Bagaimana bentuk dan rasa buah buahan di Surga ? ( Albaqarah 25 )

 


Bentuk dan rasa buah buahan  di Surga


وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا ۙ قَالُوا هَٰذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ ۖ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا ۖ وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. ( Albaqarah : 25 )

Abu Ja'far berkata: Kata وَبَشِّرِ  asal maknanya adalah: berilah kabar gembira. 

Ini adalah perintah dari Allah kepada Rasul-Nya SAW agar memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman kepada-Nya dan kepada Muhammad SAW dan apa yang dibawanya dari sisi Tuhannya, yang menyesuaikan perkataannya dengan amal perbuatan yang baik, seraya berfirman kepadanya: "Wahai Muhammad, berilah kabar gembira kepada orang yang membenarkanmu bahwa engkau adalah utusan-Ku, dan bahwa apa yang engkau bawa adalah datang dari sisi-Ku, yang menyesuaikan perkataannya dengan amal kebajikan yang telah Aku wajibkan atasnya, bahwa baginya adalah surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, bukan untuk orang yang mendustakanmu dan bukan pula untuk orang yang mengaku beriman secara palsu, sesungguhnya bagi mereka adalah neraka jahanam yang bahan bakarnya dari manusia dan batu."

Kata الجات adalah bentuk jamak dari kata tunggal جنة yang berarti taman Adapun yang dimaksud dengan penyebutan taman adalah apa yang ada dalam taman berupa pepohonan, tanaman dan buah-buahan, bukan tanahnya, 

oleh karenanya Allah berfirman: 

تجرى مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ 

Yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, 

"Karena telah dimaklumi bahwa Allah SWT bermaksud menginformasikan tentang air sungainya yang mengalir dibawah pepohonannya, tanamannya dan buah-buahannya, bukan mengalir dibawah tanahnya, karena jika mengalir dibawah tanah maka mata tidak dapat melihatnya kecuali dengan membuka penutupnya. 

Jadi, ciri sungai-sungai surga yang dimaksud adalah bahwa ia mengalir bukan pada lubang tanah. Seperti disebutkan dalam riwayat-riwayat berikut:

Dari Abu Karib menceritakan kepada kami, katanya: Al Asyja'i menceritakan kepada kami, dari Sufyan, dari Amru bin Murrah, dari Abu Ubaidah, dari Masruq, 

ia berkata: pohon kurma surga adalah bersusun-susun dari pokoknya sampai rantingnya, dan buahnya adalah seperti tempayan yang besar, setiap kali dipetik ia langsung berganti dengan yang lain, dan airnya adalah mengalir bukan pada lubang".

Dari Mujahid bin Musa menceritakan kepada kami, katanya: Yazid menceritakan kepada Mis'ar bin Kidam memberitahukan kepada kami, dari Amru bin Murrah, dari Abu Ubaidah dengan riwayat yang sama sepertinya.

Dari Muhammad bin Bisyr menceritakan kepada kami, katanya: Ibnu Mahdi menceritakan kepada kami, katanya: Sufyan menceritakan kepada kami, katanya: aku pernah mendengar Amru bin Murrah menceritakan dari Abu Ubaidah, lalu ia menyebutkan riwayat yang sama sepertinya.

Ia berkata: lalu aku berkata kepada Abu Ubaidah, "Siapakah yang menceritakan kepadamu," lalu ia marah dan mengatakan, "Masruq." 

Jika ciri surga adalah seperti demikian, dimana sungainya mengalir bukan pada lubang, maka jelas bahwa yang dimaksud dengan surga adalah pepohonannya, tanamannya dan buah-buahannya, bukan tanahnya, karena sungainya mengalir diatas tanahnya dan dibawah pepohonan dan tanamannya, seperti disebutkan oleh Masruq.

Ini lebih sesuai dengan ciri surga daripada ia mengalir dibawah tanahnya. Kabar gembira ini dimaksudkan oleh Allah untuk menjadi motivasi bagi para hamba-Nya agar semakin menambah ketakwaan dan ketaatan mereka kepada-Nya. Sebagaimana telah diperingatkan pada ayat sebelumnya, bahwa Dia menyediakan neraka bagi orang-orang yang durhaka dan enggan menaati-Nya.

 Penakwilan firman Allah :

كُلِّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رزقنا مِن قَبْلُ وَأَتُوا بِهِ، مُتَشَابِهًا 

"Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: 'Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu. Mereka diberi buah-buahan yang serupa."

Abu Ja'far berkata: Dhamir هاء pada kalimat كلما رُزَقُوا منها adalah kembali kepada جنات (surga), namun yang dimaksud adalah pepohonan surga, seakan-akan Allah berfirman: setiap kali mereka diberikan rezeki berupa buah- buahan dari pepohonan surga yang disediakan Allah bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih mereka berkata, "Inilah rezeki yang pernah diberikan kepada kami dahulu kala."

Kemudian para mufassir berbeda pendapat tentang firman-Nya: 

هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِن قَبْلُ 

"Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu "Sebagian mereka menakwilkan: inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu ketika di dunia. Sebagaimana riwayat-riwayat berikut:

Dari Musa bin Harun Al Hamdani menceritakan kepadaku, katanya: Amru bin Hamad menceritakan kepada kami, katanya: Asbath menceritakan kepada kami, dari As-Suddi tentang berita yang disebutkannya, dari Malik, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dari Murrah Al Hamdani, Ibnu Mas'ud, dari sejumlah sahabat Rasulullah SAW tentang firman Allah: 

هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِن قَبْلُ 

"Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu, " ia berkata: diberikan kepada mereka buah-buahan di surga, lalu ketika melihat kepadanya mereka berkata, "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu ketika di dunia"."

Dari Bisyr bin Mu'adz Al Aqadi menceritakan kepada kami, katanya: Yazid bin Zurai' menceritakan kepada kami dari Sa'id dari Qatadah: mereka berkata: 

هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِن قَبْلُ 

"Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu, "maksudnya, di dunia.

Dari Muhammad bin Amru Al Bahili menceritakan kepadaku, katanya: Abu Ashim menceritakan kepada kami, katanya: Isa bin Maimun menceritakan kepada kami dari Abdullah bin Abi Najih dari Mujahid: 

هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِن قَبْلُ 

"Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu "Maksudnya: mereka berkata; alangkah miripnya ia dengannya".

Dari Al Qasim bin Al Hasan menceritakan kepada kami, katanya: Al Husein bin Daud menceritakan kepada kami, katanya: Hajjaj menceritakan kepadaku dari Ibnu Juraij dari Mujahid dengan riwayat yang sama sepertinya.

Dari Yunus bin Abdul A'la menceritakan kepadaku, katanya: Ibnu Wahab memberitahukan kepada kami, katanya: Abdurrahman bin Zaid berkata:

 هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِن قَبْلُ 

"Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu. "Maksudnya: inilah yang pernah diberikan kepada kami ketika di dunia, 

وَأْتُوا بِهِ، مُتَشَابِهًا 

"Mereka diberi buah-buahan yang serupa. Maksudnya, mereka mengetahuinya".

Abu Ja'far berkata: Sebagian yang lain berpendapat bahwa penakwilannya adalah: inilah buah-buahan surga yang pernah diberikan kepada kami sebelum ini, karena sebagiannya sangat mirip dengan yang lainnya dalam warna dan rasa. 

Pendapat ini beralasan, bahwa buah surga setiap kali dipetik ia langsung digantikan dengan yang lain. Sebagaimana dijelaskan oleh riwayat berikut:

Dari Ibnu Bisyr menceritakan kepada kami, katanya: Ibnu Mahdi menceritakan kepada kami, katanya: Sufyan menceritakan kepada kami, katanya: aku pernah mendengar Amru bin Murrah menceritakan dari Abu Ubaidah, katanya: pohon kurma surga adalah bersusun-susun dari pokoknya sampai rantingnya, dan buahnya adalah seperti tempayan yang besar, setiap kali dipetik ia langsung berganti dengan yang lainnya".


Gambar Tempayan Besar sebagai perbandingan ukuran buah Kurma

Mereka berkata: ia dianggap sama oleh penduduk surga karena yang menggantikan sama persis dengan yang dipetik. Oleh karenanya Allah berfirman: 

وأتوا بِهِ مُتَشَابِهًا 

"Mereka diberi buah-buahan yang serupa, "karena semuanya sama dalam segala maknanya.

Sebagian yang lain menakwilkan: mereka berkata: inilah yang pernah diberikan kepada kami sebelum ini, karena mendapati warnanya mirip dengan yang sebelumnya meskipun rasanya berbeda. Ini sesuai dengan riwayat berikut:

Dari Al Qasim bin Al Hasan menceritakan kepada kami, katanya: Al Husein bin Daud menceritakan kepada kami, katanya: seorang syaikh dari Al Mushaishah menceritakan kepada kami dari Al Auza'i dari Yahya bin Abi Katsir ia berkata: salah seorang dari mereka diberikan piring yang besar lalu ia makan darinya, kemudian diberikan yang lain maka ia berkata: ini sama dengan yang pernah diberikan kepada kami sebelumnya, maka malaikat berkata: makanlah, warnanya memang sama tapi rasanya berbeda.

Abu Ja'far berkata: Ini satu penakwilan, namun ia tidak sesuai dengan zhahir ayat. 

Adapun yang benar adalah pendapat pertama yang menakwilkan: inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu ketika di dunia. 

Karena Allah menginformasikan dalam firman-Nya:

 كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِن قَبْلُ 

 "Setiap merekadiberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: 'Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu."

Bahwa setiap kali penduduk surga diberikan makanan mereka berkata: inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu. 

Tidak mengkhususkan perkataan mereka atas suatu makanan tanpa yang lain. Jika Allah menginformasikan bahwa ini adalah perkataan penduduk surga setiap kali diberikan makanan, maka jelas bahwa ini pula perkataan mereka ketika pertama kali makan makanan surga yang diberikan kepada mereka ketika telah memasuki surga. Jika jelas bahwa ini perkataan mereka ketika diberikan makanan surga pertama kalinya, juga kedua kalinya dan seterusnya, maka diketahuilah bahwa mustahil ketika pertama kali diberikan makanan mereka berkata: inilah makanan surga seperti yang pernah diberikan kepada kami sebelum ini. 

Karena bagaimana mereka bisa mengatakan demikian sementara mereka baru pertama kali merasakannya. Kecuali jika ada orang sesat yang hendak menisbatkan perkataan dusta ini kepada mereka, padahal Allah telah mensucikan mereka secara lahir dan batin.

Jika ada yang berkata: bagaimana penduduk surga bisa mengatakan: inilah seperti yang pernah diberikan kepada kami dahulu, sementara yang pernah mereka makan telah binasa? dan bagaimana mungkin penduduk surga mengatakan sesuatu yang tidak ada hakikatnya?

Jawabannya: bahwa itu tidak seperti yang Anda pahami, akan tetapi maknanya adalah: inilah bentuk makanan seperti yang pernah diberikan kepada kami dahulu ketika di dunia, seperti perkataan seseorang kepada yang lain: si-fulan telah menyiapkan makanan begini dan begini untukmu, lalu ketika orang tersebut melihatnya maka ia mengatakan: ini adalah makanan di rumahku, maksudnya: ini adalah makanan yang sama jenisnya dengan makanan di rumahku. Demikian juga yang dimaksud dengan perkataan mereka :

 هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِن قَبْلُ 

"Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu," bahwa ia adalah sejenis makanan yang dulu pemah diberikan kepada mereka ketika di dunia, baik menyangkut warna maupun rasa

Penakwilan firman Allah : وأتوا بِهِ مُتَشَابِهًا  "Mereka diberi buah- buahan yang serupa."

Abu Ja'far berkata: Dhamir  هاء pada kata به adalah kembali kepada rezeki. 

Adapun penakwilannya: dan diberikan rezeki dari buah-buahannya yang serupa. 

Namun para mufassir berbeda pendapat tentang penakwilan kata متشابه dalam ayat ini.

Sebagian mereka berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan متشابه (serupa) adalah: bahwa semuanya baik tidak ada yang busuk. Seperti dijelaskan dalam riwayat-riwayat berikut:

Dari Khallad bin Aslam menceritakan kepada kami, katanya: Nadhr bin Syumail memberitahukan kepada kami, katanya: Abu Amir memberitahukan kepada kami, dari Al Hasan tentang firman Allah: وَأَتُوا بِهِ مُتَشَبِهًا

 "Mereka diberi buah-buahan yang serupa." ia berkata: semuanya baik tidak ada yang busuk".

Dari Yaqub bin Ibrahim menceritakan kepadaku, katanya: Ibnu Aliyah menceritakan kepada kami dari Abu Raja: adalah Al Hasan membaca surah Al Baqarah, lalu sampai pada ayat: وأتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا 

"Mereka diberi buah-buahan yang serupa." 

Maka ia berkata: tidakkah Anda lihat buah-buahan di dunia sebagiannya busuk? namun disana tidak ada yang busuk".

Dari Al Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, katanya: Abdurrazzaq memberitahukan kepada kami, katanya: Ma'mar memberitahukan kepada kami, katanya: Al Hasan berkata tentang firman Allah: وَأَتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا 

"Mereka diberi buah-buahan yang serupa, " ia berkata: mirip antara yang satu dengan yang lain, tidak ada yang busuk".

"Mereka diberi buah-buahan yang serupa," seperti mentimun".

Dari  Al Mutsanna bin Ibrahim menceritakan kepadaku, katanya: Abu Hudzaifah menceritakan kepada kami dari Syibl bin Ubad dari Abdullah bin Abi Najih dari Mujahid tentang firman Allah : وَأَتُوا بِهِ مُتَشبيهًا 

"Mereka diberi buah-buahan yang serupa." Serupa warnanya tapi berbeda rasanya, seperti mentimun dengan al qutstsa (kerai)".

Dari Ammar bin Al Hasan menceritakan kepadaku, katanya: Ibnu Abi Ja'far menceritakan kepada kami dari bapaknya dari Rabi' bin Anas tentang firman Allah: وأتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا 

"Mereka diberi buah-buahan yang serupa "Serupa antara yang satu dengan yang lain tapi rasanya berbeda.

Dari  Al Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, katanya: Abdurrazzaq menceritakan kepada kami, katanya: Ats-Tsauri memberitahukan kepada kami, dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid tentang firman Allah: وَأَنُوا بِهِ، مُتَشَابِهًا 

"Mereka diberi buah-buahan yang serupa," ia berkata: serupa warnanya tapi berbeda rasanya.

Dari  Al Qasim bin Al Hasan menceritakan kepada kami, katanya: Al Husein bin Daud menceritakan kepada kami, katanya: Hajjaj menceritakan kepadaku dari Ibnu Juraij dari Mujahid tentang firman Allah: بِهِ مُتَشَابِها وأنواب 

"Mereka diberi buah-buahan yang serupa. "Seperti mentimun. Sebagian yang lain menakwilkan: serupa dalam warna dan rasa. Seperti dijelaskan dalam riwayat-riwayat berikut:

Dari Sufyan bin Waki' menceritakan kepada kami, katanya: bapakku menceritakan kepada kami dari Sufyan dari seorang laki-laki dari Mujahid tentang firman Allah: وَأَتُوا بِهِ مُتَشَبِها 

"Mereka diberi buah-buahan yang serupa, " ia berkata: serupa dalam warna dan rasa

Dari Al Mutsanna bin Ibrahim menceritakan kepadaku, katanya: Ishak menceritakan kepada kami, katanya: Abdurrazzaq menceritakan kepada kami dari Tsauri dari Abdullah bin Abi Najih dari Mujahid dan Yahya bin Sa'id tentang firman Allah: وَأَتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا 

"Mereka diberi buah- buahan yang serupa. "Keduanya mengatakan: serupa dalam warna dan rasa

Sebagian yang lain berpendapat: bahwa buah-buahan surga dan dunia adalah serupa warnanya meskipun berbeda rasanya. Seperti dijelaskan dalam riwayat berikut:

DariAl Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, katanya: Abdurrazzaq memberitahukan kepada kami, katanya: Ma'mar memberitahukan kepada kami dari Qatadah tentang firman Allah: وأتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا "Mereka diberi buah-buahan yang serupa, "ia berkata: menyerupai buah-buahan dunia namun buah-buahan surga rasanya lebih enak".

Dari Al Mutsanna bin Ibrahim menceritakan kepada kami, katanya: Ishak menceritakan kepada kami, katanya: Hafsh bin Umar berkata: Al Hakam bin Abban menceritakan kepada kami dari Ikrimah tentang firman Allah : وَأَتُوا بِهِ مُتَشَبِهًا 

"Mereka diberi buah-buahan yang serupa, " ia berkata: menyerupai buah-buahan dunia namun buah-buahan surga lebih enak.

Sebagian yang lain berkata: tidak ada sesuatupun di dunia yang menyerupai sesuatu di surga kecuali hanya nama. Seperti dijelaskan dalam riwayat- riwayat berikut:

Dari Abu Karib menceritakan kepada kami, katanya: Al Asyja'i menceritakan kepada kami, dan Muhammad bin Bisyr menceritakan kepada kami, katanya: Mu'ammal menceritakan kepada kami keduanya berkata: Sufyan menceritakan kepada kami dari Al A'masy, dari Abu Dhabyan, dari Ibnu Abbas-Abu Karib menceritakan perkataannya dari Al Asyja'i-: tidak ada sesuatupun di surga yang serupa dengan apa yang ada di dunia kecuali hanya serupa dalam nama. 

Ibnu Bisyr menceritakan perkataan Mu'ammal katanya: tidak ada sesuatu di dunia yang ada di surga kecuali hanya nama".

Dari Abbas bin Muhammad menceritakan kepada kami, katanya: Muhammad bin Ubaid menceritakan kepada kami dari Al A'masy dari Abu Dhabyan dari Ibnu Abbas ia berkata: tidak ada sesuatupun di dunia yang menyerupai sesuatu di surga kecuali hanya nama

Dari  Yunus bin Abdul A'la menceritakan kepadaku, katanya: Ibnu Wahab memberitahukan kepada kami, katanya: Abdurrahman bin Zaid mengatakan tentang firman Allah : وأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا 

"Mereka diberi buah buahan yang serupa, "ia berkata: mereka mengetahui nama-namanya seperti ketika mereka di dunia, apel juga apel, delima juga delima, sehingga di surga mereka mengatakan : هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِن قَبْلُ 

"Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu "Maksudnya, inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu ketika di dunia, وَأَتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا 

"Mereka diberi buah-buahan yang serupa," dan mereka mengetahuinya, namun rasanya tidak sama

Abu Ja'far berkata: Penakwilan yang paling tepat adalah yang mengatakan bahwa ia serupa dalam warna tapi berbeda dalam rasa, seperti yang telah kami jelaskan alasannya ketika menakwilkan  ayat

كُلِّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِن قَبْلُ 

Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan:

 'Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Maksudnya, setiap kali mereka diberikan makanan dari buah-buahan surga mereka mengatakan: inilah seperti yang pernah diberikan kepada kami ketika dulu di dunia. Lalu Allah menginformasikan, bahwa mereka mengatakan demikian ketika mereka diberikan makanan yang serupa warnanya dengan apa yang pernah diberikan kepada mereka ketika di dunia meskipun rasanya berbeda, dimana tidak ada sesuatupun di dunia yang rasanya menyamai sesuatu di surga.

Telah kami jelaskan kesalahan pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan perkataan penduduk surga: هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِن قَبْلُ 

"Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu," adalah kesamaan buah surga antara yang satu dengan yang lainnya. Ini adalah bukti kesalahan pendapat yang menyalahi pendapat kami dalam penakwilan firman-Nya : وَأَتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا 

"Mereka diberi buah-buahan yang serupa, "karena Allah hanyalah menginformasikan tentang maksud perkataan penduduk surga: هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِن قَبْلُ

 "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu, "dengan firman-Nya: وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا 

"Mereka diberi buah-buahan yang serupa. "Siapa yang mengingkari hal ini dengan mengatakan bahwa tidak diperbolehkan menyamakan sesuatu yang ada di surga dengan sesuatu yang ada di dunia dari segala sisi, kami ingin menanyakan kepadanya: bolehkah menyamakan nama makanan atau minuman yang ada di surga dengan nama makanan atau minuman yang ada di dunia? Jika ia menjawab: "Tidak boleh", berarti ia telah mengingkari ayat Al Qur'an, karena Allah telah memperkenalkan nama-nama sesuatu yang ada di dunia dengan nama-nama sesuatu yang ada disisi-Nya di surga.

Jika ia menjawab: "boleh", dan memang boleh, maka kami katakan kepadanya: lalu kenapa Anda mengingkari kesamaan warna antara apa yang ada di surga dengan apa yang ada di dunia, seperti putih, merah dan warna-warna yang lain, meskipun kalau berbeda, perbedaannya adalah dalam penglihatan, dimana segala yang ada di surga tampak lebih indah, dan lebih menawan tidak seperti yang ada di dunia.

Abu Musa Al Asy'ari mengatakan seperti disebutkan dalam riwayat berikut:

Dari Ibnu Bisyr menceritakan kepadaku, katanya: Ibnu Abi Adi dan Abdul Wahhab menceritakan kepada kami, dan Muhammad bin Ja'far, dari Auf, dari Qasamah, dari Abu Musa Al Asy'ari mengatakan: sesungguhnya Allah ketika mengeluarkan Adam dari surga Dia membekalinya dengan buah-buahan surga, dan mengajarinya cara pembuatan segala sesuatu, jadi buah-buahan kalian ini adalah buah-buahan surga, namun ia berubah sedang ia (buah-buahan surga) tidak berubah.

Sebagian ahli bahasa mengira bahwa firman Allah : وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا 

"Mereka diberi buah-buahan yang serupa."

 Maknanya: ia serupa dalam kelebihan, maksudnya: setiap buah-buahan ia memiliki kelebihan dalam jenisnya seperti kelebihan yang dimiliki oleh jenis yang lain.

Abu Ja'far berkata: Tidak perlu mencari dalil untuk membuktikan kesalahan pendapat ini. Karena penyimpangannya dari penakwilan para ulana telah menjadi bukti atas kesalahannya.

Comments