mengirimkan balasan surat Umar
yang isinya
‘ Wahai Amirul Mukminin aku mengerti apa keinginanmu
terhadapku, sesungguhnya aku berada di tengah tentara kaum muslimin dan tidak
ingin berpisah dari mereka, aku tidak akan meninggalkan mereka hingga Allah
menetapkan apa yang telah ditentukanNya pada diriku dan seleuruh pasukanku.
Maafkanlah aku tidak dapat mengabulkan keinginanmu wahai
Amirul mukminin. Biarkanlah aku Bersama tentaraku’
Ketika membaca suratnya umar menangis, orang bertanya
kepadanya : ‘Apakah Abu Ubaidah telah tewas ?’
Ia Menjawab, ‘Tidak, tetapi kelihatannya ia akan tewas.’
Kemudian Umar membalas surat yang bunyinya :
‘Salam alaika amma ba’du, sesungguhnya engkau membawa
pasukanmu ke tempat yang tidak baik, maka pindahkan lah mereka , cari tempat
yang tinggi dan udaranya bersih.’
Abu Musa berkata ,’Ketika surat Umar sampai ke tangan nya,
ia memanggil aku dan berkata padaku ,’Sesungguhnya surat amirulmukminin telah
datang kepadaku sebagaimana yang engkau lihat, maka keluarlah dan cari tempat
yang baik untuk kaum muslimin supaya
mereka dapat aku pindahkan ke tempat itu.’
Aku segera pulang ke rumah dan ternyata kudapati istriku
telah terserang wabah itu, aku segera menemuinya dan memberitahukan ,
‘Demi Allah , sesungguhnya telah terjadi sesuatu pada
istriku.’
Abu Ubaidah bertanya ,’Apakah istrimu telah terserang wabah
itu ?’, aku katakan iya
Maka ia memerintahkan agar kudanya dibawa dan langsung
berangkat, namun Ketika turun dan meletakkan kakinya di sebuah tempat ternyata
ia juga telah terserang wabah tersebut.
Ia berkata , ‘Demi Allah sesungguhnya aku telah terserang
wabah itu’, kemudian ia memerintahkan rombongan agar berjalan hingga ke
Jabiyah. Dan tak berapa lama kemudian wabah penyakit Thaun telah hilang.”
Orang orang yang meninggal terkena Tha’un di Amawas
( Kitab Bidayah Wan Nihayah zaman Umar ibnu Khatab )
Alwaqidi berkata , “Pada tahun 18 H . Tha’un Amawas telah
melanda negeri Syam. Wabah ini telah memakan korban 25.000 jiwa, ada yang
mengatakan 30.000 jiwa
Diantara para sahabat yang terkena wabah ini adalah Abu
Ubaidah bi Al Jarrah, Al Harist bin Hisyam, Syahrabil bin Hasanah, Fadhl bin
Abas, Muaz bin Jabal, Yazid bin Abi Sofyan, Abu Jandal dan Abu Malik Al Asy’ari
Comments
Post a Comment