سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَّاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا ۚ قُلْ لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus". ( Al Baqarah 142 )
Penakwilan firman Allah: سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ (Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata)
Abu Ja'far berkata: Firman Allah سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ artinya orang-orang bodoh akan berkata, mereka adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang munafik.
Allah menyebut mereka orang-orang bodoh, karena mereka tidak memahami kebenaran. Para rahib Yahudi yang bodoh, kebodohan semakin menjadi-jadi hingga tidak mengikuti Muhammad SAW, hanya karena beliau dari kalangan Arab dan bukan dari bani Israil, orang-orang munafik pun semakin bingung dan ragu, makanya menjadi bodoh.
Seperti yang kami katakan, bahwa السُّفَهَاء adalah orang-orang yahudi dan munafik, itu pula yang menjadi pendapat umum para ahli tafsir. ulama yang berpendapat demikian menyebutkan:
Dari Muhammad bin Amr menceritakan kepadaku, katanya: Abu Ashim menceritakan kepada kami, dari Isa dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَهُمْ عَن قِبْلَتِهِمُ tentang firman Allah katanya: Orang-orang yahudi yang berkata tatkala meninggalkan Baitul Maqdis.
Dari Al Mutsanna menceritakan kepada saya, katanya: Abu Hudzaifah menceritakan kepada kami, katanya: Syibil menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid dengan riwayat yang sama.
Dari Aku mendapat berita dari Ahmad bin Yunus, dari Zuhair, dari Ibnu Abi Ishaq dari Barra' tentang firman Allah سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ katanya: "Orang-orang Yahudi."
Dari Abu Kuraib menceritakan kepada kami, katanya: Waki' menceritakan kepada kami, dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Barra', tentang firman Allah سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ katanya: "Orang-orang Yahudi."
Dari Al Mutsanna menceritakan padaku, katanya: Hammani menceritakan kepada kami, katanya: Syarik menceritakan kepada kami, dari Abu Ishaq, dari Barra', tentang firman Allah سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ katanya : "Para Ahli Kitab."
Dari Al Mutsanna menceritakan padaku, katanya: Abu Shalih menceritakan kepada kami, katanya: Mu'awiyah bin Shalih menceritakan padaku, dari Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu Abbas, katanya: maksudnya adalah orang-orang Yahudi.
Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa السفهاء adalah orang-orang munafik. ulama yang berpendapat demikian menyebutkan riwayat berikut:
Dari Musa menceritakan kepada kami, katanya: Amr menceritakan kepada kami, katanya: Asbath menceritakan kepada kami, dari As-Suddi, katanya: ayat سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ turun berkenaan dengan sikap orang-orang munafik.
Penakwilan firman Allah:مَا وَلَّاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا (Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?)
Abu Ja'far berkata: Firman Allah مَا وَلَهُمْ artinya sesuatu yang membuat mereka berpaling dari kiblat? Seperti kata :
وَلَانِي فُلانٌ دُبْرَهُ jika memalingkan wajah darinya dan membelakangi; begitu juga dengan firman Allah مَا وَلَهُمْ artinya "memalingkan wajah mereka".
Adapun firman Allah عَن قِبْلَتِهِمُ artinya sesungguhnya kiblat segala sesuatu: sesuatu yang ditatap oleh wajahnya. Kata القبلة mengikuti wazan فَعْلَةُ seperti kata جَلْسَةُ dan قَعْدَةُ dalam kalimat : قَابَلْتُ فَلاَنَا jika dia menghadapiku dan aku berhadapan dengannya, maka dia kiblatku (yang dipandang, ditatap) dan aku menjadi kiblat dia, jika masing-masing saling berhadapan dan bertatap muka.
Abu Ja'far berkata: Jadi penawilan ayat di atas orang-orang Bodoh akan berkata kepada kalian wahai orang-orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kalian memalingkan wajah kalian dari kiblat orang Yahudi yang menjadi kiblat sebelum Aku perintah memalingkan wajah kalian ke arah setengah Masjid Haram: Apa yang mengubah pandangan mereka, lalu memesannnya dari posisi yang menjadi arah wajah kalian dalam shalat?
Allah memberiahukan kepada Nabi-Nya, Muhammad SAW, ucapan orang-orang Yahudi dan munafik yang berucap demikian ketika mengubah kiblat Nabi dan para Sahabatnya dari Syam ke masjid haram; serta memberitahukan jawaban yang selayaknya disampaikan kepada mereka, sebagai jawaban, Allah pun berfirman kepada Nabi-Nya: "Apabila mereka berkata seperti itu kepadamu, wahai Muhammad! Maka berkata:
لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Sebab, Nabi SAW menjalankan shalat menghadap ke arah Baitul Maqdis selama beberapa waktu yang akan kami jelaskan pada paragraf berikutnya, lalu Allah hendak mengubah kiblat Nabi-Nya itu ke arah Baitul Haram, dan memberitahukan ucapan orang-orang Yahudi tentang perubahan arah kiblat Nabi-Nya dan rasul-Nya, serta jawaban apa yang selayaknya disampaikan kepada mereka sebagai jawaban.
Disebut juga selang masa Rasulullah dan para sahabatnya melaksanakan shalat ke arah Baitul Maqdis, alasan, dan apa yang dikatakan orang-orang Yahudi dan munafik ketika Allah mengubah kiblat orang-orang mukmin dari Baitul Maqdis ke Masjid Haram.
Para ulama berselisih pendapat tentang masa shalatnya Rasulullah ke arah Baitul Maqdis, setelah hijrah. Sebagian ulama mengatakan:
Dari Abu Kuraib menceritakan kepada kami, katanya: Yunus bin Bakir menceritakan kepada kami, katanya: Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, katanya: Salamah menceritakan kepada kami, katanya:
Muhammad bin Ishaq bercerita kepada kami, katanya: Muhammad bin Abi Muhammad bercerita, katanya: Sa'id bin Zubair atau Ikrimah berceritakan kepada kami, dari Ibnu Abbas, katanya: Ketika kiblat dialihkan dari kota Syam ke arah Ka'bah, pada bulan Rajab, di awal masa 17 bulan dari kedatangan Rasulullah SAW di Kota Madinah, beliau datangi Rifa'ah bin Qais, Qardam bin Amr, Ka'b bin Asyraf dan Nafi' bin Abi Nafi', demikianlah kata Ibnu Humaid. Abu Kuraib menambahkan, Rafi' bin Abi Rafi', Hajjaj bin Amr, Ka'b bin Asyraf, Rabi' bin Rabi' bin Abu Haqiq dan Kinanah bin Abi Haqiq, mereka mengatakan: Wahai Muhammad, apa yang membuat kamu mengganti arah kiblat (yang sebelumnya ke arah Baitul Maqdis) padahal kamu beranggapan telah mengikuti Ibrahim dan agamanya?
Kembalilah ke arah kiblat semula, niscaya kami akan mengikutimu dan membenarkanmu! Sebenarnya mereka ini hanya mengujimu agar diverifikasi dari agamamu. Lalu Allah berfirman :
سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَنَهُمْ عَنِ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا
sampai firman Allah: إِلَّا لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ
Dari Abu Kuraib menceritakan kepada kami, katanya: Abu Bakar bin Ayyasy menceritakan kepada kami, Al Barra berkata: Rasulullah SAW berjalan menghadap ke arah Baitul Maqdis selama 17 bulan, dan dia ingin sekali merubahnya ke arah Ka'bah.
Maka Barra berkata, “Kami telah melaksanakan shalat 2 rakaat menghadap ke sini (baitul maqdis), dan melaksanakan shalat 2 rakaat menghadap ke sana (Ka'bah). Abu Kuraib berkata: ia bertanya, apakah di dalam rombongan itu terdapat Abu Ishaq? Lalu ia ingat.
Dari Ibnu Waki' menceritakan kepada kami, katanya: Yahya bin dam menceritakan kepada kami, dari Abu Bakar bin Ayyasy menceritakan kepada kami, dari Abu Ishaq, dari Barra, katanya: kami melakukan shalat setelah kedatangan Nabi SAW di Kota Madinah selama 17 bulan menghadap ke Baitul Maqdis.
Dari Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, katanya: Yahya menceritakan kepada kami, dari Sufyan, katanya: Abu Ishaq menceritakan kepada kami, dari Barra' bin 'Azib, katanya: Aku melakukan shalat bersama Nabi SAW menghadap Baitul Maqdis selama 16 bulan atau 17 bulan-Sufyan masih mengingat ini- lalu kami pun berbalik ke arah Ka'bah.
Dari Al Mutsanna menceritakan kepadaku, katanya: An-Nufaili menceritakan kepada kami, katanya: Zuhair menceritakan kepada kami, katanya: Abu Ishaq menceritakan kepada kami, dari Barra bahwa Rasulullah pertama kali mendatangi Madinah, beliau menjenguk kakek neneknya, atau paman bibinya dari kalangan kaum Anshar, bahwa ia menjalankan shalat menghadap ke arah Baitul Maqdis selama 16 bulan, ia terheran-heran bahwa kiblatnya ternyata ke arah Baitul Maqdis, dan ia menjalankan shalat Ashar bersama rombongan itu.
Lalu salah seorang keluar dari barisan dan melintas diantara penghuni masjid padahal mereka sedang ruku'; dan katanya, Aku bersaksi bahwa aku pernah menjalankan shalat bersama Rasulullah SAW menghadap ke arah Makkah, mereka akhirnya merubah arah kiblat dan sebenarnya mereka terheran-heran dengan perubahan arah kiblat itu. Orang-orang Yahudi dan ahli kitab lebih terheran-heran lagi bahwa Rasulullah menjalankan shalat menghadap ke arah Baitul Maqdis, tatkala mereka merubah arah ke arah baitullah, mereka mengingkarinya.
Dari Imran bin Musa menceritakan kepada saya, katanya: Abdul Warits menceritakan kepada kami, katanya: Yahya bin Sa'id menceritakan kepada kami, dari Ibnu Musayyab, katanya: Rasulullah SAW menjalankan shalat menghadap ke arah Baitul Maqdis setelah tiba di kota Madinah selama 16 bulan lalu merubah kiblat ke arah Ka'bah 2 bulan sebelum perang Badar.
Ulama lain mengatakan seperti berikut:
Dari Amr bin Ali menceritakan kepada kami, katanya: Abu Ashim menceritakan kepada kami, katanya: Utsman bin Sa'd Al Katib menceritakan kepada kami, katanya: Anas bin Malik menceritakan kepada kami, katanya: Nabi SAW menjalankan shalat menghadap ke arah Baitul Maqdis selama 9 atau 10 bulan. Tatkala beliau menjalankan shalat Zhuhur di kota Madinah, beliau shalat 2 rakaat menghadap ke arah Baitul Maqdis, lalu merubah arah kiblatnya ke arah Ka'bah, dan orang-orang bodoh pun berkata: .مَا وَلَّاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا
Sebagian dari mereka mengatakan seperti berikut:
Dari Muhammad bin Al Mutsanna menceritakan kepada kami, katanya: Abu Daud menceritakan kepada kami, katanya: Mas'udi menceritakan kepada kami, dari Amr bin Murrah, dari Ibnu Abu Laila, dari Mu'adz bin Jabal, bahwa Rasulullah SAW datang di kota Madinah, lalu shalat menghadap Baitul Maqdis selama 13 bulan.
Dari Ahmad bin Miqdam Al 'Ajali menceritakan kepada kami, katanya: Mu'tamir bin Sulaiman menceritakan kepada kami, katanya: Aku mendengar ayahku berkata: Qatadah menceritakan kepada kami, dari Sa'id bin Musayyab, bahwa orang-orang Anshar menjalankan shalat ke arah kiblat pertama (Baitul Maqdis) sebelum kedatangan Nabi SAW selama 3 kali haji, dan Nabi SAW melakukan shalat ke arah kiblat pertama (Baitul Maqdis) setelah belia di Madinah selama 16 bulan, kedua hadits tersebut diceritakan oleh Qatadah dari Sa'id.
Alasan mengapa Nabi SAW menjalankan shalat menghadap ke arah Baitul Maqdis sebelum disyariatkan untuk mengubahnya ke arah Ka'bah.
Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini, sebagian mengatakan, bahwa perubahan itu adalah pilihan Nabi SAW sendiri. Ulama yang berpendapat demikian menyebutkan riwayat seperti berikut:
Dari Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, katanya: Yahya bin Wadhih, Abu Tamilah menceritakan kepada kami, katanya: Husain bin Waqid menceritakan kepada kami, dari Ikrimah, dari Yazid An-Nahwi, dari Ikrimah dan Hasan Al Basri, keduanya berkata: pertama kali yang disalin dari Al Qur'an adalah kiblat, karena Nabi SAW menghadap batu di dalam Baitul Maqdis yang menjadi kiblat orang-orang Yahudi, beliau menghadap ke arah batu itu selama 10 bulan, agar mereka beriman kepada Nabi SAW dan mematuhinya, serta menyeru kepada orang-orang ummi di jazirah Arab;
Allah berfirman: Dan وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Qs. Al Baqarah [2]: 115)
Dari Al Mutsanna bin Ibrahim bercerita, katanya: Ibnu Abi Ja'far menceritakan kepada kami, dari ayahnya, dari Rabi', tentang سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَنَهُمْ عَن قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا : firman Allah artinya Baitul Maqdis.
Rabi' berkata: Abu 'Aliyah berkata: sesungguhnya Nabi Allah SAW memilih untuk menghadap ke arah manapun semaunya, lalu beliau Baitul Maqdis guna menarik hati para ahli kitab, yang menjadi kiblat beliau selama 16 bulan, beliau mendongakkan wajah ke langit lalu Allah menghadapkan ke arah Baitul Haram.
Ulama lain mengatakan, perubahan itu adalah kehendak Nabi SAW dan sahabatnya berdasarkan perintah Allah kepada mereka. Ulama yang berpendapat demikian, menyebutkan:
Dan Al Mutsanna menceritakan kepadaku, katanya: Abdullah bin Shalih menceritakan kepada kami, katanya: Mu'awiyah bin Shalih menceritakan kepada kami, dari Ali ibnu Abu Thalhah, dari Ibnu Abbas, katanya: Tatkala Rasulullah berhijrah ke kota Madinah, kala itu penduduk mayoritas kota Madinah adalah orang-orang Yahudi, dan Allah memerintahkan untuk menghadap Baitul Maqdis, bergembiralah orang-orang Yahudi.
Maka, Rasulullah SAW menghadap ke arah Baitul Maqdis selama belasan bulan, padahal beliau sangat menyukai kiblat Ibrahim AS, lalu beliau berdoa kepada Allah dan mendongak ke langit dan turunlah wahyu Allah: Sungguh kami قَدْ نَرَى تَقَلْبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ (sering) melihat mukamu menengadah ke langit." (Qs. Al Baqarah [2]: 144). Orang-orang Yahudi merasa ragu akan hal itu dan bertanya: مَا وَلَّاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا maka turunlah firman Allah:
قُل لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ
Dari Qasim menceritakan kepada kami, katanya: Husain menceritakan kepada kami, katanya: Hajjaj menceritakan padaku, katanya: Ibnu Juraij berkata: Rasulullah SAW untuk pertama kalinya shalat menghadap ke arah Ka'bah, lalu beralih ke arah Baitul Maqdis. Kaum Anshar melaksanakan shalat dengan menghadap ke arah Baitul Maqdis sebelum kedatangan beliau selama 16 bulan kemudian Allah menjanjikannnya ke arah Ka'bah.
Sebab yang melatarbelakangi mengapa orang-orang Yahudi berkata: مَا وَلَهُمْ عَن قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا . Dalam hal ini para ahli tafsir berbeda pendapat; diriwayatkan dari Ibnu Abbas, terdapat 2 pendapat:
Dari Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, katanya: Salmah menceritakan kepada kami, katanya: Ibnu Ishaq menceritakan kepada kami, katanya: Muhammad bin Abi Muhammad bercerita, dari Ikrimah, atau dari Sa'id bin Zubair, dari Ibnu Abbas, katanya: Itulah ucapan orang-orang Yahudi kepada Nabi SAW, mereka mengatakan: kembalilah ke arah kiblatmu semula, niscaya kami akan mengikutimu dan mengizinkanmu, mereka ingin membelokkan dia dari agamanya.
Dari Bisyr bin Mu'adz menceritakan kepada kami, katanya: Yazid menceritakan kepada kami, dari Sa'id, dari Qatadah, tentang firman Allah :
سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَهُمْ عَن قِبْلَهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا
katanya kaum Anshar menjalankan shalat ke arah Baitul Maqdis 2 tahun sebelum kedatangan Nabi SAW di kota Madinah, dan nabi SAW menjalankan shalat ke arah Baitul Maqdis setelah kedatangannya di kota Madinah selama 16 bulan lalu setelah itu Allah menghadapkannya ke arah Ka'bah, Baitul Haram. Orang-orang itu bertanya kepada beliau مَا وَلَّاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا
sungguh beliau sangat merindukan tanah kelahirannya, lalu Allah berfirman:
قُل لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Ada pendapat yang mengatakan bahwa yang menanyakan hal itu adalah orang-orang munafik, mereka berbicara seperti itu untuk merendahkan Islam. Ulama yang berpendapat demikian, menyebutkan seperti berikut:
Dari Musa menceritakan padaku, katanya: Amr menceritakan kepada kami, katanya: Asbath menceritakan kepada kami, dari As-Suddi, katanya: tatkala Nabi SAW menghadap ke arah Baitul Haram, telah terjadi kelainan diantara orang-orang itu, mereka membentuk kelompok.
Orang-orang munafik mengatakan: apa mau mereka, menghadap kiblat tertentu lalu meninggalkannya dan diubah ke arah yang lain? Allah menurunkan firman berkenaan dengan sikap orang-orang munafik ini.sampai seluruh ayat ini سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ
Penakwilan firman Allah :
قُل لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
akanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus)
Abu Ja'far berkata: Arti firman tersebut: mengucapkan, wahai Muhammad! Kepada mereka yang berkata kepadamu dan para sahabatmu: apa yang membuat kalian diubah dari kiblat kalian, yaitu Baitul Maqdis, yang sebelumnya kalian jadikan arah kiblat, dan diubah ke arah Baitul Haram: Kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, artinya pemilik kawasan terbitnya matahari dan kawasan barat, dan dunia yang berada di antara kedua kutub tersebut; memberikan petunjuk kepada siapa saja sesuai kehendak-Nya dan menuntun ke jalan yang lurus.
Artinya ke arah kiblat Nabi Ibrahim yang dijadikan imam (pemimpin, panutan) oleh Allah; serta menghinakan siapa saja sesuai kehendak-nya dan menysesatkannya dari jalan kebenaran.
Firman Allah يَهْدِى مَن يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ artinya, "Katakanlah, wahai Muhammad, sesungguhnya Allah yang memberi petunjuk kepada kita dengan mengirimkan ke arah Baitul Haram, kiblat Nabi Ibrahim; dan Allah kalian, wahai orang-orang Yahudi, munafik serta golongan yang syirik kepada Allah, menjauhkan kalian dari petunjuk.
Sumber : At Thabari 572 sd 600
Comments
Post a Comment