وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ ۚ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir".
Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. ( Albaqarah 102)
Tafsir firman Allah :
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syetan-syetan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir])
Abu Ja'far berkata: وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَنَ yakni :
mereka adalah sekelompok pendeta dan para ulama kaum Yahudi yang Allah sifati bahwa mereka melemparkan kitab Allah yang diturunkan kepada Musa di belakang punggung mereka, mengingkari apa yang mereka ketahui dalam kitab itu, hingga seakan-akan mereka tidak mengetahuinya, dan Allah memberitahukan tentang mereka bahwa mereka menolak kitab-Nya, padahal mereka menyadari bahwa kitab itu diturunkan kepada nabi-Nya, dan menyelisihi perjanjian yang Allah ambil atas mereka tentang kewajiban mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya, mereka lebih mengutamakan dan mengikuti sihir yang dibaca oleh syetan pada masa kerajaan Sulaiman bin Daud, dan itulah kerugian dan kesesatan yang nyata.
Dan ahli tafsir berbeda pendapat mengenai maksud dari firman-Nya:
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَنَ
Sebagian dari mereka berpendapat bahwa yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi yang hidup di tengah-tengah kaum muhajirin Rasulullah SAW, karena mereka membantah Rasulullah dengan Taurat, akan tetapi mereka mendapatkan bahwa Taurat sesuai dengan Al Qur'an, dan memerintahkan untuk mengikuti Muhammad SAW, serta membenarkannya sebagaimana Al Qur'an memerintahkannya.
Mereka juga membantah dengan menggunakan kitab yang ditulis oleh orang-orang pada jaman Sulaiman dari kalangan para dukun. Riwayat yang menyatakan hal tersebut:
Dari Musa bin Harun menceritakan kepadaku, katanya, Amr menceritakan kepada kami, katanya, Asbath menceritakan kepada kami, dari As-Suddi bahwa ayat
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ
adalah pada masa Sulaiman AS, ia mengatakan bahwa syetan naik ke langit kemudian duduk dalam posisi mendengarkan, maka mereka mendengar dari perkataan malaikat mengenai sesuatu yang akan terjadi di muka bumi dari perihal kematian, turunnya hujan, atau yang lainnya, kemudian mendatangi para dukun dan mengabarkannya, maka dukun itu mengabarkannya kepada manusia, dan manusia mendapatkan seperti yang mereka katakan, sehingga manakala para dukun itu mempercayai mereka, para jin itu pun membohongi mereka, syetan memasukan hal-hal yang lain dalam perkara itu, mereka menambahkan dari satu kalimat menjadi tujuh puluh kalimat, kemudian manusia menulis pembicaran itu dalam sebuah buku, maka menyebarlah di kalangan Bani Israil, bahwa jin mengetahui hal-hal yang ghaib, maka Sulaiman mengutus seorang kepada orang-orang itu kemudian mengumpulkan kitab itu dan menyimpannya dalam sebuah kotak, kemudian menguburnya di bawah singgasana, dan tidaklah salah seorang dari jin itu yang berusaha untuk mendekatinya kecuali dia akan terbakar, dan berkata, aku tidak mendengar seorang pun yang menyebutkan bahwa syetan mengetahui hal yang ghaib kecuali akan dipotong lehernya.
Ketika Sulaiman wafat dan orang-orang yang mengetahui Sulaiman secara benar pun wafat, dan terjadi pergantian generasi setelah itu, syetan pun mengubah wujudnya menjadi manusia dan mendatangi sekelompok orang dari Bani Israil, ia pun berkata, "Maukah engkau aku tunjukkan sebuah harta peninggalan yang tidak pernah engkau nikmati sama sekali?" Mereka menjawab, "Ya." Ia berkata, "Galilah di bawah singgasana."
Syetan pun pergi bersama mereka dan menunjukkan tempatnya, kemudian berdiri di sisinya dari jarak yang cukup jauh, maka orang-orang itu pun berkata kepadanya, "Mendekatlah!" ia menjawab, "Tidak, melainkan aku tetap di sini diantara kalian, jika kalian tidak mendapatkanya, maka bunuhlah aku." Mereka pun mulai menggali dan mendapatkan buku tersebut, maka ketika mereka mengeluarkannya, syetan berkata, "Sulaiman telah menguasai manusia, jin, dan bangsa burung dengan sihir ini."
Kemudian syetan itu terbang dan pergi, dan tersebarlah di kalangan manusia bahwa Sulaiman adalah seorang penyihir, kemudian keturunan Bani Israil mengambil kitab itu, dan ketika datang Muhammad, mereka membantah beliau dengannya, oleh karena itulah Allah berfirman:
وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ
Dari Telah diceritakan kepadaku dari Amar bin Al Hasan, katanya, Ibnu Abu Ja'far menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Ar-Rabi'
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ
Mengenai firman Allah mereka mengatakan bahwa orang-orang Yahudi bertanya kepada Muhammad tentang berbagai perkara di dalam Taurat dan tidaklah mereka menanyakan kepada beliau tentang suatu hal, kecuali Allah menurunkan kepada beliau jawaban dari apa yang mereka tanyakan.
Beliau dapat membantah mereka, dan ketika mereka menyadari hal itu, mereka bergumam, "Orang ini lebih mengetahui daripada kami mengenai apa yang diturunkan kepada kami." Mereka juga bertanya kepada syetan mengenai sihir dan membantah Muhammad dengan hal itu, maka Allah menurunkan firman-Nya:
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ
Dan bahwasanya syetan itu sengaja mendatangi kitab kemudian mereka menulis sihir di dalamnya, perdukunan dan apa yang mereka kehendaki dari hal itu kemudian menguburnya di bawah singgasana Sulaiman, sementara Sulaiman tidak mengetahui hal yang ghaib.
Maka ketika Sulaiman wafat, mereka mengeluarkan buku sihir itu dan melakukan tipu daya terhadap manusia. Ia juga berkata, "Ini adalah ilmu yang disembunyikan oleh Sulaiman, kemudian manusia merasa dengki kepadanya.
Maka Nabi SAW memberitahukan kepada mereka dengan hadits ini, hingga kembalilah sebagian dari mereka kepada nabi, kemudian mereka bersedih sementara Allah telah membatalkan hujjah mereka.
Dari Yunus menceritakan kepadaku, katanya, Ibnu Wahb memberitahukan kepada kami, Ibnu Zaid berkata tentang firman Allah وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُواْ ia berkata, "Ketika datang kepada mereka
الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَنَ
seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada pada mereka
نَبَذَ فَرِيقٌ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَبَ
Ia berseru, Ikutilah sihir ini, dan mereka adalah ahli kitab, sehingga dia membaca sampai dengan ayat . وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا
Dan yang lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud oleh Allah dalam ayat itu adalah orang-orang Yahudi yang hidup pada masa Sulaiman, riwayat yang menyatakan pendapat tersebut:
Dari Al Qasim menceritakan kepada kami, katanya, Al Husain menceritakan kepada kami, katanya, Hajjaj menceritakan padaku, katanya, Ibnu Juraij berkata, syetan membacakan sihir kepada orang-orang Yahudi pada masa kerajaan Sulaiman, maka mereka mengikutinya pada masa kerajaannya: yaitu mereka mengikuti masa sihir kerajaan Sulaiman.
Dari Ibnu hunaid menceritakan kepada kami, katanya, Salamah menceritakan kepada kami, katanya, Ibnu Ishaq menceritakan kepadaku, katanya, ketika syetan mengetahui berita wafatnya Sulaiman AS, mereka sengaja menulis berbagai macam sihir: "Siapa yang ingin mencapai ini dan itu, maka harus melakukan demikian, hingga setelah mereka menciptakan bermacam sihir, mereka mengumpulkannya dalam sebuah buku dan mengecapnya dengan stempel Sulaiman, dan menulis judulnya: Ini tulisan Ashif bin Barkhiya Ash-Shidiq untuk raja Sulaiman bin Daud yang mengandung berbagai ilmu.
Kemudian syetan menguburnya di bawah singgasana Sulaiman, dan dikeluarkan oleh sebagian orang Bani Israil. Maka tatkala mereka menemukanya, mereka berkata, "Sesungguhnya Sulaiman menggunakan ini." Sehingga mereka menyebarkan sihir itu di kalangan manusia dan mereka saling mempelajarinya dan mengajarkannya, dan tidak ada yang lebih pandai dari kaum Yahudi.
Maka ketika Rasulullah menyebutkan apa yang diturunkan kepada Sulaiman, dan memasukkannya ke dalam sejumlah nama para rasul, orang-orang Yahudi yang berada di Madinah berkata, "Apakah kalian tidak merasa heran kepada Muhammad yang mengira bahwa Daud adalah seorang nabi, dan demi Allah dia hanyalah seorang penyihir, maka Allah menurunkan dalam hal ini kepada Muhammad tentang pembicaraan mereka
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُواْ الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا
a berkata, Bahwa ketika Sulaiman pergi dari kerajaan itu, sebagian manusia dan jin pun murtad, dan mengikuti syahwat, maka ketika Allah mengembalikan kerajaannya kepada Sulaiman, maka manusia kembali kepada agamanya yang dahulu, dan Sulaiman mengetahui buku mereka maka dia menguburnya di bawah kursinya kemudian meninggalah Sulaiman setelah peristiwa itu, maka jin dan manusia memunculkan kembali buku itu setelah kematian Sulaiman, dan berkata, ini adalah kitab dari Allah, yang diturunkan kepada Sulaiman, kemudian Sulaiman menyembunyikannya dari kita, maka mereka mengambilnya dan menjadikannya sebagai tuntunan, maka turunlah firman Allah:
وَلَمَّا جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِّنْ عِندِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيقٌ مِّنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ كِتَابَ اللَّهِ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ كَأَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ
yaitu berupa permainan dan musik, dan segala sesuatu yang menjauhkan manusia dari mengingat kepada Allah.
Abu Ja'far berkata: Yang benar dari beberapa tafsir firman Allah itu
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُواْ الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ
bahwa itu adalah : adalah kisah dari Allah kepada para pendeta Yahudi yang hidup di masa Rasulullah dan mengingkari kenabian beliau, padahal mereka mengetahui bahwa beliau adalah seorang Nabi dan utusan-Nya dan celaan dari Allah atas penolakan mereka terhadap ayat-ayat Allah dan perbuatan mereka meninggalkan beramal denganya sementara kitab tersebut berada di tangan mereka, mereka tahu dan mengerti bahwa itu adalah kitab Allah dan karena mereka mengikuti pendahuluan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh syetan semasa Sulaiman, dan telah kami terangkan dibolehkannya menisbahkan amalan pendahuluan mereka kepada mereka, maka hal itu tidak perlu diulang dalam pembahasan ini, dan kami memilih pendapat tafsir ini, karena perbuatan mereka mengikuti apa yang dibacakan syetan semasa bahwa Sulaiman dan setelahnya hingga diutus nabi-Nya dengan kebenaran, dan perkara sihir tetap masih ada di kalangan Yahudi, dan tidak ada dalam ayat tersebut yang menunjukkansanya yang dimaksud Allah dalam firman-Nya : وَاتَّبَعُوا sebagian dari mereka tanpa sebagian yang lain, karena dalam bahasa Arab yang fasih diperbolehkan menisbahkan apa-apa yang telah kami sebutkan sifat dari pengikut pendahulunya yang diberitakan dalam firman Allah وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ kepada pengikutnya sesudahnya.
Dan tidak ada hadits yang di riwayatkan dari nabi khusus dalam hal itu, dan tidak ada hujjah yang membuktikan hal itu, maka kata yang wajib dikatakan dalam hal ini adalah: setiap pengikut terhadap apa yang dibacakan oleh syetan semasa kerajaan Sulaiman dari orang-orang Yahudi masuk dalam makna ayat, sebagaimana yang telah kami sebut.
Tafsir dalam firman Allah : مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ ( apa yang dibaca oleh syetan-syetan)
Abu Ja'far berkata: Allah bermaksud dalam firman-Nya: مَا تَتْلُواْ الشَّيَاطِينُ yang dibacakan, maka penafsirannya menjadi, "Dan mengikuti apa yang dibacakan oleh syetan."
Dan perbedaan pendapat dalam tafsir : ما تَتْلُوا . Sebagian dari mereka berkata, "Maksud dari firman-Nya: ما تَتْلُوا adalah menceritakan, meriwayatkan dan berbicara dengannya serta memberitahukan, seperti penggunaan kata "tilawah" terhadap Al Qur'an berarti "membacanya", dan yang dimaksud oleh yang menafsirkan ayat ini adalah: bahwa syetanlah yang mengajarkan sihir kepada manusia dan yang menyampaikannya kepada mereka, riwayat yang mengatakan hal itu:
Dari Al Mutsanna bin Ibrahim menceritakan kepadaku, katanya, Abu Huzaifah menceritakan kepada kami, katanya, Syibil menceritakan kepada kami dari Amr dari Mujahid tentang firman Allah : وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ ia mengatakan bahwa syetan mendengarkan wahyu dan apa yang mereka dengar tentang sebuah kalimat, mereka tambah menjadi seratus kalimat yang serupa. Kemudian Sulaiman mengutus utusan untuk mengumpulkan tulisan-tulisan itu, maka ketika Sulaiman mati syetan mendapatkan kitab itu dan mengajarkannya kepada manusia, yaitu sihir
Dari Bisyr bin Mu'adz menceritakan kepada kami, katanya, Yazid menceritakan kepada kami, katanya, Sa'id menceritakan kepada kami, dari Qatadah tentang firman-Nya:
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَنَ dari jenis perdukunan dan sihir, dan disebutkan kepada kami-Wallahu a'lam bahwa syetan membuat sebuah kitab yang berisi sihir dan berbagai hal yang besar, kemudian menyebarkannya kepada manusia dan mengajarnya kepada mereka.
Dari Al Qasim menceritakan kepada kami, katanya, Al Husain menceritakan kepada kami, katanya, Hajjaj menceritakan padaku, dari Ibnu Juraij, katanya, Atha' berkata, mengenai firman-Nya وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ ia berkata, “Yakni kami mengetahui apa yang tengah dibicarakan.”
Dari Salmi bin Janadah As-Suwa'i menceritakan kepadaku, katanya, Abu Mu'awiyah menceritakan kepada kami, dari Al A'masy dari Al Minhal dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Syetan bergegas pada hari wafatnya Sulaiman AS, mereka menulis sebuah buku yang berisi sihir dan kekafiran, kemudian menguburnya di bawah singgasana Sulaiman, lalu mengeluarkannya dan membacakannya kepada manusia.
Sebagian yang lain berkata, arti firman Allah ما تَتْلُوا : adalah apa yang diikuti, yang diriwayatkan dan yang diamalkannya. Riwayat yang menyatakan demikian adalah:
Dari Nashr bin Abdurrahman Al Azdi berkata padaku, katanya, Yahya Bin Ibrahim menceritakan kepada kami, dari Sufyan Ats-Tsauri dari Manshur dari Abu Razin dengan lafazh yang sama.
Abu Ja'far berkata: Pendapat yang benar dalam hal itu adalah yang menyatakan bahwa Allah memberitakan perihal mereka, bahwa mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh syetan pada masa Sulaiman dengan cara mengikuti apa yang dibacakan oleh syetan, perkataan seseorang: هُوَ يَتْلُوْ كَذَا dalam bahasa Arab memiliki dua makna: yang pertama: mengikuti, sebagaimana dikatakan : تَلُوْتُ فلانًا "Aku mengikuti fulan", manakala aku berjalan di belakangnnya dan aku mengikuti jejaknya, sesuai firman Allah: yang artinya: Di هُنَالِكَ تَبْلُوا كُلُّ نَفْسٍ مَا أَسْلَفَتْ tempat itu tiap-tiap diri merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya." (Qs. Yuunus [10]: 30) maksudnya adalah "Apa yang mereka ikuti."
Sebagian lagi mengatakan: "Membaca dan mempelajari", sebagaimana jika kamu mengatakan : فُلانٌ يَتْلُو الْقُرْآنَ : artinya "fulan membacanya dan mempelajarinya", sebagaimana Hasan bin Tsabit pernah berucap,
نَبِيٌّ يَرَى مَا لَا يَرَى النَّاسُ حَوْلَهُ * وَيَتْلُو كِتَابَ اللَّهِ فِي كُلِّ مَشْهَدِ
"Seorang Nabi yang dapat melihat apa yang tidak tampak bagi manusia di sekitarnya, dan membaca Kitabullah dalam setiap peristiwa."
Allah tidak memberitahukan kepada kita tentang makna tilawah yang dibaca oleh syetan dari bacaan sihir pada masa Sulaiman dengan riwayat yang tidak ada celanya. Dan bisa juga bermakna bahwa Syaitan membaca kitab dengan jalan belajar atau meriwayatkan atau mengamalkanya, kemudian diikuti dengan perbuatan dan jalan mempelajarinya dengan meriwayatkan, maka orang Yahudi mengikuti cara tersebut, yaitu mengamalkan dan meriwayatkan.
Tafsir firman Allah : عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَنَ (pada masa kerajaan Sulaiman)
Abu Ja'far berkata: Yang dimaksud dengan firman Allah
عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ yakni di dalam kerajaan Sulaiman dan itu karena orang Arab biasa meletakkan kalimat في untuk makna عَلَى dan demikian pula sebaliknya, termasuk firman Allah : وَلَأُ صَلِّبَنَّكُمْ فِي جُدُوعِ النَّخْلِ artinya: "Dan sesunguhnya aku akan menyalib kalian pada pangkal pohon kurma." (Qs. Thaahaa [20]: 71) yakni di atas pelepah kurma sebagaimana dikatakan: aku melakukan hal itu "dalam masa ini" dan "pada masa ini" memiliki satu arti.
Dan dengan apa yang saya sampaikan di atas bahwa Ibnu Juraij dan Ibnu Ishaq dalam mentafsirkan ayat itu berkata,
Dari Al Qasim menceritakan kepada kami, katanya, Al Husain menceritakan kepada kami, katanya, Al Hajjaj menceritakan kepada kami, katanya, Ibnu Juraij berkata : عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَنَ di masa kerajaan Sulaiman.
Dari Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, katanya, Salamah menceritakan kepada kami, katanya, Ibnu Ishaq berkata tentang firman Allah : عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَنَ yaitu "Di masa kekuasaannya kerajaan Sulaiman.
Tafsir firman Allah :
وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ
padahal Sulaiman tidak kafir [tidak mengerjakan sihir[, hanya syetan-syetan itulah yang kafir [mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia
Abu Ja'far berkata: Jika seseorang mengatakan kepada kami:
bagaimana kedudukan ayat ini dari firman Allah: وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُواْ الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَنَ
sedangkan tidak ada riwayat yang sampai kepada kita dari seseorang yang mengklaim kekafiran kepada Sulaiman, akan tetapi menyebutkan bahwa orang Yahudi mengikuti apa yang dibacakan syetan, maka apa tujuan dari peniadaan kekafiran atas Sulaiman setelah adanya berita mengenai orang-orang Yahudi yang mengikuti syetan dengan mengamalkan sihir dan mengajarkannya?
Maka penjelasannya: maksudnya adalah: bahwa orang-orang yang Allah nisbatkan mendatangi bahwasanya mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syetan pada masa kerajaan Sulaiman dari sihir dan kekafiran dari golongan Yahudi, mereka menisbatkan apa yang Allah nisbatkan kepada syetan dari hal itu kepada Sulaiman bin Daud dan mereka mengira bahwasanya melakukan itu adalah perbuatannya dan periwayatannya, dan bahwasanya dia memperbudak golongan jin, syetan, dan syetan dengan sihir tersebut, dan orang-orang yang bodoh dengan apa yang Allah perintahkan dan larang mereka menganggap baik dengan melakukan perbuatan yang Allah haramkan kepada mereka dari sihir-diri mereka, dan bagi orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang apa yang Allah turunkan dari Taurat, mereka melepaskan diri dengan menisbatkan sihir tersebut dari Sulaiman dan untuk Sulaiman.
Padahal dia adalah seorang nabi Allah dari golongan mereka manusia, dan mereka mengingkari bahwasanya dia adalah seorang Rasul dan Nabi Allah, mereka berkata, "Akan tetapi dia adalah seorang sihir, maka Allah melepaskan diri Sulaiman dari apa yang dinisbatkan kepadanya dari sihir dan kekafiran, dengan sebab-sebab yang mereka tuduhkan, yang telah kami sebutkan dan akan kami lihat seperti pada pembahasan yang akan datang, dan yang lainnya yang mengamalkan sihir, mereka mendustakannya, dengan melakukan perbuatan mereka, sehingga tampak di hadapan orang yang mengerti bahwa Sulaimanlah yang melakukan perbuatan tersebut, maka Allah meniadakan atas Sulaiman bahwasanya dia adalah seorang sihir atau seorang yang kafir, dan Allah memberitahukan kepada mereka bahwasanya mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh syetan pada masa kerajaan Sulaiman dalam mengamalkan sihir mereka, dan tidak seperti yang diperintahkan oleh Sulaiman kepada mereka untuk mengikuti apa yang diperintahkan kepada mereka di dalam kitab yang telah diturunkan kepada Musa SAW.
Riwayat yang menyatakan kebenaran yang kami sampaikan:
Dari Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, katanya, Ya'qub Al Qummi menceritakan kepada kami, dari Ja'far bin Abi Mughirah dari Sa'id bin Jubair, ia mengatakan bahwa Sulaiman memperhatikan apa yang ada di tangan syetan dari sihir, kemudian mengambilnya dan menguburnya di bawah singgasana dalam istananya dan syetan tidak mampu mengambilnya, maka dia membujuk manusia dan berkata kepada mereka, "Apakah kamu menginginkan ilmu yang dengannya Sulaiman mampu mengatur syetan dan angin? Mereka menjawab, "Ya." Syetan berkata, "Sesungguhnya ia berada di bawah singgasananya di bawah kursinya, maka manusia meminta nasihat kepadanya dan mengeluarkannya lalu mengamalkannya, maka ahlu Hijaz berkata: bahwasanya dahulu Sulaiman mengamalkan sihir ini, maka Allah menurunkan melalui lisan nabi-Nya tentang keterlepasan Sulaiman, maka Allah berfirman: maka Allah menurunkan وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُواْ الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ keterlepasan diri Sulaiman melalui lisan Nabi Muhammad SAW.
Dari Abu As Saib As-Suwa'i menceritakan kepadaku, katanya, Abu Mu'awiyah menceritakan kepada kami dari Al A'masy dari Al Minhal dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas, bahwa yang menimpa Sulaiman AS disebabkan sekelompok orang dari kerabat salah seorang istrinya, yaitu Jaradah, ia termasuk istri yang paling dicintainya.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa tatkala Sulaiman bin Daud hendak memadu kasih atau mendatangi salah seorang istrinya, beliau menitipkan cincinnya kepada Jaradah. Pada suatu hari ujian pun datang kepada beliau, beliau menitipkan cincinnya kepada Jaradah, kemudian syetan datang dalam bentuk Sulaiman dan berkata kepadanya, "Berikanlah cincinku." Kemudian ia mengambilnya dan memakainya, maka setelah memakainya, tunduklah seluruh syetan, jin, dan manusia.
Perawi berkata, "Kemudian Sulaiman datang dan berkata, "Berikanlah kepadaku cincinku." Maka Jaradah pun berkata, "Kau dusta! Kau bukan Sulaiman." Sulaiman pun menyadari bahwa itu adalah ujian yang diberikan kepadanya. Syetan itu lalu pergi dan pada saat itu ia menulis sebuah buku yang berisi catatan-catatan sihir lalu menguburnya di bawah singgasana Sulaiman, yang pada suatu ketika ia mengambilnya kembali dan membacakannya kepada manusia.
Syetan mengatakan bahwa Sulaiman dapat menundukkan manusia dengan kitab tersebut. Sehingga banyak dari kalangan manusia yang berlepas diri dari Sulaiman dan ingkar kepadanya sampai Allah mengutus Muhammad SAW dan menurukan firman-Nya: yakni yang ditulis oleh syetan
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُواْ الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَنُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا
dari sihir dan kekufuran Allah menurunkan firman-Nya dan menjelaskan alasannya.
Dari Muhammad bin Abdul A'la Ash-Shan'ani menceritakan kepadaku, Al Mu'tamir bin Sulaiman menceritakan, katanya, aku mendengar Imran bin Harits dari Abu Majlaz, ia berkata, "Sulaiman mengambil sumpah dari setiap binatang melata yang ada, jika seseorang tertimpa musibah dan ditanya mengenani tersebut, maka ia meninggalkannya, orang-orang pun melihat kalimat-kalimat sajak dan sihir, dan mereka berkata, "Sulaiman melakukan ini semua." Maka
وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا : Allah berfirman
Dari Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, katanya, Ibnu Jarir menceritakan kepada kami dari Hushain bin Abdurrahman dari Imran bin Harits, ia berkata, "Ketika kami berada di sisi Ibnu Abbas, datanglah seorang laki-laki kepadanya, kemudian Ibnu Abbas berkata kepadanya, "Dari mana kamu datang?" Ia menjawab, "Dari Irak." Ia bertanya lagi, "Dari kota apa?" ia menjawab, "Kufah." Ia bertanya lagi, "Ada berita apakah?" ia berkata, "Aku sementara mereka sedang berbicara bahwa Ali keluar dari mereka." maka Ibnu Abbas pun terkejut dan berkata, "Apa yang kamu katakan adalah sesuatu yang besar, jika kami mengetahui hal itu, niscaya kami tidak akan menikahi para wanitanya dan tidak akan mengambil warisanya, sedangkan aku akan menceritakan kepada kamu bahwasanya syetan mencuri-curi pendengaran dari langit dan mendatangi salah seorang dari kalian dengan suatu kebenaran yang telah ditemukannya, kemudian ia mengikutinya dengan terinspirasi." Ia berkata,
"Maka merasuklah ke dalam manusia hati, kemudian Allah tiba kepada Sulaiman, maka Sulaiman menguburnya di bawah kursi singgasananya. Tatkala Sulaiman wafat, syetan mencoba mencari jalan kemudian berkata, maukah aku tunjukan kepada kalian kekayaan yang terlarang yang tidak ada bandinganya, maka dia mengeluarkannya dan berkata, "Ini adalah sihir."
Maka kaum itu mengambil tiruannya sehingga sisanya adalah segala yang dibicarakan oleh orang Irak, kemudian Allah menurunkan atas Sulaiman (pembebasan beliau)
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ
Dari Bisyr bin Mu'adz menceritakan kepada kami, katanya, Yazid menceritakan kepada kami, katanya, Sa'id menceritakan kepada kami dari Qatadah, katanya, telah sampai kepada kami berita -Wallahu A'lam-bahwa syetan membuat sebuah kitab yang mengandung sihir dan berbagai perkara besar, kemudian menyebarkannya dan mengajarkannya kepada manusia.
Maka Nabiullah Sulaiman pun melihat-lihat kitab tersebut, lalu beliau mengambilnya dan menguburnya di bawah singgasanaya, lantaran takut manusia akan mempelajarinya. Namun ketika Sulaiman AS telah wafat, syetan dengan sengaja mengeluarkannya dari tempatnya dan mengajarkannya kepada manusia, dan mengatakan bahwa itu adalah ilmu yang disembunyikan oleh Sulaiman dan yang membuatnya menjadi sangat berpengaruh. Maka Allah menjelaskan kebenaran dan membebaskan Sulaiman AS dari tuduhan tersebut melalui firman- Nya
وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا
Dari Al Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, katanya, Abdurrazaq menceritakan kepada kami, Ma'mar mengabarkan kepada kami dari Qatadah, ia berkata: Syetan-syetan membuat berbagai tulisan (kitab) yang berisi sihir dan kesyirikan, kemudian tulisan-tulisan itu diletakkan di bawah singgasana Sulaiman. Kemudian tatkala Sulaiman wafat, orang-orang pun mengeluarkan tulisan-tulisan itu dari sana. Maka Allah berfirman,
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ
Dari Al Qasim menceritakan kepada kami, katanya, Hajjaj menceritakan kepada kami, dari Mujahid, mengenai firman Allah:
ia berkata bahwa syetan وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ mencuri pendengaran dari langit dan satu kalimat yang didengarnya akan ditambahkan padanya dengan jumlah yang sama, kemudian Sulaiman mengambil apa yang mereka tulis dan memendamnya di bawah singgasananya. Lalu ketika Sulaiman AS wafat, syetan mendapatkannya dan mengajarkannya kepada manusia.
Dari Al Qasim menceritkan kepada kami, katanya, Al Husain menceritakan kepada kami, katanya, Hajjaj menceritakan dari Abu Bakar dari Syahr bin Hausyab, katanya, ketika kerajaan Sulaiman dirampas, dan kekuasaan Sulaiman AS telah berlalu, syetan menulis sihir: "Barangsiapa ingin mendatangi ini dan itu, maka hendaklah menghadap matahari dan menyalin ini dan itu, dan barangsiapa yang ingin mengamalkan ini dan itu, maka hendaklah ia membelakangi matahari dan mengatakan ini dan itu." Syetan menulisnya dan memberi tema: "Kitab ini ditulis oleh Ashif bin Burkhaya untuk raja Sulaiman, dari simpanan ilmu." Kemudian memendamnya di bawah singgasana, dan ketika Sulaiman telah wafat, Iblis berdiri dan berkata, "Wahai sekalian manusia! Sulaiman bukanlah seorang nabi, melainkan seorang tukang sihir, maka carilah ilmu sihirnya di dalam istana dan perabotannya, kemudian ia menunjukkan tempat kitab itu dipendam, hingga mereka berkata, "Demi Allah! Sulaiman benar-benar seorang tukang sihir, inilah catatan sihirnya dan dengan inilah dia memperbudak kita dan menawan kita. menurunkan pembelaan kepada Sulaiman melalui firman-Nya
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ
Dari Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, katanya, Salamah menceritakan kepada kami, katanya, Ibnu Ishaq menceritakan kepadaku
وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ
menurut riwayat yang sampai kepadaku, bahwa ketika Rasulullah SAW menyebut nama Sulaiman bin Daud diantara para rasul, sebagian para pendeta Yahudi berkata, "Apakah kalian tidak heran dengan Muhammad, menyangka anak Daud adalah seorang nabi, padahal demi tuhan! ia hanyalah seorang tukang sihir." maka lantaran perkataan inilah Allah menurunkan ayat-Nya وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُواْ yakni: dengan mengikuti sihir dan mengamalkannya, . وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ
Abu Ja'far berkata: Jika masalah itu seperti yang kami sebutkan, dan وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا :tafsir firman Allah seperti yang telah kami كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا sebutkan, maka jelas bahwa dalam kata itu terdapat kalimat yang ditinggalkan karena telah cukup dengan yang ada, dan bahwa arti dari عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ dari sihir وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ ,firman Allah dinisbatkan kepada Sulaiman وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَنُ dengan mengerjakan sihir وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ dan bahwa Qatadah وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا menafsirkan firman Allah dengan penafsiran seperti yang telah kami uraikan sebelum ini.
Dari Bisyr bin Mu'adz menceritakan kepada kami, katanya, Yazid menceritakan kepada kami, katanya, Sa'id telah menceritakan kepada kami, dari Qatadah bahwa firman Allah:
وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا
ia mengatakan bahwa hal itu bukan atas musyawarah dengannya dan tidak berdasarkan kerelaannya, melainkan sesuatu yang dibuat-buat oleh syetan, dan kami telah membahasnya pada pembahasan yang telah lalu mengenai perbedaan dalam mengartikan kalimat: لُو dan sebuah pendapat mengatakan bahwa تَتْلُو bermakna علت karena firman yang sebelumnya berbentuk berita yang telah lampau, yaitu firman-Nya : وَاتَّبَعُوا juga beberapa pendapat yang berbeda dengan pendapat tersebut. Kami telah menjelaskan mengenai hal tersebut dan menentukan pendapat yang paling mendekati kebenaran, hingga tidak perlu lagi diulang dalam pembahasan ini.
Sedangkan firman Allah: مَا تَتْلُوا memiliki arti: "Yang dibacakan" yakni sihir.
Dari Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, katanya, Salamah menceritakan kepada kami dari Ibnu Ishaq : وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَنَ yakni “Sihir.
Abu Ja'far berkata: Jika ada yang berkata, "Apakah tidak ada sihir lain kecuali pada masa Sulaiman AS?"
Jawabannya: Sihir telah ada sebelumnya, sebagaimana Allah telah memberitahukan tentang sihir di masa Fir'aun, dan mereka sebelum Sulaiman AS. Allah juga telah memberitakan mengenai kaum Nuh yang menuduh Nuh AS sebagai tukang sihir. Ia berkata, "Bagaimana memberitakan tentang kaum Yahudi bahwa mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh syetan pada masa Sulaiman?
Karena mereka menisbatkan hal itu kepada Sulaiman sebagaimana yang telah kami terangkan sebelum ini, maka Allah bermaksud untuk membolehkan Sulaiman dari sesuatu yang menodai kesucian beliau dan dari tuduhan yang ditujukan kepadanya, baik itu mengenai harta simpanan maupun sesuatu yang berada di bawah singgasana beliau, sesuai yang diriwayatkan dalam beberapa atsar yang telah kami sampaikan. Oleh karena itu berita tersebut hanya mencakup orang-orang yang mengikuti apa yang dibaca oleh syetan pada masa Sulaiman dan bukan selain mereka, meskipun syetan telah membacakan sihir dan berlaku kafir jauh sebelum itu.
Tafsir firman Allah: وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَرُوتَ وَمَارُوتَ (dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut)
Abu Ja'far berkata: Para ahli ilmu berbeda pendapat mengenai arti ما dalam firman Allah:
وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ sebagian dari mereka mengatakan artinya adalah pengingkaran yaitu memiliki arti لَمْ . Riwayat yang mengatakan hal tersebut:
Dari Muhammad bin Sa'd menceritakan kepada kami, katanya, ayahku menceritakan kepada kami, katanya, pamanku menceritakan kepadaku, katanya, bapakku menceritakan kepadaku, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas mengenai ayat وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ dia berkata, "Allah tidak menurunkan sihir.
Dari Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, katanya, Hakkam bin Abi Ja'far menceritakan kepadaku dari Ar-Rabi' bin Anas mengenai وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ ia berkata, “Allah tidak menurunkan sihir kepada keduanya.
Maka dengan makna yang kami sebutkan dari pendapat Ibnu Abbas dan Ar-Rabi' yang mengartikan وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ : dan tidak diturunkan kepada kedua malaikat, melainkan mereka mengikuti apa yang dibacakan syetan pada masa kerajaan Sulaiman dari berbagai bentuk sihir, juga bahwa Sulaiman tidaklah kafir dan Allah tidak menurunkan sihir yakni Harut dan Marut di وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ Babil, maka firman Allah بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ termasuk kalimat yang diakhirkan namun memiliki makna yang didahulukan.
Jika dikatakan: Bagaimana cara mendahulukannya?
Maka jawabannya: Cara mendahulukannya adalah dengan mengatakan: dan mereka mengikuti apa yang dibacakan syetan pada masa kerajaan Sulaiman, dan tidaklah menurunkan kepada kedua malaikat, akan tetapi syetan telah kafir dan mengajarkan sihir kepada Harut dan Marut di Babil, maka arti kedua malaikat itu menjadi: Jibril dan Mikail, karena sihir Yahudi -sebagaimana yang diriwayatkan mereka mengira bahwa Allah menurunkan sihir melalui lisan Jibril dan Mikail kepada Sulaiman bin Daud, maka Allah mendustakan hal tersebut dan memberitahukan nabi kepada Nya Muhammad SAW bahwa Jibril dan Mikail sama sekali tidak menurunkan sihir, dan membantu Sulaiman dari sihir, serta memberitahukan kepada mereka bahwa sihir itu adalah syetan dan dia mengajarkan kepada manusia di Babil dan yang mengajarkan kepada mereka adalah dua orang laki-laki yang satu bernama Harut dan yang lainnya lagi bernama Marut, maka bagaimana Harut dan Marut menurut tafsir ini merupakan arti dari makna manusia dan sebagai balasan bagi mereka.
Sebagian yang lain mengatakan bahwa tafsir ما dalam firman-Nya وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ adalah الذى Riwayat yang menyatakan hal itu:
Dari Al Husain bin Yahya menceritakan kepada kami, katanya, Abdurrazaq menceritakan kepada kami, katanya, Ma'mar berkata, Qatadah dan Az-Zuhri berkata dari Abdullah mengenai ayat وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ : bahwa keduanya adalah malaikat yang diturunkan ke muka bumi untuk menghukumi diantara manusia, itu disebabkan malaikat telah menghina dan meremehkan hukum-hukum manusia, katanya, maka datanglah seorang perempuan meminta hukum kepada keduanya namun keduanya menyisihkannya-kemudian keduanya pergi dan naik, maka terjadilah diantara keduanya, maka mereka diberikan pilihan antara azab dunia dan azab akhirat, kemudian keduanya memilih azab dunia. Ma'mar berkata, Qatadah berkata, keduanya mengajarkan sihir kepada manusia dan diambil sumpah dari keduanya bahwa tidak akan mengajarkan kepada seseorang sehingga mereka mengatakan: "Kami adalah fitnah (cobaan) maka janganlah kalian kafir.
Dari Musa menceritakan kepadaku, katanya, Amr menceritakan kepadaku, katanya, Asbath menceritakan kepada kami dari As-Suddi bahwa firman Allah :
وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ
ini adalah bentuk sihir yang lain yang dibantahnya. Ia berkata, "Dibantah dengan apa yang diturunkan kepada dua malaikat dan bahwa pembicaraan diantara malaikat, jika diketahui oleh manusia dan dibuat serta diamalkan, maka itulah sihir.
Dari Bisyr bin Mu'adz menceritakan kepada kami, katanya, Yazid menceritakan kepada kami, katanya, Sa'id menceritakan kepada kami, dari Qatadah tentang firman-Nya: يُعَلِمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ bahwa sihir ada dua macam, sihir yang dipelajari oleh syetan dan sihir yang diajarkan oleh Harut dan Marut.
Dari Al Mutsanna menceritakan padaku, katanya, Abdullah bin
Shalih menceritakan kepada kami, katanya, Mua'wiyah bin Shalih
menceritakan kepada kami, dari Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah
وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ
ia berkata, "Memisahkan antara suami dengan istrinya.
Dari Yunus menceritakan padaku, katanya, Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, katanya, Zaid berkata mengenai firman Allah: وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ kemudian membaca hingga ayat فَلا تَكْفُرْ ia berkata, "Syetan dan kedua malaikat mengajarkan sihir kepada manusia."
Abu Ja'far berkata: Maka makna ayat ini menurut tafsir yang telah kami sebutkan dari riwayat yang kami sebutkan: dan orang-orang Yahudi mengikuti apa yang dibacakan oleh syetan pada masa kerajaan Sulaiman dan yang diturunkan kepada dua Malaikat di Babil dan Habil, dan keduanya termasuk dari malaikat Allah, akan kami sebutkan riwayat hadits yang menyebutkan tentang keduanya, insya Allah.
Abu Ja'far berkata: Jika dikatakan kepada kami: Apakah boleh bagi Allah untuk menurunkan sihir atau apakah boleh bagi malaikat untuk mengajarkan sihir kepada manusia?
Maka kami katakan: Allah telah menurunkan yang baik dan buruk secara, dan Allah menjelaskan semuanya kepada hamba-hamba-Nya, Allah menurunkan wahyu kepada rasul-rasul-Nya dan memerintahkan kepada mereka untuk mengajarkan kebenaran kepada makhuk-Nya dan memberitahukan apa yang dihalalkan dan yang diharamkan atas mereka, seperti zina, mencuri dan semua maksiat yang telah diberitahukan kepada mereka dan dilarang untuk melakukanya, maka sihir termasuk salah satu maksiat yang Allah telah lakukankan kepada mereka dan dilarang untuk dilakukan.
Mengetahui ilmu sihir tidak berdosa, sebagaimana tidak berdosa jika kita mengetahui cara membuat khamer atau memahat patung dan membuat tabuh-tabuhan serta mainan, akan tetapi dosa adalah bagi yang mengerjakannya.
Demikian pula tidak berdosa mengetahui ilmu sihir, akan tetapi berdosa adalah yang mengerjakannya dan mempergunakannya untuk mencelakakan manusia tanpa hak, dan tidaklah Allah menurunkannya kepada malaikat dan mengajar malaikat kepada manusia sebagai perbuatan dosa, karena pengajaran mereka kepada mereka yang belajar adalah dengan izin Allah kepada keduanya untuk mengajarkannya setelah mereka memberitahukan bahwa ini adalah fitnah belaka, dan larangan sihir serta mengamalkannya dan larangan kekafiran juga, dan bahwa yang berdosa adalah yang belajar dari keduanya dan mengamalkannya karena Allah telah berdoa untuk mempelajarinya dan mengamalkanya, dan Allah membolehkan kepada keturunun Adam untuk mempelajarinya, maka mempelajarinya bukanlah sebuah kesalahan, sebagaimana tidak menjadi dosa bagi kedua malaikat itu mengetahuinya, karena ilmu keduanya tentang sihir adalah melalui wahyu yang diturunkan kepada keduanya.
Yang lainnya berkata, bahwa arti "maa" adalah "alladzi" dan merupakan sambungan dari "maa" yang pertama, hanya saja yang pertama memiliki arti sihir yang kedua memiliki arti memisahkan antara suami dan istri.
Maka tafsir ayat berdasarkan kata ini adalah: Dan mereka mengikuti sihir yang dibacakan oleh syetan pada masa kerajaan Sulaiman, dan yang memisahkan antara suami dan istri, yang diturunkan kepada Harut dan Marut di Babil. Riwayat yang mengatakan hal itu:
Dari Al Mutsanna menceritakan kepadaku, katanya, Abu Hudzaifah menceritakan kepada kami, katanya, Syibil menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abi Najih dari Mujahid: وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُونَ dan keduanya mengajarkan sesuatu yang memisahkan antara suami dan istri, dan itu adalah firman Allah: وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا ia berkata, "Yang diajarkan oleh syetan adalah sihir, sedangkan yang diajarkan oleh dua malaikat adalah yang memisahkan antara suami dan istri, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT.
Dan yang lain mengatakan bahwa lafazh "maa" bisa berarti "alladzi" dan bisa berarti "lam". Riwayat yang mengatakan hal itu:
Dari Yunus bin Abdul A'la menceritakan padaku, katanya, Ibnu Wahb memberitahukan kepada kami, katanya, Al-Laits bin Sa'd menceritakan padaku, dari Yahya bin Sa'id, dari Al Qasim bin Muhammad bahwa seorang laki-laki bertanya kepadanya mengenai firman Allah :
يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ
laki-laki itu bertanya, "Keduanya mengajarkan kepada manusia apa yang diturunkan kepada keduanya atau yang tidak diturunkan?" Al Qasim berkata, “Aku tidak peduli mana di antara keduanya.”
Dari Yunus bin Abdul A'la menceritakan kepada kami, katanya, Anas bin Iyadh menceritakan kepada kami dari sebagian sahabatnya, bahwa Al Qasim bin Muhammad pernah ditanya mengenai firman Allah:
وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ dikatakan kepadanya, “Apakah telah diturunkan kepada keduanya atau tidak?" ia berkata, "Aku tidak peduli yang mana diantara keduanya itu, hanya saja aku mempercayainya.
Abu Ja'far berkata: Yang benar dari kata itu menurutku adalah:
pendapat yang mengatakan bahwa "maa" dalam firman Allah: وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ memiliki arti "alladzi" dan tidak bermakna pengingkaran, dan aku memilih pendapat itu karena jika "maa" dibawa kepada makna pengingkaran, berarti meniadakan penurunannya kepada kedua malaikat tersebut, dan karena kedua nama yang setelahnya -yakni Harut dan Marut tidak bisa menjadi ganti, atau sebagai ganti kata manusia dalam ayat: يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ dan sebagai terjamahan keduanya, karena jika dijadikan sebagai ganti dari الْمَلَكَيْن dan terjamahan dari keduanya, maka akan rusak arti firman Allah: karena
مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ وَمَا يُعَلِّمَانِ
jika keduanya bukan orang yang mengetahui tentang apa yang bisa memisahkan antara suami dan istri, maka apa yang akan dipelajari dari keduanya oleh orang-orang yang hendak memisahkan antara suami dengan istrinya?"
Jika “maa” dalam ayat: وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ memiliki arti pengingkaran dan sebagai sambungan dari firman-Nya وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَنُ sedangkan Allah telah meniadakan hal itu dari Sulaiman dengan firman-Nya وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ meniadakan bahwa sihir itu adalah perbuatannya, atau yang belajar dan mengajarkan, maka jika yang ditiadakan dari kedua malaikat itu sebagaimana yang ditiadakan dari Sulaiman, dan Harut Marut keduanya adalah malaikat, maka siapa yang belajar darinya mengenai sesuatu yang dapat memisahkan antara suami dan istrinya? Dan siapa yang diberitakan oleh Allah dalam firman-Nya: sesungguhnya وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ kesalahan pendapat ini sangat jelas, dan jika firman Allah : هَارُوتَ وَمَارُوتَ sebagai arti dari kata manusia yang ada dalam firman Allah :
وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ
maka maknanya wajib bahwa syetanlah yang mengajarkan sihir kepada Harut dan Marut, dan tukang sihir belajar sihir dari Harut dan Marut dengan apa yang diajarkan syetan kepadanya.
Jika demikian halnya menurut pendapat ini, ada dua kemungkinan tentang Harut dan Marut: pertama: keduanya adalah malaikat manusia, jika menurut mereka keduanya adalah malaikat, berbarti keduanya telah bermaksiat dan kafir kepada Allah, karena keduanya belajar sihir dari syetan dan mengajarkan kepada, keberadaan mereka dalam kemaksiatan tersebut, sementara kedudukan mereka lebih agung dari apa yang mereka sebutkan bahwa mereka melakukan kemaksiatan yang dapat mendapatkan azab.
Dan pemberitahuan Allah tentang keduanya, bahwa keduanya tidak mengajarkan kepada manusia dengan apa yang dipelajari dari keduanya sehingga keduanya mengatakan:
إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ
yang menyebabkan tidak perlu memperbanyak bukti atas kesalahan pendapat ini. Atau keduanya adalah dari keturunan Adam, jika demikian wajib dengan matinya keduanya menyebabkan banyaknya sihir serta mempelajarinya dan mengamalkannya dari keturunan Adam, karena jika diketahui bahwa berasal dari keduanya maka akan dipelajari dan diambil ilmu dari keduanya, sementara yang seharusnya adalah dengan kematian keduanya menjadi tidak ada jalan untuk mengetahui arti yang tidak bisa dicapai kecuali hanya dengan perantara keduanya, dengan adanya sihir di setiap waktu dan tempat merupakan dalil yang amat jelas rusaknya pendapat ini, dan yang berpendapat ini mengira bahwa keduanya adalah keturunan Adam, dan tidak dibinasakan dari muka bumi sejak diciptakannya dan tidak dihilangkan setelah terdapatnya sihir di kalangan manusia.
Maka Jika pendapat ini salah sebagaimana yang telah kami buktikan kesalahannya, maka jelas arti ما dalam firman Allah وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ adalah berarti الذي dan bahwa Harut dan Marut keduanya merupakan kata penjelas dari dua malaikat. Oleh karena itu pada akhir nama mereka di baca fathah, karena kedudukan keduanya adalah kasrah kembali kepada dua malaikat, akan tetapi karena keduanya tidak sesuai maka akhir keduanya nama dibaca fathah.
Jika apa yang kami katakan masih belum jelas kemudian mengatakan: bagaimana dapat dipahami bahwa malaikat mengajarkan manusia untuk memisahkan antara suami dan istri? Atau bagaimana diperbolehkan menisbatkan kepada Allah bahwa Allah menurunkan sihir kepada kedua malaikat?
Jawabannya: Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memberitahukan kepada hamba-Nya segala apa yang diperintahkan kepadanya dan yang dilarang, kemudian memerintah dan melarang setelah mereka mengetahui apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang kepada mereka.
Jika tidak seperti itu, maka perintah dan larangan itu tidak akan bisa dipahami, dan sihir termasuk dari apa yang dilarang bagi hamba-Nya dari keturunan Adam, maka tidak dipungkiri bahwa Allah Ta'ala mengajarkan kepada kedua malaikat yang namanya tercantum di dalam Al Qur'an dan menjadikan keduanya cobaan bagi manusia sebagaimana diberitahukan tentang keduanya bahwa keduanya berkata kepada yang mempelajari sihir: إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ untuk menguji hamba-Nya dengan keduanya dari apa yang Allah larang tentang memisahkan antara suami dan istrinya dan perbuatan sihir, untuk membersihkan orang yang beriman dengan meninggalkannya belajar dari keduanya, dan untuk menghinakan orang kafir karena mempelajari sihir dan kekafiran dari keduanya.
Maka kedua malaikat itu ketika mengajarkan kepada orang yang mereka ajar adalah karena ketaatannya kepada Allah, karena keduanya mempelajari dan mengajarkannya dengan izin dari Allah.
Dan bahwa sebagian wali Allah itu telah dijadikan sembahan selain Allah, dan hal itu tidak memberikan madharat bagi mereka karena penyembahan itu bukan karena perintah dari mereka, bahkan sebagian mereka telah menyembah sesuatu yang dilarang, maka begitu juga dengan kedua malaikat tersebut bahwa sihir dari orang yang mempelajari sihir dari keduanya tidak membuat madharat bagi kedua malaikat tersebut, setelah adanya larangan dan peringatan kepada mereka dengan perkataan keduanya: إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ karena keduanya telah melaksanakan apa yang di perintahkan kepada keduanya untuk mengatakannya. Sebagaimana:
Dari Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, katanya, Yahya bin Sa'id menceritakan kepada kami, dari Auf dari Al Hasan tentang firman Allah :
وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُونَ
hingga firman Allah فَلا تَكْفُرْ keduanya disumpah dengan hal itu.
Riwayat yang menjelaskan tentang kedua malaikat dan yang mengatakan bahwa dua malaikat yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya: بابل adalah Harut dan Marut.
Dari Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, katanya, Mu'adz bin Hisyam menceritakan kepada kami, katanya, bapakku menceritakan padaku dari Qatadah, katanya Abu Syu'bah Al Adawi menceritakan kepada kami pada saat kematian Yunus bin Jabir Abi Ghallab, dari Ibnu Abbas, ia berkata: Sesungguhnya Allah melihat langit kepada malaikat-Nya agar mereka melihat kepada amalan manusia, maka ketika mereka melihat melakukan itu, mereka pun berkata, "Ya Rabb, sungguh manusia yang Engkau menciptakan dengan tangan-Mu, Engkau memerintahkan malaikat-Mu untuk bersujud, dan Engkau melihat nama segala sesuatu, mereka melakukan kesalahan.”
Allah berfirman, "Kalau saja kalian menempati posisi mereka, niscaya kalian akan melakukan perbuatan yang sama seperti mereka." Mereka berkata, “Maha Suci Engkau, tidak seharusnya bagi kami untuk berbuat hal itu.” Allah berfirman, "Maka diperintahkan kepada mereka untuk memilih siapa yang akan diturunkan ke bumi." Ia berkata, "Maka mereka memilih Harut dan Marut, dan keduanya diturunkan ke bumi dan dihalalkan bagi keduanya apa-apa yang ada di dalamnya.
Hanya saja mereka dilarang untuk menyekutukan Allah dengan sesuatu, mencuri, berzina, meminum khamer dan membunuh jiwa yang haramkan Allah kecuali, dengan jalan yang hak.
Perawi berkata, "Demikianlah keduanya diturunkan ke bumi, hingga pada suatu ketika membayangkan kepada keduanya seorang perempuan yang sangat cantik dan bernama Bidzkhat, maka tatkala keduanya melihatnya, timbullah keingginan untuk berzina di sana, namun perempuan itu berkata, "Tidak, kecuali jika kau menyekutukan Allah, meminum khamer, membunuh seseorang, dan menampilkan patung ini."
Maka keduanya pun berkata, "Tidak mungkin kami menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun." Maka salah satunya berkata kepada temannya, "Kembalilah kepada perempuan itu (mintalah syarat yang lain).." Maka perempuan itu berkata, "Tidak, kecuali kamu meminum khamer."
Maka keduanya pun meminumnya hingga mabuk, lalu masuklah seorang yang meminta-minta kepada mereka, dan keduanya pun membunuh. Manakala telah terjadi semua kejahatan itu, Allah membukakan langit kepada malaikat dan mereka berkata, "Maha Suci Engkau, kami mengerti." Perawi berkata, "Kemudian Allah mewahyukan kepada Sulaiman bin Daud untuk memberikan pilihan kepada keduanya antara siksa dunia dan siksa akhirat, dan keduanya memilih siksa dunia, maka ditalilah dari kedua mata kakinya sampai ke leher seperti leher perahu dan terikat di Babil."
Dari Al Mutsanna menceritakan padaku, ia berkata, Al Hajjaj bin Al Minhal menceritakan kepada kami, katanya, Hajjaj menceritakan kepada kami dari Ali bin Zaid dari Abu Utsman An-Nahdi, dari Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas bahwa keduanya berkata, setelah banyaknya manusia dan mereka melakukan bermaksiat, maka malaikat, bumi, langit, dan bukit mendoakan atas mereka: "Ya Rabb apakah tidak Engkau binasakan saja mereka?"
Maka Allah mewahyukan kepada malaikat: sesungguhnya jika Aku turunkan syahwat dan syetan dalam hati kamu dan aku turunkan kamu ke muka bumi, niscaya kalian akan melakukan hal yang sama.
Perawi berkata, "Kemudian mereka berbicara kepada diri mereka sendiri seandainya mereka diuji pasti mereka akan berpegang teguh.
Maka Allah mewahyukan kepada mereka untuk memilih dua malaikat yang paling utama di antara mereka. Kemudian mereka memilih Harut dan yang mereka lakukan, maka dikatakan kepada mereka pilihlah diantara kalian dua -Al Hasan bin Yahya berkata dalam haditsnya: pilihlah dua malaikat-maka mereka memilih Harut dan Marut, dan dikatakan kepada keduanya: Sesungguhnya aku mengutus kepada manusia seorang rasul, akan tetapi antara aku dan kamu tidak ada utusan, turunlah kalian berdua, janganlah kalian menyekutukan Aku dengan sesuatu, janganlah berzina, dan jangan meminum khamer." Ka'b berkata, "Demi Allah, tidaklah mereka mencapai sore, pada hari diturunkannya kecuali mereka telah melakukan semua apa yang dilarang." Dan ia berkata, "Al Hasan bin Yahya dalam haditsnya mengatakan, "Dan belum lagi mereka menyempurnakan hari dimana mereka diturunkan, kecuali telah melakukan apa yang Allah haramkan atas mereka."
Dari Al Mutsanna menceritakan bermimpi, katanya, Mu'alla bin Asad menceritakan kepada kami, katanya, Abdul Aziz bin Al Mukhtar menceritakan kepada kami dari Musa bin Uqbah, ia berkata, Salim menceritakan bahwa dia mendengar Abdullah meriwayatkan dari Ka'b Al Ahbar, dia menceritakan: Malaikat mengingkari perbuatan manusia dan perbuatan maksiat yang mereka lakukan di bumi, maka Allah berfirman kepada mereka, "sebenarnya jika kalian berada pada posisi mereka, niscya kalian akan melakukan dosa sebagaimana yang mereka lakukan, maka pilihlah dua malaikat diantara kalian." Kemudian mereka memilih Harut dan Marut, Allah berfirman kepada mereka: Sesungguhnya Aku mengutus seorang rasul kepada manusia, sedangkan antara Aku dan kamu tidak ada utusan, maka turunlah kalian ke muka bumi dan janganlah menyekutukan Aku dengan sesuatu dan janganlah berzina." Ka'b berkata, "Demi Dzat yang jiwa Ka'b berada dalam genggaman tangan-Nya, belum lagi sempurna satu hari dimana mereka diturunkan, namun mereka telah melakukan apa yang Allah haramkan kepada mereka. "
Dari Musa bin Harun menceritakan padaku, dia, Amr menceritakan kepada Kami, katanya, Asbath menceritakan kepada kami, dari As-Suddi: bahwa masalah Harut dan Marut adalah keduanya mencela penduduk bumi tentang hukum mereka, maka dikatakan kepada keduanya: "Sesungguhnya Aku memberikan kepada keturunan anak adam 10 syahwat yang kemudian mereka bermaksiat kepada-Ku."
Harut dan Marut berkata, “Wahai Rabb, jika Engkau berikan kepada kami syahwat itu kemudian Engkau turunkan, niscaya kami akan menghukumi dengan adil.” Maka Allah berfirman kepada keduanya: "Turunlah kalian berdua, aku telah memberikan kepadamu syahwat itu dan tegakkan hukum diantara manusia."
Maka keduanya pun turun di Babil dan Bawan-dan keduanya menghukumi-sehingga manakala waktu sore tiba, mereka naik ke langit dan jika pagi turun kembali, dan terus seperti itu hingga datang kepada mereka seorang perempuan, yang mengadukan perihal suaminya, perempuan itu sangat cantik dan membuat keduanya tertarik, nama perempuan itu dalam bahasa Arab adalah "Az-Zahrah", dalam bahasa Nibti adalah "Badzikhat", dan dalam bahasa Persia adalah "Wanahid".
Lalu salah satu dari keduanya berkata: dia sunguh membuatku tertarik, maka yang satunya pun berkata, "Sungguh aku ingin mengatakan hal itu, namun aku malu padamu." Temannya berkata, "Maukah aku memanggilkan dia." Ia menjawab, "Ya, akan tetapi bagaimana dengan siksa Allah." dan yang diantaranya berkata, "Kita mengharap rahmat Allah, maka ketika perempuan itu datang untuk mengadukan perihal suaminya, keduanya pun menggodanya, hingga perempuan itu berkata, "Tidak, hingga kamu menyelesaikan suamiku, keduanya menyelesaikan suamiku dan dia menyediakan sebuah rumah yang telah rusak untuk didatangi oleh keduanya, dan keduanya pun datang, hingga ketika mereka ingin melakukan maksiat padanya, perempuan itu berkata, "Aku tidak akan sampai hingga kamu berjanji dengan ucapan apa kamu naik ke langit dan dengan ucapan apa kamu turun ke bumi." Keduanya pun menceritakannya, “Kemudian perempuan itu menyetujuinya, dan dia dapat naik ke langit, kemudian Allah menjadikan dia lupa dengan kalimat yang dia ucapkan untuk turun, dan tetaplah berada di tempatnya.
Allah menjadikannya bintang setiap kali Abdullah Ibnu Umar melihatnya, ia selalu melaknatnya dan berkata, inilah yang memfitnah Harut dan Harut-dan ketika datang malam, keduanya tidak dapat naik kembali ke langit, maka keduanya sadar bahwa mereka telah binasa, kemudian diberikan pilihan kepada mereka untuk memilih azab dunia atau akhirat. Keduanya memilih azab dunia, dan keduanya digantung di Babil dan mulai berbicara kepada manusia dengan ucapan-ucapan sihir.
Dari Al Mutsanna bin Ibrahim menceritakan kepada kami, katanya, Ishaq menceritakan kepada kami, katanya, Ibnu Abi Ja'far menceritakan kepada kami, dari bapaknya dari Ar-Rabi', katanya, maka ketika telah terjadi di antara berbagai maksiat dan kekafiran kepada Allah, malaikat yang di langit berkata, "Ya Rabb sekalian alam, sesungguhnya mereka Engkau ciptakan untuk berpartisipasi dan taat kepada-Mu, namun mereka telah melakukan kekafiran, membunuh jiwa yang diharamkan, harta haram, mencuri, berzina, dan minum khamer.”
Kemudian para malaikat mencela mereka dan tidak memaafkan mereka. Kemudian dikatakan kepada mereka: sesungguhnya mereka berada dalam ketidak-tahuan.
Namun mereka tetap tidak memaafkannya, maka dikatakan kepada mereka: Pilihlah dua malaikat diantara kalian yang Aku perintahkan dengan perintah-Ku dan Aku larang untuk bermaksiat kepada-Ku. Kemudian mereka memilih Harut dan Marut, dan keduanya pun turun ke bumi, kemudian mereka diberikan syahwat layaknya manusia dan diperintahkan untuk menyembah Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dilarang membunuh jiwa yang diharamkan, dilarang memakan harta haram, mencuri, berzina dan minum khamer. Kemudian tinggallah di bumi dalam keadaaan seperti itu dalam beberapa waktu untuk menghukumi manusia dengan hak, dan itu terjadi pada zaman Nabi Idris AS, pada masa itu ada seorang perempuan yang kecantikannya di antara manusia seperti keindahan Az-Zahra di antara semua bintang.
Pada suatu ketika keduanya mendatanginya dan merayunya, tetapi wanita itu menolaknya, kecuali jika keduanya memeluk agamanya dan mengikuti perintahnya, kemudian keduanya menanyakan tentang agama yang dipeluknya, maka wanita itu mengeluarkan kepada keduanya sebuah berhala dan berkata, "Inilah yang aku sembah." Maka keduanya berkata, "Kami tidak menyembah berhala ini." Maka keduanya pergi dan bersabar hingga Allah menghendakinya, kemudian keduanya mendatanginya lagi, menggoda dan merayunya.
Namun wanita itu tetap mengatakan, "Tidak, kecuali kalian menuruti apa yang aku minta." Keduanya berkata, "Tidak seharusnya kami menyembah sesembahan ini." Maka ketika dia melihat keduanya enggan untuk menyembah berhala, wanita itu berkata kepada keduanya, "Pilihlah di antara tiga perbuatan ini, yaitu kamu menyembah berhala ini, membunuh, atau minum khamer."
Maka keduanya berkata, "Tidak perlu semua itu, dan yang paling ringan di antara yang ketiga adalah meminum khamer." Maka perempuan itu menuangkan khamer untuk keduanya hingga keduanya mabuk dan keduanya pun berzina dengan wanita itu, kemudian lewatlah seseorang sementara mereka berdua dalam keadaan seperti itu, dan keduanya takut jika orang itu membeberkan perihal mereka, maka keduanya pun membunuh.
Ketika keduanya sadar, keduanya mengetahui apa yang telah terjadi dari perbuatan dosa itu dan keduanya ingin kembali naik ke langit, tetapi tidak bisa, maka terhalanglah antara mereka dan langit. Kemudian terbukalah penutup antara keduanya dan peghuni langit. Maka para malaikat melihat apa yang telah terjadi dari dosa-dosa itu dan mereka merasa heran, mereka mengetahui bahwa yang berada dalam ketidak-tahuan lebih sedikit rasa takutnya kepada Allah, maka mereka pun meminta ampunan bagi penduduk bumi.
Keduanya ketika telah terjadi dari perbuatan maksiat itu dikatakan kepada keduannya, “Pilihlah siksa dunia atau siksa akhirat.” Keduanya berkata, “Siksa dunia.” Sesungguhnya siksa dunia akan terputus dan siksa akhirat akan kekal, maka keduanya memilih siksa dunia, keduanya diletakkan di Babil dan disiksa.
Dari Al Qasim menceritakan kepada kami, Al Husain menceritakan kepada kami, katanya, Faraj bin Fadhalah menceritakan kepada kami dari Muawiyah bin Shalih dari Nafi', ia berkata, "Aku pergi dengan Ibnu Umar, dan ketika sampai di penghujung malam, Ibnu Umar berkata, "Wahai Nafi' lihatlah Al hamra telah muncul." Ia mengulangi-ulang ucapannya sampai dua atau tiga kali, kemudian aku berkata, "Ya ia telah muncul." Kemudian Ibnu Umar berkata, "Tidak perlu kau menyambutnya!" Aku berkata, "Maha Suci Allah, itu adalah bintang yang berputar, yang selalu taat dan mendengar." Ia berkata, "Aku tidak mengatakan kepadamu kecuali apa yang aku dengar dari Rasulullah, dia pernah berkata kepadaku bahwa para malaikat berucap, "Ya Rabb, bagaimana engkau bersabar terhadap dosa-dosa keturunan Adam?"
Dia berfirman, "Sejujurnya aku menguji mereka dan telah memaafkan kalian." Mereka berkata, “Seandainya kami berada di tempat mereka kami tidak akan bermaksiat kepada-Mu.” Allah berfirman, "Pilihlah dua malaikat diantara kalian." Kemudian terpilihlah Harut dan Marut.
Dari Al Mutsanna menceritakan padaku, katanya, Abu Hudzaifah menceritakan kepada kami, katanya, Syibil menceritakan kepada kami dari Ibnu Abi Najih dari Mujahid: dan perkara Harut dan Marut, bahwa malaikat merasa heran dengan kezhaliman manusia, padahal telah datang kepada mereka para Rasul, kitab, dan bukti-bukti, maka Tuhan berfirman kepada mereka, "Pilihlah dua malaikat di antara kalian yang akan Aku turunkan untuk menjadi peringatan hukum di muka bumi di kalangan."
Maka mereka memilih Harut dan marut, kemudian Allah berfirman kepada keduanya: “Ketika diturunkan, kalian merasa heran dari keturunan Adam dan tentang kezhaliman dan kemaksiatannya sementara didatangkan kepada mereka Rasul dan kitab secara berturut-turut, sementara tidak ada perantara (seorang rasul) di antara Aku dan kamu, maka kerjakanlah ini dan itu dan serulah ini dan itu, maka dikirimkan kepada keduanya sebuah perintah dan diakhiri dengan sebuah larangan. Kemudian keduanya diturunkan dengan perintah itu dan tidak ada yang lebih taat kepada Allah dari keduanya, maka keduanya menghukumi dan berbuat adil.
Ketika sore menjelang, mereka naik kembali dan bersama malaikat, kemudian turun kembali ke bumi pada waktu pagi dan menghukumi dengan adil. Hingga diturunkan kepada mereka Az-Zahra (dalam sebaik-baik bentuk perempuan) yang mengadu, maka keduanya memutuskan perkaranya. Ketika perempuan itu pergi, masing-masing dari keduanya memiliki kesan tersendiri, maka salah satu nya berkata kepada kawannya: "Apakah engkau merasakan seperti apa yang aku rasakan?" ia menjawab, "Ya." maka keduanya mengutus kepada perempuan itu agar datang kepada kami dan akan kami putuskan perkaranya, maka ketika perempuan itu pulang, keduanya berucap kepadanya, "Datanglah kembali kepada kami!
Maka perempuan itu mendatangi keduanya kemudian mereka membuka aurat perempuan tersebut. Sementara syahwat dalam diri mereka tidak seperti syahwat keturunan manusia kepada perempuan dan kenikmatannya, maka ketika mereka telah mencapai keinginan itu dan menghalalkannya, dan terjerumus kepada fitnah, Az-Zahra pun terbang dan kembali ke ujud semula.
Maka ketika sore menjelang, keduanya kembali naik ke langit, akan tetapi ditolak dan tidak diizinkan dan sepasang sayap keduanya tidak lagi berfungsi. Keduanya memohon pertolongan kepada seorang laki-laki dari kalangan manusia dan mendatanginya, kemudian berkata, "Berdoalah kepada Rabbmu untuk kami, maka orang itu berkata, "Bagaimana penduduk bumi memberikan syafaat kepada penduduk langit?" Keduanya berkata, "Kami mendengar Rabbmu menyebutmu dengan kebaikan di langit.
Kemudian laki-laki itu menjanjikan kepada keduanya bahwa besok hari akan berdoa untuknya.
Kemudian laki-laki itu berdoa untuk keduanya dan dikabulkannya, maka keduanya diberikan pilihan antara siksa dunia dan siksa akhirat, maka keduanya saling memandang antara yang satu dan yang lainnya seraya berkata, "Kami mengetahui bahwa berbagai macam siksa Allah di akhirat adalah kekal dan tujuh kali lipat dari siksa dunia." Maka diperintahkan kepada keduanya untuk turun di Babil kemudian disiksa. Dan menyangka bahwa keduanya digantung di tiang besi hingga menggelepar dengan kedua sayapnya.
Abu Ja'far berkata: Diriwayatkan oleh sebagian ahli qira 'at bahwa mereka membaca ayat وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ dan yang dimaksud dengannya adalah dua orang laki-laki dari kalangan manusia.
Dan telah kami buktikan kesalahan bacaan tersebut dari segi pengambilan hukum, sementara dari sisi sanadnya telah terdapat ijma' para sahabat, tabi'in, dan ahli qira 'at di seluruh penjuru negeri atas kesalahan bacaan tersebut.
Dan cukuplah itu menjadi bukti atas kesalahan bacaan itu, sedangkan firman Allah بابل adalah nama sebuah desa atau tempat lainnya di bumi. Ahli tafsir berbeda pendapat dalam hal ini, sebagian mengatakan bahwa itu adalah Babil dan Bawundi.
Dari Musa menceritakan kepadaku, katanya, Amr menceritakan kepada kami, katanya, Asbath menceritakan kepada kami dari As-Suddi.
Sebagian yang lain mengatakan bahwa itu adalah Babil Al Iraq, riwayat
yang mengatakan hal itu:
Dari Al Qasim menceritakan kepada kami, katanya, Al Husain menceritakan kepada kami, Hajjaj menceritakan padaku dari Ibnu Abi Zannad, dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari Aisyah mengenai cerita yang dia sebut tentang seorang perempuan yang datang ke Madinah, dia menyebutkan bahwa itu terjadi di Iraq, di daerah Babil, maka datanglah keduanya (Harut dan Marut) hingga manusia belajar dari keduanya.
Abu Ja'far berkata: Terdapat perbedaan pendapat tentang arti sihir, sebagian dari mereka mengatakan: sihir adalah tipuan dan sesuatu yang keluar dari yang biasa diperbuat oleh tukang sihir, sehingga menimbulkan hayalan kepada yang disihir bahwa sesuatu itu berbeda dari aslinya sebagaimana orang yang melihat fatamorgana dari kejauhan, maka dalam hayalannya itu adalah air dan seringkali melihat sesuatu dari jarak jauh akan terjadi kemiripan yang berbeda dari wujud aslinya.
Sebagaimana orang yang menaiki kapal laut yang melewati daerah pepohonan, maka terbayang padanya apa yang ia lihat bahwa pepohonan dan bukit-bukit ikut berjalan bersamanya.
Mereka berkata, begitu juga orang yang tersihir seperti itulah sifatnya, setelah sampai kepada mereka sihir itu, mereka mengira bahwa apa yang dilihatnya atau apa yang dikerjakannya berbeda dengan yang dia lihat sebenarnya. Seperti yang:
Dari Ahmad bin Walid telah menceritakan kepadaku dan Shufyan bin Waki' berkata, Yahya bin Sa'id menceritakan kepada kami dari Hisyam bin Urwah, dari bapaknya, dari Aisyah: bahwa ketika Rasulullah disihir, dia berkhayal seolah-olah akan mengerjakan sesuatu, namun sebenarnya-beliau tidak mengerjakannya.
Dari Ibnu Waki' menceritakan kepada kami, katanya, Ibnu Numair menceritakan kepada kami, dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari Aisyah, ia berkata, Rasulullah SAW pernah disihir oleh seorang Yahudi dari bani Zuraiq yang bernama Labid bin Al A'sham, sehingga Rasulullah berkhayal bahwa dia telah melakukan sesuatu, padahal dia tidak melakukannya.
Dari Yunus menceritakan padaku, katanya, Ibnu Wahb memberitahukan kepada kami, katanya, Yunus memberitahukan kepada kami dari Ibnu Syihab, katanya, bahwa Urwah bin Az-Zubair dan Sa'id bin Musayyab menceritakan: bahwa seorang Yahudi dari bani Zuraiq mempersiapkan sebuah ikatan berisi sihir untuk Rasulullah dan memasukkannya ke dalam sumur Hazam sehingga Rasulullah mengingkari penglihatannya, maka Allah menunjukkan kepada pelakunya. Kemudian Rasulullah SAW mengutus seorang utusan ke sumur Hazam dimana terdapat ikatan itu, untuk mencabutnya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Orang Yahudi dari bani Zuraiq itu telah mensihirku.”
Dan yang berpendapat dengan perkataan ini mengingkari bahwa tukang sihir dengan kekuatan sihirnya mampu membalikkan sesuatu dari asalnya, dan mengatur sesuatu dari ciptaan Allah kecuali hanya sedikit saja dari manusia yang mampu melakukan hal tersebut atau menumbuhkan sesuatu dari anggota badan, selain keajaiban atau khayalan yang diciptakan dalam pandangan manusia belaka, yang tidak sesuai dengan hakikatnya, sebagaimana yang telah kami sebutkan.
Mereka berkata, "Jika kekuatan sihir itu mampu menumbuhkan suatu anggota badan dan membalik hakikat sesuatu dari bentuk aslinya, maka tidak ada pemisah antara yang hak dan yang batil, dan boleh jadi semua yang dapat dirasakan oleh indera manusia adalah dari hasil sihir yang telah diubah dari bentuknya. Mereka berkata, "Mengenai sifat sihir fira'un, Allah berfirman:
فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah dari Rasulullah bahwa ketika beliau disihir, beliau berkhayal (berperasaan) seolah-olah telah mengerjakan sesuatu, padahal beliau tidak melakukannya, adalah bukti yang sangat jelas atas kesalahan orang yang mengatakan bahwa tukang sihir itu menciptakan ujud sesuatu dengan sihirnya dan mengatur sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh orang lain, seperti kematian, benda-benda yang mati dan binatang. Semuanya menunjukkan kebenaran perkataan kami.
Sebagian yang lainnya mengatakan bahwa tukang sihir mampu merubah manusia menjadi keledai dengan menggunakan sihirnya dan menyihir manusia, serta keledai kemudian membentuknya menjadi bentuk dan anggota badan yang lain. Mereka terlalu berlebihan-lebihan dalam hal ini sebagaimana:
Dari Ar-Rabi' bin Sulaiman menceritakan kepada kami tentang hal ini, Ibnu Wahb menceritakan kepada kami, Ibnu Abi Zannad memberitahukan kepada kami, Hisyam bin Urwah menceritakan dari bapaknya dari Aisyah, istri Nabi SAW, bahwa ia berkata, "Seorang perempuan dari Dauma Al Jundal pernah mengunjungiku, ia mencari Rasululllah setelah dia wafat untuk menanyakan sesuatu mengenai sihir dan ia tidak dapat melakukannya (tidak dapat membantunya).
Aisyah berkata kepada Urwah: "Wahai keponakanku, aku menangis ketika tidak menemukan Rasululllah untuk mengobatinya, sehingga aku merasa kasihan padanya, dan perempuan itu berkata, " sebenarnya aku takut, aku telah binasa, aku memiliki seorang suami yang pergi dariku kemudian masuk menjadi seorang perempuan tua, maka aku mengadukan hal itu padanya, maka dia berkata, "Jika kamu melakukan apa yang aku perintahkan kamu, maka aku akan menjadikan dia datang kepadamu, ketika datang malam perempuan itu membawakan dua anjing hitam, maka aku naik salah satu dan perempuan itu naik yang lainnya, seolah-akan tidak terjadi sesuatu hingga akhirnya kami berdiri di Babil dan kami mendapatkan dua orang laki-laki yang bergantung dengan kakinya, lalu berkata, "Apa yang membuat kalian datang."
maka aku berkata, "Apakah kamu mengetahui tentang sihir?" Kedua orang itu berkata, "Sesungguhnya kami ini adalah fitnah, maka janganlah kamu kafir dan pulanglah, aku pun enggan dan aku berkata, "Tidak." Dua laki-laki itu pun berkata, "Pergilah kamu ke tempat mandi air dan kecinglah kamu di dalamnya." maka aku pun pergi dan aku merasa terkejut dan tidak melakukannya, dan aku kembali kepada keduanya.
Kemudian kedua laki-laki itu berkata, apakah kamu sudah melakukannya? aku berkata, "Ya." keduanya berkata, "Apakah kamu melihat sesuatu?" Aku menjawab, "Aku tidak melihat sesuatu, maka kedua laki-laki itu berkata kepadaku: "Kamu belum melakukannya, pulanglah kamu ke negerimu dan janganlah kamu kafir!" Akupun diam dan enggan, maka dua laki-laki itu berkata, "Pergilah ke tempat pancuran itu dan kencinglah di dalamnya maka aku pun pergi kemudian aku merasa merinding dan takut kemudian aku kembali lagi kepada mereka dan aku berkata, "Aku telah melakukannya." Keduanya berkata, "Kemudian apa yang kamu lihat?"
Aku menjawab, "Aku tidak melihat sesuatu." keduanya berkata, "Engkau bohong, kamu tidak mengerjakannya, kembalilah kamu ke negerimu dan janganlah kamu kafir karena sesungguhnya kamu berada di puncak urusannmu."
Maka aku teringat dan keduanya berkata, "Pergilah ke tempat pancuran air itu dan kencinglah, maka aku pun menuju ke tempat itu dan kencing di dalamnya, maka aku melihat seorang penunggang kuda bertopeng besi keluar dari dalam diriku menuju ke langit hingga aku tidak lagi dapat melihatnya. Kemudian aku mendatangi keduanya dan aku katakan, "Aku sudah melakukannya, maka keduanya berkata, "Apa yang kamu lihat?"
Aku berkata, “Seorang penunggang kuda bertopeng besi keluar dari dalam tubuhku menuju langit, hingga aku tidak melihatnya, kemudian keduanya berkata, “Kamu benar! itu adalah imanmu yang keluar dari kamu, maka pergilah!" aku pun berkata kepada perempuan itu, "Demi Allah! aku tidak mengetahui sesuatu pun dan keduanya pun tidak mengatakan sesuatu padaku maka perempuan itu berkata, "Benar." kamu tidak menginginkan sesuatu kecuali pasti akan terjadi, "Ambillah gandum ini dan sebarkanlah." maka aku pun menyebarkannya dan berkata, "Tumbuhlah!" maka tumbuhlah gandum itu dan aku katakan, "Panenlah!" maka kemudian dia memanen dengan sendirinya, lalu aku berkata, "Gosokkanlah!" maka tergosoklah, dan aku katakan, "Keringlah!" maka menjadi kering hingga aku mengucapkan, "Jadilah tepung!" maka jadilah ia tepung, lalu aku berkata, "Jadilah roti!" maka jadilah dia roti, maka ketika aku melihat bahwa aku tidak menginginkan sesuatu kecuali pasti akan jatuh di diterima akupun menyesal dan demi Allah wahai ummul mukminin, demi Allah aku tidak melakukan sesuatu yang sama sekali.
Yang mengatakan ini berpendapat sebagaimana yang kami terangkan dan berlebih-lebihan dalam hal ini sebagaimana yang kami sebutkan, dan mereka berkata, seandainya si tukang sihir tidak mampu melakukan perbuatan sebagaimana yang mereka katakan bahwa mereka mampu mengerjakannya pasti tidak akan mampu memisahkan antara suami dan istri mereka berkata dan Allah telah memberitahukan tentang mereka bahwa mereka belajar dari kedua malaikat itu apa yang mampu memisahkan antara suami dan istri dan jika itu tidak sesuai dengan hakikat atau hanya sekedar khayalan dan prasangka maka perceraian itu bukan dalam keadaan sadar dan Allah telah memberitahukan bahwa benar benar memisahkan dalam keadaan sadar.
Dan yang lainnya mengatakan bahwa sihir adalah mengambil penglihatan mata.
Tafsir firman Allah :
وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ
( sedang keduanya tidak mengajarkan [sesuatu] kepada seorang pun sebelum mengatakan, "Sesungguhnya kami hanya cobaan [bagimu], sebab itu janganlah kamu kafir)
Abu Ja'far berkata: Tafsir ayat tersebut adalah: dan kedua malaikat itu tidak mengajarkan kepada manusia apa yang diturunkan kepada keduanya yang memisahkan antara suami dan istri sehingga keduanya mengatakan: sesungguhnya kami adalah cobaan dan fitnah bagi keturunan Adam, maka janganlah kamu kafir kepada Tuhanmu. serupa:
Dari Musa menceritakan kepada kami, katanya, Amr menceritakan kepada kami, katanya, Asbath menceritakan kepada kami, dari As-Suddi, ia berkata, "Jika manusia mendatangi mereka Harut dan Marut-untuk mempelajari sihir, keduanya selalu diperingatkan dan berkata, "Janganlah kamu kafir, sesungguhnya kami adalah cobaan."
Jika tidak keduanya berkata kepadanya: Datangilah pasir itu dan kencinglah diatasnya, jika kencing di atasnya, maka akan keluar dariya sinar terang menuju ke langit, dan itulah iman -dan menuju sesuatu yang hitam seperti asap sehingga masuk ke pendengarannya dan segala sesuatunya. Oleh sebab itu Allah murka, kemudian setelah memberitahukan kepadanya tentang hal itu, maka keduanya akan mengajarinya sihir, itulah makna firman Allah:
وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ
Dari Bisyr bin Mu'adz menceritakan kepada kami, katanya, Yazid menceritakan kepada kami, dari Sa'id dari Qatadah dan Al Hasan berkata,
حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ
“Keduanya disumpah untuk tidak mengajarkan kepada seseorang hingga mengatakan: Sesungguhnya kami adalah fitnah, maka janganlah kamu kafir.
Dari Al Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, katanya, Abdurrazaq memberitahukan kepada kami, katanya, Ma'mar memberitahukan kepada kami, katanya, Qatadah berkata, bahwa keduanya mengajarkan sihir kepada manusia, maka keduanya disumpah untuk tidak mengajarkan kepada seseorang, hingga mengatakan:
إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ
DariAl Qasim menceritakan kepada kami, katanya, Al Hasan menceritakan kepada kami, katanya, Abu Sufyan menceritakan kepada kami dari Ma'mar, katanya, ulama selain Qatadah berkata, "Keduanya telah disumpah untuk tidak mengajarkan kepada seseorang hingga menuju menuju
kepada keduanya, maka keduanya berkata,
إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ
Dari Ibnu Basysyar menceritakan kepada kami, katanya, Yahya bin Sa'id menceritakan kepada kami dari Auf dari Al Hasan, ia berkata, "Keduanya disumpah untuk mengatakan hal itu.
Dari Al Qasim menceritakan kepada kami, katanya, Al Husain menceritakan kepada kami, katanya, Hajjaj menceritakan kepada saya dari Ibnu Juraij, katanya, keduanya telah mengambil janji untuk tidak mengajarkan kepada. seseorang hingga keduanya mengatakan, “Kami adalah fitnah (cobaan) belaka, maka janganlah kamu kafir, tidak kah seseorang mencoba praktek sihir kecuali dia menjadi kafir.
Sedangkan fitnah dalam pembahasan ini berarti cobaan dan ujian sebagimana dalam sebuah syair:
قَدْ فُتِنَ النَّاسُ فِي دِينِهِمْ وَخَلَّى ابْنُ عَفَّانَ شَرًا طَوِيلًا
Dari Bisyr bin Mu'adz menceritakan kepada kami, katanya, Yazid menceritakan kepada kami, katanya, Sa'id menceritakan kepada kami,
dari Qatadah إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ
yaitu : cobaan
Tafsir Firman Allah
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ
(Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya.)
Abu Ja'far berkata: Firman Allah فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا adalah khabar mubtada' tentang mereka yang belajar dari kedua malaikat mengenai apa yang diturunkan kepada keduanya, dan bukan merupakan jawaban dari firman Allah: وَمَا يُعَلِمَانِ مِنْ أَحَدٍ akan tetapi khabar al musta 'nif oleh karena itu di baca marfu maka dikatakan : فَيَتَعَلَّمُونَ . Maka arti dari ayat itu adalah: dan tidaklah mereka mengajarkan kepada seseorang hingga mereka mengatakan: "Kami adalah cobaan, maka mereka enggan menerima nasihat itu dan belajar dari keduanya sesuatu yang dapat memisahkan antara suami dan istri."
Tafsir firman Allah: وَمَا هُم بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ
Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah)
Abu Ja'far berkata: Yang dimaksud dalam firman Allah:
وَمَا هُم بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ
dan orang-orang yang belajar dari Harut dan Marut apa yang memisahkan antara suami dan istri itu tidak membahayakan dengan apa yang mereka pelajari dari keduanya dari kalimat yang memisahkan antara suami dan istri bagi manusia, kecuali yang telah Allah kehendaki bahwa itu akan membahayakannya, sedangkan siapa yang dilindungi oleh Allah dari keburukan sihir, tiupan dan guna-guna dan Allah menolak dari bahayanya, maka itu tidak akan membahayakan dan menyakitinya.
Tafsir firman Allah: وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ
(Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat)
Abu Ja'far berkata: Maksud firman Allah ini adalah bahwa manusia yang belajar dari kedua malaikat, apa yang diturunkan kepada keduanya dari kalimat-kalimat yang dapat memisahkan antara suami dan istri, dan mempelajari dari keduanya sihir yang membahayakan agamanya dan tidak memberikan manfaat di akhirat kelak, sementara di dunia mereka mendapatkan akibat dari perbuatannya.
Tafsir firman Allah
وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَنَهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ
(Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah keuntungannya di akhirat)
Abu Ja'far berkata: Yang dimaksud dengan firman Allah:
وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَنهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ
adalah golongan yang ketika datang kepada mereka utusan Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, mereka malah membuang kitab Allah di belakang punggung mereka seolah-olah mereka tidak tahu وَاتَّبَعُواْ مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَنَ maka Allah berfirman, "Orang-orang yang membuang kitab-Ku dari kaum Yahudi Bani Israil di belakang punggung mereka, seolah-olah mereka tidak mengetahui, yang tidak mengamalkan dengan apa yang ada di dalamnya, perintah untuk mengikuti kamu wahai Muhammad, dan mengikuti apa yang datang bersamamu setelah Aku turunkan kamu kitab-Ku sebagai pembenaran apa yang telah ada pada mereka sebelumnya, dan setelah Aku mengutusmu kepada mereka untuk mengakui apa yang datang bersamamu dan apa yang ada pada mereka, yang mempengaruhi untuk mengikuti sihir yang dibacakan oleh syetan pada masa kerajaan Sulaiman yang diturunkan kepada kedua malaikat Harut dan Marut di Babil. Mereka mengetahui bahwa yang membeli sihir dengan kitab Allah yang Aku turunkan kepada rasul-Ku bahwa tidak ada keuntungannya di akhirat, sebagaimana:
Dari Bisyr bin Mu'adz menceritakan kepada kami, katanya, Yazid bin Zurai' menceritakan kepada kami, berkata, Sa'id menceritakan kepada kami dari Qatadah mengenai وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ أَشْتَرَنَهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ia mengatakan bahwa ahli kitab dalam Allah kepada mereka bahwa sihir itu tidak memberikan keuntungan di sisi Allah pada hari mengakhiri kelak.
Dari Musa menceritakan kepada kami, katanya, Amr menceritakan kepada kami, katanya, Asbath menceritakan kepada kami, dari As-Suddi yakni kaum وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ bahwa Yahudi, ia berkata, "Mempelajarinya dan memilihnya tidak menguntungkan baginya di akhirat.
Dari Al Mutsanna menceritakan kepadaku, katanya, Abu Hudzaifah menceritakan kepada kami, katanya, Syibil menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid bahwa
وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ أَشْتَرَنهُ مَا لَهُ الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ
bagi yang menukar dengan apa yang dapat memisahkan antara suami dan istrinya.
Dari Yunus menceritakan padaku, ia berkata, Ibnu Wahb memberitahukan kepada kami, katanya, Ibnu Zaid berkata bahwa وَلَقَدْ عَلِمُواْ لَمَنِ أَشْتَرَنَهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ yakni orang Yahudi itu mengetahui bahwa di dalam kitab Allah Taurat, dinyatakan siapa yang memilih sihir dan meninggalkan agama Allah, maka tidak ada keuntungan baginya di akhirat kelak, dan neraka adalah tempat kembali dan tempat tinggal mereka.
Abu Ja'far berkata: Sedangkan firman Allah : لَمَنِ اشْتَرَاهُ "min" berkedudukan marfu' dan firman Allah: وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ أَشْتَرَنَهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ bukanlah sebab yang menjadikan marfu', karena firman Allah : وَلَقَدْ عَلَمُوا berarti : sumpah. Oleh sebab itu kedudukannya marfu' karena ayat itu berarti: Dan demi Allah, bagi yang membeli sihir tidak ada baginya keuntungan di akhirat kelak.
Dari Al Mutsanna bin Ibrahim menceritakan kepadaku, katanya, Abu Hudzaifah menceritakan kepada kami, katanya, Syibil menceritakan kepada kami dari Ibnu Abi Najih dari Mujahid
مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ia berkata, “dari bagian
dari Musa bin Harun menceritakan kepadaku, katanya, Amr menceritakan kepada kami, katanya, Asbath menceritakan kepada kami dari As-Suddi مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ yakni : dari bagian.
Dari Al Mutsanna menceritakan kepadaku, katanya, Ishaq menceritakan kepadaku, Waqi' menceritakan kepada kami, Sufyan berkata: kami E mendengar tentang firman Allah: مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَقٍ bahwa tidak bagian untuk mereka di akhirat.
Dan yang lain mengatakan, "Al Khalaq" di sini berarti "hujjah". seperti disebutkan dalam riwayat berikut:
Dari Al Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, katanya, Abdurrazaq menceritakan kepada kami, ia berkata, Ma'mar menceritakan kepada kami dari Qatadah مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَقٍ artinya, mereka tidak memiliki hujjah (pembela) di akhirat kelak.
Yang lainnya mengatakan, "al khalaq" berarti agama. Riwayat yang mengatakan hal tersebut:
Dari Al Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, katanya, Abdurrazaq menceritakan kepada kami, katanya, Ma'mar memberitahukan kepada kami, katanya, Al Hasan berkata bahwa مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَقٍ artinya, "Tidak ada agama baginya. "
Yang lain lagi berkata, "Al Khalaq" dalam ayat ini berarti pegangan. seperti yang diungkapkan dalam riwayat berikut:
DariAl Qasim menceritakan kepada kami, katanya, Al Husain mencearitakan kepada kami, Hajjaj menceritakan kepadaku, katanya, Ibnu Juraij berkata, Ibnu Abbas berkata مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ yakni "Penopang. "
Abu Ja'far berkata: Pendapat yang lebih mendekati kebenaran adalah pendapat yang mengatakan bahwa "al khalaq" dalam ayat ini adalah "bagian" karena itulah maknanya dalam kata Arab.
Begitu pula firman-Nya, مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ maka tidak ada bagian surga untuk mereka di akhirat kelak karena mereka tidak memiliki iman, kebaikan dalam agama, dan amal shalih yang akan mendapatkan balasan di surga. Maka baginya bagian dari surga. Dan bahwa Allah berfirman مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَقٍ Allah mensifatinya bahwa tidak ada baginya nasib di akhirat, yang dimaksud adalah tidak ada bagian pahala dan balasan baginya di surga dan bukan nasibnya di neraka karena kecaman Allah terhadap perbuatan mereka yang meniadakan baginya untuk mendapatkan bagian di akhirat telah menunjukkan maksud dari berita tersebut, dan sebenarnya yang dimaksud dengan hal itu adalah tidak ada nasib bagi mereka dari kebaikan, sedangkan kejelekan mereka tetap mendapatkan bagian di akhirat.
Tafsir firman Allah
وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
(dan sangat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.)
Abu Ja'far berkata: Kami telah buktikan pada bab yang lalu bahwa arti membeli sama dengan menjual, maka ayat itu berarti: alangkah buruknya apa yang mereka jual dengan dirinya, yaitu dengan mempelajari sihir, kalau saja mereka mengetahui akibatnya. Sebagaimana:
Dari Musa menceritakan kepadaku, katanya, Amr menceritakan kepada kami, katanya, Asbath menceritakan kepada kami, dari As-Suddi bahwa وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ ۚ أَنفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ ia berkata, "Alangkah buruknya apa yang mereka jual (tukar) dengan diri mereka sendiri. "
Abu Ja'far berkata: Apabila seseorang berkata kepada kami, dan
Allah berfirman وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ padahal telah berfirman sebelumnya وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ أَشْتَرَنهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ bagaimana mereka mengetahui bahwa mempelajari sihir tidak ada keuntungannya bagi mereka sementara mereka tidak mengetahui langkah buruknya apa yang mereka tukar dengan diri mereka sendiri itu, yakni sihir?
Jawabannya: Makna ayat tersebut tidak seperti yang mereka fahami
bahwa mereka disifati bodoh dengan sesuatu yang mereka ketahui, melainkan itu termasuk kalimat yang diakhirkan, namun maknanya didahulukan, maka makna ayat itu: "Dan sekali-kali tidaklah mereka membahayakan terhadap seseorang kecuali dengan izin Allah dan mereka mempelajari apa yang membahayakan diri mereka sendiri dan tidak memberikan manfaat, alangkah buruk apa yamg mereka beli dengan diri mereka sendiri, kalau saja mereka mengetahui dan mereka memang telah benar-benar menyadari bahwa orang yang membelinya tidak akan mendapatkan keuntungan sama sekali di akhirat kelak.
وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ Maka firman Allah
adalah celaan dari Allah terhadap perbuatan orang-orang yang belajar dari kedua malaikat itu, yakni memisahkan antara suami dan istri, dan merupakan berita dari Allah tentang mereka bahwa alangkah buruknya apa yang mereka beli dengan diri mereka sendiri karena telah rela mengganti sihir dari agama mereka, padahal dengan agama itu mereka akan selamat dari kebinasaan. Karena ketidak-tahuan mereka tentang buruknya akibat perbuatan mereka dan kerugian perdagangan mereka karena mereka telah belajar kepada orang yang tidak mengenal Allah dan tidak mengetahui halal dan haram, perintah dan larangannya, kemudian kembali kepada golongan yang Allah beritakan tentang mereka bahwa mereka membuang kitab Allah di belakang punggung mereka seolah-olah mereka tidak mengetahui, dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh syetan pada masa kerajaan Sulaiman dan apa yang diturunkan kepada kedua malaikat. Allah menginformasikan bahwa mereka telah mengetahui bahwa barangsiapa yang membeli sihir, maka tidak ada baginya pahala di akhirat dan Allah mensifati mereka bahwa mereka berbuat maksiat kepada Allah berdasarkan ilmu mereka, juga mereka kafir tehadap Allah dan Rasul-Nya.
Mereka lebih mengutamakan mengikuti syetan dan mengamalkan sihir daripada mengamalkan apa yang ada dalam kitab-Nya sebagai pembangkangan mereka terhadap Rasul-Nya dan perilaku melampaui batas-batasnya berdasarkan pengetahuan mereka bahwa siapa yang melakukan perbuatan itu akan mendapatkan siksa di sisi Allah dan itulah tafsir dari ayat tersebut.
Şebagian orang mengira bahwa firman Allah : وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَن أَشْتَرَنَهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ yang dimaksud adalah syetan dan firman-Nya لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ yang dimaksud adalah manusia. Perkataan itu menyelisihi semua ahli tafsir karena ahli tafsir telah sepakat bahwa firman Allah: وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ أَشْتَرَنَهُ yang dimaksud adalah kaum Yahudi, dan bukan syetan. Begitulah, mereka menyelesihi apa yang ditunjukkan oleh ayat Allah, karena ayat yang sebelum firman Allah وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَنَهُ dan setelah firman-Nya لَوْ كَانُواْ يَعْلَمُونَ diturunkan untuk mencela orang-orang Yahudi dan lantaran kesesatan mereka, juga sebagai cela bagi mereka karena perbuatan mereka yang membuang wahyu Allah serta ayat-ayat-Nya di belakang punggung mereka, padahal mereka mengetahui bahwa perbuatan mereka itu salah. Maka firman Allah: adalah salah satu ayat وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَنهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ yang memberitakan tentang mereka.
Sebagian yang lain mengatakan bahwa yang Allah sifati dalam firman-Nya وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ bahwa mereka adalah orang yang tidak mengetahui adalah orang-orang yang Allah sifati وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَنهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ,dalam firman-Nya dan bahwa Allah mensifati mereka dengan orang yang tidak mengetahui dengan firman-Nya لَوْ كَانُواْ يَعْلَمُونَ setelah Allah mensifati mereka bahwa mereka mengetahui dengan firman-Nya وَلَقَدْ عَلِمُوا karena mereka tidak mengamalkan apa yang mereka ketahui. Orang alim adalah orang yang mengamalkan ilmunya, apabila perbuatannya menyelisihi ilmunya, maka dia termasuk golongan orang-orang yang bodoh.
Mereka berkata, begitu juga firman Allah وَلَقَدْ عَلِمُواْ لَمَنِ اشْتَرَنَهُ dan لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ dan tafsir ini, meskipun memiliki pandangan dan keterkaitan, akan tetapi tidak sesuai dengan pemahaman yang zhahir dari khitab itu sendiri. Yang dimaksud dengan firman-Nya وَلَقَدْ عَلِمُواْ . Dan firman-Nya لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ bahwa itu pemahaman dengan jalan menarik hukum. Sedangkan dalam penakwilan Al Qur'an berdasar kepada pemahaman secara zhahir dari khitab itu bukan dengan makna emplisit dari ayat tersebut hingga ada dalil menyatakan bahwa makna tersebut berbeda dari zhahirnya dan yang ma'ruf dalam ahli lisan yang dengannya Al Qur'an diturunkan.
Sumber : Tafsir At Thabari
Comments
Post a Comment