Kisah Umar Bin Khatab ( Keindahan Akhlak tiada Tara )

 


Sorce Gambar : news.detik.com


Kisah Umar Bin Khatab ( Keindahan Akhlak tiada Tara )


Sumber : Kitab Bidayah Wan Nihayah ( Zaman Umar ibnul Khatab )

 

Umar pernah berkata,

“Tidak halal bagiku harta yang diberikan Allah, kecuali dua pakaian. Satu untuk dikenakan musim dingin dan satu lagi untuk musim panas. Adapun makanan untuk keluargaku sama saja dengan makanan orang orang Qurasiy pada umumnya,  ukan standar yang paling kaya diantara mereka. Aku sendiri hanyalah salah seorang dari kaum muslimin.”

 

Muawiyah bin Abu Sofyan Berkata,

“ Adapun Abu bakar, ia tidak sedikitpun menghendaki dunia, dan dunia juga tidak ingin datang menghampirinya. Sedangkan Umar , dunia datang menghampirinya namun dia tidak menginginkannya, Adapun kita bergelimang dalam kenikmatan dunia.”

 

Pernah umar dicela dan dikatakan kepadanya,

“Alangkah baiknya jika engkau memakan makanan yang bergizi, tentu akan membantu dirimu agar lebih kuat membela kebenaran.”maka Umar berkata, “ Sesungguhnya aku telah meninggalkan kedua sahabatku ( yakni Rasulullah SAW dan Abu Bakar Ra) dalam keadaan tegar tidak terpengaruh dunia, maka jika aku tidak mengikuti ketegaran mereka , aku takut tidak akan dapat mengejar kedudukan mereka.”

Umar selalu memakai jubah yang terbuat dari kulit  yang banyak tambalannya, sementara beliau adalah khalifah, berjalan mengelilingi pasar sambal membawa tongkat di atas pundaknya untuk memukul orang yang melanggar aturan. Jika beliau melewati biji ataupun lainnya yang bermanfaat, maka beliau akan mengambilnya dan melemparkan ke halaman rumah orang

Pada waktu paceklik dan kelaparan beliau tidak pernah makan kecuali roti dan minyak hingga kulit beliau menjadi hitam , beliau berkata “ Akulah sejelek jeleknya penguasa apablia aku kenyang sementara rakyatku kelaparan.”

Pada wajah beliau terdapat dua garis hitam disebabkan banyak menangis. Terkadang beliau mendengar ayat Allah dan jatuh pingsan karena perasaan takut , hingga terpaksa dibopong kerumah dalam keadaan pingsan . kemudian kaum muslimin menjenguk beliau beberapa hari, padahal beliau tidak memiliki penyakit yang membuat beliau pingsan kecuali perasaan takutnya.

 

Aslam pernah berkata,

“Pernah suatu malam aku keluar Bersama Umar keluar kota Madinah. Kami melihat ada tenda dari kulit, dan segera kami datangi, ternyata di dalamnya ada seorang wanita sedang menangis. Umar bertanya tentang keadaannya, dan dia menjawab , “Aku adalah seorang wanita arab yang akan melairkan sedang tidak memiliki apapun. Umar menangis dan segera berlari ke rumah Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib istrinya, dan berkata, apakah engkau mau mendapatkan pahala yang akan Allah karuniakan kepadamu ?. segera Umar memberitahukan pada nya mengenai wanita yang dilihatnya tadi, maka istrinya berkata , “Ya, aku akan membantunya” Umar segera membawa satu karung gandum beserta daging di bahunya, sementara Ummu Kultsum membawa peralatan yang dibutuhkan untuk bersalin, keduanya berjalan mendekati wanita bersalin tersebut. Sesampainya di sana Ummu Kultsum masuk ke tempat wanita itu, sementara Umar duduk Bersama suaminya , yang tidak mengenal Umar samil berbincang bincang.

Akhirnya wanita itu berhasil melahirkan seorang bayi. Ummu Kultsum berkata kepada Umar, “ Wahai Amirul mukminin sampaikan berita gembira kepada suaminya bahwa anaknya yang baru lahir adalah laki laki, Ketika laki laki itu mendengar kata Amirul Mukminin, ia merasa kaget dan meminta maaf kepada Umar. Namun Umar berkata padanya tidak mengapa. Setelah itu Umar memberikan kepada mereka nafkah dan apa yang mereka butuhkan lantas beliaupun pulang.

Aslam berkata , “ Suatu malam aku keluar Bersama Umar ke dusun Waqim. Ketika kami sampai di Shirar kami melihat ada api dinyalakan . Umar berkata “Wahai Aslam di sana ada musafir yang kemalaman, mari kita berangkat menuju mereka “. Kami mendatangi mereka dan ternyata di sana ada wanita beserta anak anaknya sedang menunggu periuk yang diletakkan di atas api. Sementara anak anaknya sedang menangis. Umar bertanya Assalamualaiki wahai pemilik api. Wanita itu menjawab alaikas salam. Umar berkata kami boleh mendekat ?

Dia menjawab “ Silahkan”.

Umar segera mendekat dan bertanya “ Ada apa gerangan kalian ?”. Wanita itu menjawab kami kemalaman dan kedinginan “.

Umar Kembali bertanya “ Kenapa anak anak menangis ?” Wanita itu menjawab “karena lapar “. Umar Kembali bertanya “ Apa yang engkau masak ?”

Dia menjawab “ Air agar aku dapat menenangkan mereka hingga tertidur. Dan Allah yang akan menjadi hakim antar kami dan Umar”.

Maka Umar menangis dan segera berlari pulang menuju Gudang tempat penyimpanan Gandum. Ia mengeluarkan sekarum gandung dan satu ember daging, sambal berkata “ Wahai Aslam naikkan karung ini ke atas Pundak ku”. Aslam berkata “  biar aku saja yang membawa untukmu”.

Umar menjawab ,” Apakah engkau mau memikul dosaku di hari kiamat ?”

Maka beliau segera memikul karung tersebut di pundaknya sehingga mendatangi tempat wanita itu.

Setelah meletakkan karung tersebut beliau segera mengeluarkan gandum dari dalamnya dan memasukkannya ke dalam periuk.

Setelah itu ia memasukkan daging ke dalamnya.

Umar berusaha meniup api di bawah periuk hingga asap menyebar diantara jenggotnya beberapa saat.

Setelah itu Umar menurunkan periuk dari atas api dan berkata ,

“ Berilah aku piring kalian”.

Setelah piring diletakkan, segera umar menuangkan isi periuk ke dalam piring itu dan menghidangkannya kepada anak anak wanita itu dan berkata “Makanlah “.

Anak anak itu makan hingga kenyang. Wanita itu berdoa agar Umar diberi ganjaran pahala , sementara dia tidak mengenal Umar

Umar masih Bersama mereka hingga anak anak itu tertidur pulas.

Setelah itu Umar memberikan mereka nafkah lantas pulang. Umar berkata kepadaku,

“Wahai Aslam sesungguhnya rasa laparlah yang membuat mereka bergadang dan tidak dapat tidur.

Comments