Menahan Diri
Menurut Syofyan Hadi (dosen Sastra Arab UIN Imam Bonjol), meskipun ‘shiyam” dan “shaum” memiliki arti yang sama yaitu berpuasa atau menahan, keduanya berbeda secara sematik dalam penggunaannya di Al-Qur’an. Shiyām lazimnya digunakan untuk menunjukan makna menahan dari makan, minum,dan berhubungan suami istri di siang hari Ramadan. Karena itulah perintah untuk menahan makan dan minum serta berhubungan suami istri di siang Ramadan hingga terbenam matahari disebut Allah Swt dengan kata shiyām.
Adapun kata shaum lazimnya digunakan untuk makna menahan diri dari berbicara yang tidak baik. Karena itu, Siti Maryam ketika diperintahkan makan dan minum setelah melahirkan anaknya, dia diminta berpuasa menahan lidahnya agar tidak bicara dan berkata buruk saat melayani caci maki kaumnya. Hal ini sebagaimana firman Allah “Maka makan, minum, dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.” (Surat Maryam: 26).
Menahan diri dari makan minum, idealnya akan mengurangi jatah yang dimakan hari itu di bulan Ramadhan, sehingga pengeluaran secara teori akan berkurang selama bulan Ramadhan. Namun kenyataan berbicara lain, terjadi peningkatan harga harga barang pokok, yang disebabkan karena permintaannya meningkat ( hukum Supply dan Demand ). Kemungkinan di saat bulan Ramadhan jumlah yang di konsumsi malah meningkat, hanya waktu makannya saja yang berubah, dari siang menjadi malam.
Sekiranya kita mampu menjalankan Shiyam sesuai dengan kaidahnya yaitu menahan, maka :
1. Jumlah kebutuhan barang pokok menurun
2. Uang yang bisa di hemat lebih banyak
3. Harga harga stabil atau bahkan turun karena permintaan menurun
Begitu pun juga dengan konsep menahan diri makan dan minum, sesuai dengan lirik Tombo Ati ciptaan Sunan Bonang "Kudu Weteng Ingkang Luwe" yang artinya perbanyak puasa, atau mengosongkan perut dalam keadaan lapar. sesuai sabda Nabi Muhammad SAW mengenai hidup sehat,
Dari Al-Miqdam bin Ma’dikarib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada tempat yang lebih jelek daripada memenuhi perut keturunan Adam . Cukup keturunan Adam mengonsumsi yang dapat menegakkan tulangnya. Kalau memang menjadi suatu keharusan untuk diisi, maka sepertiga untuk makannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk nafasnya.” (HR. Imam Ahmad, Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Sejalan dengan penemuan dunia kesehatan modern saat ini, yaitu mengenai cara pengobatan dengan menggunakan Stem Cell / Cell Punca / Induk sel, yang dianggap sebagai puncaknya pengobatan modern. Pengobatan ini berbiaya sangat mahal, mungkin dikarenakan biaya riset dan experimen yang sangat tinggi.
Dalam berbagai penelitian terapi sel induk dengan menggunakan multi sel induk dewasa telah menunjukkan keberhasilan, hal ini dapat diaplikasikan untuk pengobatan penyakit degeratif pada manusia. Potensi terapi terbesar terletak pada ' pluripotent ' stem cell embrio manusia (hESCs),yang memiliki potensi untuk menciptakan semua jenis sel tubuh. Oleh karena itu dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dengan tantangan medis yang sangat kompleks seperti: cedera tulang belakang, ketidak sensitifan beta pankreas sel (diabetes), penyakit neurologi (Alzheimer) dan gagal jantung.
Kembali ke manfaat Puasa untuk kesehatan yang sayang untuk dilewatkan adalah pengaruhnya terhadap kesehatan otak. Puasa diketahui dapat mendorong produksi protein yang mendukung pembentukan dan perkembangan saraf. Protein tersebut akan mendorong sel punca (induk) di otak untuk mengeluarkan sel-sel saraf baru sehingga timbul berbagai reaksi kimia yang berdampak baik terhadap sistem kerja otak. ( Artikel tim medis Siloam )
Sungguh luar biasa, pengobatan dengan terapi induk sel yang berbiaya mahal, ternyata sudah lama ada di dalam diri manusia itu sendiri, dan bisa dibangkitkan dengan konsep puasa, atau mengosongkan/ mengatur isi perut dalam durasi tertentu, sehingga saat ini melahirkan konsep konsep dalam pelaksanaan diet seperti Intermitent Fasting dll.
Pada surat Abasa mulai dari ayat 23 sd 32 , Allah SWT sudah mengingatkan tentang pentingnya manusia memperhatikan makanannya.
Bahkan Allah SWT menegur keras, sbb
كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ
Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya ( Abasa, 23 )
فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَىٰ طَعَامِهِ
maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. ( Abasa, 24 )
Yang menarik adalah, jenis - jenis makanan yang disebutkan pada ayat selanjutnya adalah sbb :
فَأَنْبَتْنَا فِيهَا حَبًّا
lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu ( Abasa 27 )
وَعِنَبًا وَقَضْبًا
anggur dan sayur-sayuran ( Abasa 28 )
وَزَيْتُونًا وَنَخْلًا
zaitun dan kurma ( Abasa 29 )
وَفَاكِهَةً وَأَبًّا
dan buah-buahan serta rumput-rumputan ( Abasa 31 )
مَتَاعًا لَكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ
untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu ( Abasa 32 )
Penting untuk diperhatikan, jika dibandingkan dengan budaya orang Indonesia sekarang, maka kebanyakan makanannya adalah makanan yang banyak mengandung energi/kalori tinggi, seperti karbohidrat, tepung tepungan, goreng gorengan, makanan olahan, fast food dll. Padahal sudah diajarkan pada surat Abasa di atas untuk memperhatikan diversifikasi makanannya meliputi sayuran, buah-buahan, minyak zaitun, kurma, bahkan rerumputan dan terakhir daging secara seimbang ( makanan yang berkualitas ).
Wajar saja jika itu dilanggar mengenai makanan ini, diingatkan oleh surat Abasa ayat 23 dan 24 seperti di atas. Dan akibatnya adalah akan ada ketidakseimbangan badan , yang pada akhirnya akan menimbulkan banyak penyakit.
Maha benar Allah dan Ajaran Nabi Nya, Puasa merupakan fasilitas luar biasa, yang sudah lama berada di sisi kita, mudah untuk dilaksanakan, murah biayanya karena tidak perlu riset dan experimen dll, dibandingkan dengan teori teori baru yang di munculkan di dunia kesehatan berbiaya sangat mahal.
Wallahualam bi showab
Sumber : artikel-artikel di internet, tarjemah surat Abasa.
Comments
Post a Comment